sumber ilustrasi: titiknol.com

Oleh: Al Fahrizal*

Umumnya, terima kasih disampaikan oleh orang yang menerima kebaikan dari orang yang memberi kebaikan. Kebiasaan ini memang suatu hal yang perlu dipupuk sejak dini. Orang tua yang memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak harus mendidik anak agar menjadi pribadi yang terbiasa mengucapkan terima kasih. Karena dua kata sederhana dan ringan ini, dalam kenyataannya masih banyak orang yang belum terbiasa mengungkapkannya, atau merasa berat untuk disampaikan. Maka dari itu, sedari dini watak manusia harus dididik untuk terbiasa dan senang mengucapkan terima kasih.

Klasifikasi orang dalam mengucapkan terbagi menjadi beberapa bagian. Seperti yang telah disampaikan di atas, bahwa kebanyakan orang mengucapkan terima kasih karena telah menerima kebaikan dari seseorang. Akan tetapi, ada sebagian kalangan tertentu, yang bagi penulis sikap yang dilakukan dalam mengucapkan terima kasih bukanlah sikap sembarangan, artinya tidak semua orang dapat dengan mudah melakukannya, dan memang perlu banyak latihan dan pembiasaan. Sikap itu adalah orang yang memberi berterima kasih kepada orang yang menerima kebaikannya.

Memang terdengar sedikit aneh, tapi begitulah adanya. Orang yang berhasil melakukan tindakan seperti ini tergolongan orang yang berada satu tingkat lebih tinggi dibandingkan biasanya.

Mengapa Perlu Mengucapkan Terima Kasih kepada Orang Yang Menerima?

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Merupakan suatu keharusan bagi setiap insan agar senantiasa berucap terima kasih ketika seseorang mendapatkan suatu kebaikan. Akan tetapi jika kita amati secara mendalam, orang yang memberi kebaikan kepada orang lain tersebut, juga menjadi kebaikan itu sendiri. Orang tersebut secara tidak sadar juga sedang menerima kebaikan, sebab memberi kebaikan kepada orang lain. Mari kita perhatikan.

Dalam suatu peristiwa, ada seseorang yang memberikan sesuatu yang berharga kepada orang lain. Belum terucap kata terima kasih dari lisan penerima, sang pemberi sudah terlebih dahulu untuk mengucapkannya. Karena kejadian yang tidak biasa tersebut, tentu si penerima merasa janggal, lalu bertanya, “mengapa anda mengucapkan terima kasih kepada saya, padahal barang ini adalah pemberian dari anda, dan saya yang harus berterima kasih kepada anda, karena anda sudah memberikan sesuatu yang sangat berharga kepada saya.”

Si pemberi menjelaskan bahwa ucapan terima kasih tersebut sudah selayaknya diucapkan oleh orang yang menerima kebaikan, akan tetapi orang yang memberi juga sangat pantas dan harus mengucapkan terima kasih. Hal ini dikarenakan orang tersebut sudah berkenan menerima kebaikan dari pemberi. Sebab kerelaan hatinya, orang yang memberi tersebut mendapat kebaikan dari Allah SWT.

Hal ini sudah sangat jelas bahwasanya, Allah memerintahkan kepada manusia untuk senantiasa berbuat baik kepada sesama. Jadi ketika ada seseorang yang berkenan menjadi objek kebaikan dari kita, tentu kita patut berterima kasih kepada orang tersebut, sebab mereka kita mendapat pahala atau kemuliaan dari Allah SWT.

Jika kebaikan tersebut dalam bentuk barang atau jasa, belum tentu semua orang mau menerima kebaikan yang kita berikan. Maka ketika ada seseorang yang berkenan menerima kebaikan dari kita, jelas sekali itu merupakan perbuatan yang sangat bermanfaat bagi kita, dan patut sekali kita mengucapkan terima kasih.

Berangkat dari sini, maka perlu kiranya kita memupuk diri kita agar senantiasa ringan dalam mengucapkan terima kasih. Tidak hanya saat menerima sesuatu, karena ini merupakan suatu keharusan, akan tetapi saat memberi sekali pun juga harus berucap terima kasih.

Jika kita tarik sedikit ke dalam dalil-dalil pokok agama islam, Rasulullah SAW dalam hadisnya sangat menganjurkan untuk senantiasa berterima kasih kepada sesama manusia. Bahkan dengan tegas Rasulullah mengkategorikan orang yang tidak bersyukur atau berterima kasih kepada sesama menusia sama saja dengan tidak bersyukur kepada Allah SWT.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: ” مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ

Dari sahabat Abu Hurairah; Raslullah SAW bersabda: Barang siapa yang tidak bersyukur (berterima kasih)  kepada sesama manusia, maka sama saja dengan tidak bersyukur kepada Allah SWT. (HR Turmudzi no. 1954)

Lalu, kaitannya orang yang memberi yang mengucapkan terima kasih, merupakan suatu kemulian yang tidak dapat dirasakan oleh orang. Hanya orang-orang pilihan yang berhasil meraih kemulian ini. Ini terbukti jika kita memperhatikan hadis Rasulullah SAW berikut.

عَن حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَانِي ثُمَّ سَأَلْتُهُ فَأَعْطَانِي ثُمَّ قَالَ لِي يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرٌ حُلْوٌ فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ وَكَانَ كَالَّذِي يَأْكُلُ وَلَا يَشْبَعُ وَالْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى

Dari sahabat Hakim bin Hizam RA. berkata: aku meminta sesuatu kepada Rasulullah SAW,kemudian Beliau memberikannya kepadaku. (Hal itu terjadi berulang-ulang hingga tiga kali). Kemudian Rasulullah bersabda: Sesungguhnya harta ini lezat dan manis. Maka, siapa yang menerimanya dengan hati yang baik, niscaya akan mendapat berkahnya. Namun, siapa yang menerimanya dengan nafsu serakah, maka dia tidak akan mendapat berkahnya. Dia akan seperti orang yang makan, namun tak pernah merasa kenyang. Dan tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. (HR. Bukhari no. 2910)

Dari hadis tersebut, sabda Nabi yang terakhr yang akan kita perhatikan maknanya. Pada awal matan, Rasulullah memang memberi tahu kita bahwa harta itu memiliki keberkahan tersendiri bagi orang yang menerimanya dengan hati yang bersih. Sebaliknya, harta tersebut tidak akan berkah jika diterima dengan nafsu serakah. Di sini, Rasul hanya membicarakan orang yang memperoleh harta. Lalu, di akhir matan Rasulullah mengeluarkan sabda, di mana orang yang memberi lebih baik dari pada orang yang hanya menerima.

Berangkat dari pemahaman, bahwa orang yang memberi itu mendapatkan kemulian tersendiri dalam agama islam, maka patut disyukur jika berada di posisi “tangan di atas.” Bersyukur kepada Allah SWT, karena telah menempatkan di posisi yang tersebut, serta berterima kasih kepada penerima karena menjadi salah satu sebab kita dikategorikan dalam “tangan di atas.”

*Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari & Penerima Beasiswa Cendikia BAZNAS Ma’had Aly.