Sebuah keindahan ciptaan Allah dan perjalanan yang penuh syukur. (sumber: Ist)

Sebuah perjuangan panjang yang dilakukan sahabat-sahabat dari Yayasan Masjid Pantai Nusantara, merupakan perbuatan mulia dan cita-cita luhur meneruskan perjuangan yang dilakukan oleh para kekasih Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Mulai dari Nabi Adam a.s., membangun Ka’bah sebagai tempat pusat ibadah seluruh umat manusia, Nabi Ibrahim a.s., dan Nabi Ismail a.s., membangun kembali meninggikan bangunan Ka’bah yang telah hancur karena terhantam banjir bandang di zaman Nabi Nuh a.s. Kemudian baginda Nabi Muhammad Saw., membangun masjid Quba dan masjid Nabawi di Madihah, dan dilanjutkan oleh para Wali Songo, yaitu membangun masjid di pesisir pantai nusantara.

Yayasan Masjid Pantai Nusantara mempunyai cita-cita luhur, meneruskan perjuangan para Wali Songo membangun masjid-masjid di pesisir pantai nusantara, di mana saat ini sedang berlangsung pelaksanaan pembangun masjid di Bandar Rening Jembrana Bali, dengan nama Raudhotul Jannah (Taman Surga), yang letaknya persis di pinggir pantai.

Di sana awalnya telah dibangun masjid dengan nama Raudhotul Jannah (Taman Surga), yang jaraknya sangat dekat dengan pinggir pantai terhalang oleh jalan, yang dikhawatirkan kalau terjadi abrasi lagi, yang pernah terjadi beberapa tahun sebelumnya banyak rumah warga sekarang menjadi laut. Sehingga pembangunan masjid Raudhotul Jannah (Taman Surga), bergeser dari masjid yang lama sekitar 15 meter untuk menghindari abrasi laut, supaya lebih nyaman dan aman.

Di sekitar pinggir pantai tertata indah dan rapih, ribuan pohon kelapa menjulang tinggi, entah siapa orang pertama kali yang menanam pohon kelapanya, yang diperkirakan umur pohon kelapa kisaran 25 sampai 50 tahun. Puluhan perahu-perahu nelayan berada di pinggir laut pada saat beristirahat tidak melaut, dan dalam jarak pandang pada saat pagi dan sore, terlihat indahnya lautan yang ujungnya terlihat jelas gunung-gunung yang menjulang tinggi terlihat warna kebiru-biruan yang terletak di pulau Jawa bagian timur, yang pastinya adalah Banyuwangi Jawa Timur.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Penulis dan beberapa sahabat, tepatnya pada hari Jum’at 24 Januari 2025 sempat menikmati mancing ikan di tengah laut dengan menggunakan perahu kecil antara pukul 08.30 sampai pukul 10,30, karena akan melaksanakan shalat Jum’at berjamaah di masjid Raudhotul Jannah. Kebetulan pula, penulis sempat menjadi khotib dan imamnya, di mana hal ini merupakan sebuah kehormatan yang diberikan pengurus masjid kepada penulis, pertama kali berkunjung mendapatkan tugas mulia menyampaikan dakwah siraman ruhani melalui khutbah Jum’at.

Tak terasa, penulis dan para sahabat berada di Bandar Rening Jembrana Bali, tepatnya selama 3 hari diluar penjalanan, yaitu pada hari Kamis, Jum’at dan Sabtu 23 – 25 Januari 2025, konsentrasi full terkait kontrol perkembangan pembangunan masjid   Raudhotul Jannah (Taman Surga), juga mengadakan rapat bersama pengurus setempat. Di mana ada beberapa hal yang sangat menarik perhatian penulis, terkait dengan keamanan dan kenyamanan hidup masyarakat di sekitar Bandar Rening Jembrana Bali. Yang secara umum kegiatan hidup masyarakatnya adalah sebagai penelayan bagi laki-laki dan perempuannya sebagai pekerja di pabrik pengalengan ikan, yang menghasilkan produk sarden – ikan yang tersimpan di dalam kaleng.

Laut dan ikan laut, merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah kepada penduduk setempat, di mana kehidupan masyarakatnya walaupun sederhana, mereka terlihat bahagia dalam tatanan kehidupan yang penuh dengan kenyamanan dan keamanan. Bahkan, yang sangat mengherankan penulis, setiap melihat kendaraan motor yang di parkir di halaman masjid, halaman rumah walaupun semalaman kunci motornya nempel pada motor, tidak ada cerita kehilangan motor.

Sedikit muncul sebuah pertanyaan sederhana, mengapa kunci motornya nempel di motor, apakah tidak khawatir motornya di ambil orang lain? Mereka menjawab, di sini tidak ada pencuri motor, karena masyarakatnya kompak dan menerapkan sistem karakter saling menghormati, saling menghargai, saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa, juga punya prinsip yang dipegang teguh adalah kalau bukan punya hak pribadinya, maka tidak akan mengambil punya hak orang lain.   

