Tebuireng.online— Pondok Pesantren Nurul Qur’an Bogor melakukan studi banding ke Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, pada Senin (4/11/2024). Acara dimulai dengan sambutan pertama oleh perwakilan Pondok Pesantren Nurul Qur’an, yang disampaikan oleh Ustadz Aldi.
Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa Pondok Pesantren Nurul Qur’an yang didirikan pada tahun 2005, berfokus pada pengajaran Al-Qur’an, termasuk Tahsin, Tahfiz, dan Tilawah. Pada kesempatan itu, beliau juga menegaskan pentingnya silaturahmi antar pesantren, serta harapan agar santri-santri dari kedua pesantren bisa saling berbagi ilmu dan mendapatkan berkah dari kegiatan ini.
“Semoga dengan studi banding ini, santri-santri kami yang hadir di sini, maupun yang masih di pesantren, bisa mendapatkan keberkahan dalam menuntut ilmu,” ujar beliau. Acara ini dihadiri oleh sekitar 230 santri dari Pondok Pesantren Nurul Qur’an.
Setelah sambutan tersebut, kegiatan dilanjutkan dengan ziarah ke makam Hadratusyaikh KH. Hasyim Asy’ari dan Gus Dur, yang merupakan bagian dari rangkaian acara. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan terhadap para ulama besar yang memiliki kontribusi besar terhadap pendidikan di Indonesia.
Selanjutnya, perwakilan Pondok Pesantren Tebuireng, yaitu guru senior SMP A Wahid Hasyim, Kiai Su’udi menyampaikan sambutan. Dalam sambutannya, Kiai Su’udi menceritakan sejarah panjang Pondok Pesantren Tebuireng yang didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari pada tahun 1899, lebih dari satu abad yang lalu.
Beliau menjelaskan bahwa tujuan didirikannya pesantren ini adalah untuk memberikan pembelajaran agama di tengah masyarakat yang saat itu sangat kurang akan pendidikan. “Pondok pesantren ini didirikan sebagai tempat untuk mempelajari ilmu agama dan membedakan mana yang hak dan bathil,” jelasnya.
Kiai Su’udi juga menjelaskan perjalanan panjang Pondok Pesantren Tebuireng, terutama dalam kontribusinya terhadap gerakan kemerdekaan Indonesia melalui Resolusi Jihad yang dipelopori oleh KH. Hasyim Asy’ari.
“Sejarah pesantren ini sangat kuat dengan perjuangan kemerdekaan, yang dipimpin oleh ulama-ulama besar, dan kami berusaha mempertahankan tradisi dan ajaran yang sudah ada,” katanya.
Menurut Kiai Su’udi, Pesantren Tebuireng kini telah berkembang dengan berbagai unit pendidikan, tidak hanya mempelajari ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum. Di bawah kepemimpinan almarhum KH. Salahuddin Wahid, pesantren ini mengembangkan lebih dari 10 unit pendidikan, mulai dari MTS, Aliyah, hingga sekolah-sekolah sains, yang mencerminkan kebutuhan zaman.
“Sistem pendidikan di sini sangat beragam. Selain mempelajari Al-Qur’an, ada juga pendidikan formal yang berkualitas, dan semua santri di sini harus mengikuti sistem pengajaran yang dimulai dengan tata cara ibadah yang benar, baru kemudian pelajaran agama yang lebih mendalam,” ujar Kiai Su’udi. Beliau menambahkan bahwa santri yang sudah lancar dalam membaca Al-Qur’an akan mengikuti pengajian kitab kuning dan mendalami hadits serta ilmu agama lainnya.
Selain cerita sejarah, Kiai Su’udi juga menjelaskan sistem pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Tebuireng. “Kami menerapkan sistem bandongan dan sorogan dalam pengajaran kitab kuning. Bandongan itu sistem di mana guru yang membaca dan menerangkan kitab, sedangkan sorogan adalah sistem yang mengutamakan murid untuk aktif membaca dan menerangkan kitab, dengan guru hanya sebagai pembimbing,” ujarnya.
Kiai Su’udi juga menyebutkan bahwa kegiatan santri di pesantren dimulai dari pagi hingga malam, dengan berbagai kegiatan keagamaan, mulai dari salat berjamaah, pengajian Al-Qur’an, hingga kajian kitab.
“Kami mengutamakan disiplin dan kecintaan terhadap ilmu agama sejak dini. Semua santri diwajibkan mengikuti pengajian yang sesuai dengan tingkat kemampuannya,” tambahnya.
Setelah sesi tanya jawab dan penjelasan mengenai sistem pendidikan di Pondok Pesantren Tebuireng, acara dilanjutkan dengan penyerahan cendera mata dari Pondok Pesantren Tebuireng kepada perwakilan Pondok Pesantren Nurul Qur’an. Acara ini juga diakhiri dengan foto bersama sebagai kenang-kenangan atas kegiatan studi banding yang penuh berkah ini.
Studi banding ini menjadi momentum yang penting untuk menjalin hubungan baik antar pesantren dan sebagai wadah untuk saling berbagi ilmu serta pengalaman.
“Semoga kerjasama ini bisa terus terjalin, dan pesantren-pesantren di Indonesia dapat terus berkembang dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam akhlak dan keimanan,” tutup Kiai Su’udi.
Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat besar bagi para santri, baik dalam aspek keilmuan maupun spiritualitas, serta mempererat hubungan antar pesantren yang ada di Indonesia.
Pewarta: Albii