Oleh: Dimas Setyawan*

Tebuireng.online– 17 April 1960 silam, resmi lahir sebuah organisasi besar yang diprakarsai oleh pemuda-pemuda golongan Nahdliyyin di kota Surabaya yang diberi nama “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)”.

Wadah tersebut saat ini telah menjadi organisasi besar di lingkungan kampus-kampus ibu Pertiwi. Organisasi ini memiliki 230 (tingkat cabang) dan 25 koordinator cabang (tingkat provinsi) yang tersebar luas di Indonesia, bahkan organisasi ini telah memiliki cabang istimewa di berbagai negara.

PMII di usia ke-61, dengan segala dinamika pergolakan perubahan zaman, dengan  komitmen mengawal kesatuan dari keberagaman negara Indonesia, telah sukses mencetak kader-kader untuk mewarnai dan membersamai pembangunan bangsa, baik dari ranah politik, pemerintah, akademisi dan berbagai sektor yang sesuai dengan kiprahnya masing-masing.

Umur 61 tahun, secara tidak langsung membuat PMII telah melewati setengah abad lamanya. Prestasi ini sangatlah gemilang dan sangat memukau. Disaat banyak organisasi yang tak berumur panjang, bahkan terpaksa berhenti di persimpangan jalan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sebagai contoh marilah kita melihat Negara besar Uni Soviet yang tak ditakdirkan memiliki umur panjang. Ia harus usai tutup usia dengan pergolakan zaman kala itu. Contoh lainnya yang berada di negari kita, yakni Masyumi. Ia juga harus tunduk pada pergolakan zaman, hingga ia terpaksa harus dibubarkan.

Umur 61 tahun bukanlah umur yang singkat. Tetapi juga bukan umur yang sangat panjang. Tetapi sekali lagi, PMII telah mampu melewati semuanya, hingga kini memasuki era 4.0 membuat PMII harus menyiapkan banyak hal, yang akan penulis tuturkan di bawah ini:

  1. Siapkan Kader. Di era 4.0 ini PMII harus siap menghadapi pergolakan zaman, baik dari segi kemajuan teknologi maupun kemajuan ilmu pengetahuan. Kader-kader PMII jangan hanya memiliki cita-cita sederhana untuk dapat menguasai sektor-sektor perpolitikan di tingkat pemerintah saja. Tetapi kader PMII harus memiliki impian untuk dapat memberikan sumbangsih besar terhadap negara sesuai skill dan kemampuan. Karena prestasi tertinggi seorang kader bukan hanya terjun di dunia politik.
  2. Melek Teknologi. Para kader-kader PMII harus memiliki rasa keingintahuan dan keinginan tinggi untuk dapat mempelajari ilmu-ilmu baru. Seperti ilmu teknologi dan sebagainya. Setiap kader tidak boleh menutup mata, justru harus siap membuka mata selebar-lebarnya dan harus membuka cakrawala pengetahuan baru agar dapat bersaing di tengah pergolakan zaman. Mempelajari segala ilmu pengetahuan bagi kader-kader, kelak membuat PMII akan terus memberikan sinergi bagi keutuhan Indonesia
  3. Perbaiki Kaderisasi. Tonggak awal kaderisasi PMII berada di tingkat rayon. Rayon kadangkala disepelekan karna sebagai tingkatkan terbawah organisasi PMII ini. Ironisnya, bahkan rayon ada saja yang memandang sebelah mata belaka.  Stigma itu sangatlah salah menurut saya. Karena bagaimanapun, pohon besar tidak akan kokoh menahan terpaan angin kencang tanpa adanya akar yang kuat. Begitulah gambaran kaderisasi di tingkat rayon. Ketika seorang kader berhasil menanamkan nilai-nilai idialisme yang dimulai pada tingkat rayon, maka seterusnya nilai-nilai tersebut tidak akan mudah luntur, tidak mudah hilang. Kaderisasi rayon kelak akan menentukan arah pergerakan PMII kedepan, untuk mengawal kesatuan dan persatuan Indonesia tercinta.

Terkahir, sebagai kader yang terlahir dari rahim PMII mengucapkan selamat harlah pergerakanku yang ke-61 tahun. Tetap setia mengawal Negara Indonesia, sebagaimana tema yang diusung pada harlah tahun ini “PMII Terdepan dalam Kemajuan”. Semoga tema ini tidak hanya hiasan semboyan belaka. Sekali lagi, selamat Harlah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia!

*Ketua Rayon Yusuf Hasyim Tebuireng Jombang.