
Dijelaskan oleh Imam Syaqiq Al Bulkhy, beliau berkata bahwa pada suatu hari Syeikh Ibrahim bin Adham sedang berjalan-jalan di pasar Daerah Basrah. Ketika di sana, tiba-tiba para manusia mendekat ke arah Syeikh Ibrahim bin Adham. Setelah itu mereka bertanya, “Wahai Ibrahim bin Adham, Allah telah menjelaskan: “Barang siapa yang berdoa kepadaku, maka pasti akan aku kabulkan permintaannya.” Akan tetapi, kita telah berdoa kepada Allah bertahun-tahun namun tetap tidak dikabulkan.”
Syeikh Ibrahim bin Adham menjawab, “Wahai penduduk Basrah, ketahuilah bahwa hati kalian sudah mati dan keras disebabkan 10 perkara. Ketika hati kalian mati dan keras, maka doa-doa kalian tidak akan diterima oleh Allah.”
Adapun 10 (sepuluh) perkara tersebut di antaranya adalah:
- Mengetahui tentang Allah tapi tidak menjalankan kewajibannya
Di jaman sekarang banyak sekali yang mengaku Islam, namun tidak menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim secara kamil (sempurna). Mereka mengetahui kewajiban dan perintah dari Allah, namun secara sengaja dan lalai memilih meninggalkannya. Hal semacam itulah yang membuat hati menjadi mati, contoh: mengetahui kewajiban shalat tapi tidak melaksanakannya.
- Semangat membaca Al-Qur’an tapi tidak mengamalkannya
Al-quran merupakan kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad dengan perantara Malaikat Jibril. Membacanya bernilai ibadah, maka umat Islam dianjurkan membaca al-quran sesering mungkin. Mirisnya bagi sebagian banyak orang, mereka mampu dan tergolong rajin membaca al-quran namun tidak memahami dan tidak mau mempelajari isi kandungan dalam Al-quran. Sehingga perbuatan yang dilakukan masih tidak sesuai denga napa yang tersirat dalam Al-quran.
Baca Juga: Inilah Potret Hati yang Telah Mati
- Mengaku mencintai Rasulullah tapi meninggalkan sunnah-sunnahnya
Mencintai Rasulullah bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan banyak bersholawat kepadanya, mengunjungi majelis-majelis sholawat, dan menjalankan sunnah-sunnah yang telah dilakukan nabi. Di jaman ini mereka mengaku mencintai Nabi, namun menolak melakukan kesunahan-kesunahannya, bahkan menilai itu sebagai hal yang tidak boleh dilakukan.
- Mengaku musuh setan tapi patuh pada setan
Mereka berbicara tentang kebenciannya pada setan, mengaku membenci, dan memusuhi setan. Akan tetapi nyatanya, perbuuatan dan perilakunya tidak sejalan. Mereka melakukan kemungkaran dan kerusakan di muka bumi, serta mematuhi hawa napsunya yang mana merupakan tipu daya setan.
- Mengaku ingin masuk surga tapi tidak mengamalkan sesuatu yang menjadikan masuk surga
Surga adalah tempat istirahat yang sangat ingin dituju manusia Ketika dunia telah berakhir. Jalan menuju surga dikatakan sebagai jalan yang terjal, melelahkan, dan membosankan. Hal ini dikarenakan untuk menuju surga, sebelumnya harus dilalui dengan beribadah dan dengan patuh kepada Allah.
- Mengaku ingin selamat dari api neraka tapi melempar jiwa ke api neraka
Sejalan dengan perkara yang membuat hati mati selanjutnya, mereka mengaku ingin selamat dari siksa neraka tapi enggan melakukan perkara yang membuatnya jauh dari api neraka. Maksiat, larangan, dan hal-hal tercela masih dilakukan, lantas bagaimana caranya agar terhindar dari api neraka?
- Mengakui kematian sebagai perkara haq tapi tidak mencari bekal
“Setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian.” Mereka percaya akan hal tersebut, mereka yakin bahwa pada akhirnya kematian menjadi takdir yang tidak bisa ditawar apalagi dihindari. Meskipun mengakui kematian sebagai perkara yang haq, namun mereka enggan mencari bekal yang cukup untuk menghadapi kiamat sughro tersebut.
- Mencela orang lain tapi tidak melihat kesalahan sendiri
Memang pada dasarnya mencela orang lain atau mencari kesalahan orang lain adalah hal yang mudah dilakukan. Hal yang sulit untuk dilakukan adalah mencari kesalahan diri sendiri, manusia sering kali membenarkan segala kesalahan yang dilakukannya. Mereka sibuk mencari kesalahan orang lain, padahal dalam dirinya ada berbagai kesalahan yang sejatinya ditutupi Allah.
- Menikmati kenikmatan Allah tapi tidak bersyukur
Manusia telah dijadikan Allah sebagai khalifah di bumi. Segala hal yang dibutuhkan manusia telah disediakan seluruhnya untuk umat manusia. Akan tetapi di antara banyak nikmat yang diterima, sedikit sekali mereka untuk bersyukur kepada Allah. Padahal Allah telah menjalaskan kepada hambanya bahwa, “Barang siapa yang bersyukur kepada Allah, maka pasti akan ditambah.”
Baca Juga: Perjalanan Wisata Rohani: Merenungkan dan Menikmati Kebesaran Ciptaan Allah
- Datang bertakziah tapi tidak mengambil pelajaran dari kematian
Takziah merupakan hal umrah yang dilakukan umat Islam Ketika ada saudaranya yang meninggal. Takziah kadang hanya dijadikan sebagai hal yang memang sudah seharusnya dilakukan atau hanya sebagai pemenuhan kewajiban sosial antar Masyarakat. Padahal tujuan sejati dari bertakziah agar mengingatkan bagi yang hidup agar menjalani hidup dengan sebaik-baiknya dan dengan bertakwa kepad Allah sebelum maut datang menjemput dan tubuh tidak bisa beribadah lagi kepada allah.
Penulis: Fadrika Hening Mangesti