Dari sinilah terlihat gambaran kehidupan sebuah masyarakat yang mencapai tatanan kehidupan, yang dalam istilah Al-Qur’an – Baldatun thayyibatun wa robbun ghofuur –  negeri yang baik nyaman dan Tuhan Yang Maha Pengampun (Q. S. Saba’/34: 15).

Analisa penulis, masyarakat Bandar Rening Jembrana Bali, memang menurut beberapa sumber informasi, rata-rata penduduknya alumni pondok pesantren dan banyak dari para pemudanya juga yang menuntut ilmu di pondok pesantren. Akan tetapi, tentunya yang lebih logis lagi mengapa mereka hidup bahagia, nyaman dan aman adalah disebabkan mereka secara tidak langsung telah mengikuti jalur kehidupannya sesuai dengan landasan kitab suci Al-Qur’an dan arahan baginda Nabi Muhammad SAW. Hal ini digambarkan dalam beberapa firman Allah Subhanahu wata’ala, di antaranya adalah:

Surah Al-Baqarah/2 ayat 168,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِي ٱلۡأَرۡضِ حَلَٰلٗا طَيِّبٗا وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٌ 

Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (Q. S. Al-Baqara/2: 168).

Surah Al-Baqarah/2 ayat 172,   

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُلُواْ مِن طَيِّبَٰتِ مَا رَزَقۡنَٰكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِلَّهِ إِن كُنتُمۡ إِيَّاهُ تَعۡبُدُونَ 

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (Q. S. Al-Baqarah/2: 172).

Dua ayat di atas, memberikan tuntunan arah kehidupan bagi seluruh umat manusia, agar dalam mengisi kehidupannya dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang halalan thayyiban – halal lagi baik dan bergizi. Bahkan, secara khususiyah pada firman Allah surah Al-Baqarah/2 ayat 172 dengan panggilan khusus memanggil orang yang beriman, agar memakan makanan dari rezeki yang baik-baik dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wata’ala, merupakan dua perbuatan yang menjadi satu kesatuan, sehingga natijahnya mampu mencapai derajat orang yang bersungguh-sungguh beribadah kepada  Allah.

Itulah salah satu analisa, mengapa kehidupan di lingkungan Bandar Rening Jembrana Bali, relatif aman, nyaman dan sejahtera, walaupun hidupnya dalam kesederhanaan. Di mana dalam mencari rezekinya jelas-jelas halalan thayyiban, karena yang dicari adalah ikan-ikan di laut bagi laki-lakinya dan para wanitanya bekerja di pabrik pengalengan ikan.

Kemudian pada sisi yang lainnya, Yayasan Masjid Pantai Nusantara berusaha membangun masjid di Bandar Rening Jembrana Bali, merupakan sebuah upaya memberikan fasilitas agar masyarakat setempat  lebih nyaman  lagi dalam melakukan ritual ibadah; shalat, dzikir, membaca Al-Qur’an dan ibadah-ibadah lainnya.

Hal ini merupakan upaya dari Yayasan Masjid Pantai Nusantara meneruskan perjuangan para wali songo, yang banyak membangun masjid di pantai nusantara, juga tentunya sebuah harapan besar dengan membangun masjid, Allah Subhanahu wata’ala akan membangunkan rumah kita yang terlibat pembangun masjid, di surga.

Perjalanan wisata ruhani ini, merupakan perjalanan yang sangat luar biasa, di samping sebagai sebuah perjuangan dalam melaksanakan dakwah bil hal, sekaligus melihat kebesaran dan keindahan ciptaan Allah Subhanahu wata’ala, di mana sepanjang perjalanan dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai menuju Bandar Rening Jembrana Bali dengan jarak tempuh darat kurang lebih 3 sampai 4 jaman, terlihat pemandangan yang sangat menakjubkan. Sebelah kanan jalan terlihat sawah-sawah menghijau, ribuan pohon kelapa berdiri tegak, gunung-gunung terlihat indah menawan dan sebelah kanan jalan terlihat deburan ombak laut, seakan-akan menyapa orang yang memandangnya.

Laut lepas yang luas, merupakan anugerah dari Allah Subhanahu wata’ala, sebagai sumber  kehidupan bagi masyarakat, nelayan dan para pengusaha, di mana setiap harinya puluhan ton ikan dalam ditangkap dan tidak pernah habis-habisnya. Manusia tidak pernah menanam ikan di laut, akan tetapi dapat menikmati kelezatan berbagai macam ikan yang ditangkapnya sebagai sumber kehidupan, bergizi dan halalan thayyiban.

Semoga perjalanan wisata ruhani ini, menginspirasi kita semua untuk banyak bersyukur kepada Allah, yang telah memberikan anugerah kehidupan kepada kita semua, memberikan fasilitas kehidupan tanpa harus membayarnya. Hanya satu pesan penting, “Jadilah orang yang bertakwa dan banyak bersyukur kepada Allah.”



Penulis: Dr. H. Otong Surasman, M.A.