KH. Asep Saifuddin Chalim menyampaikan tausyiah dan memberikan ijazah hizb Khofi kepada santri Tebuireng pada Rabu (02/05/2018). (Foto: Raihan Bagas-Kopi Ireng)

Mau’idhoh ini disampaikan oleh KH. Asep Saifuddin Chalim, Lc., MA. dalam acara Tausiyah dan Ijazahan Wisuda Takhassus dan Binnadhor Pondok Putra Pesantren Tebuireng (2/5/18).

Ada beberapa awrad (wirid) yang baik, Kyai Wahab Hasbullah dan Hadratussyaikh kalau berkaitan dengan al-Quran itu ditulis saja. Saya tidak tahu ayat berapa dan surah apa, tapi saya hafal karena pengijazahannya seperti itu.  Ayat ini dibaca dan dijadikan wirid setiap harinya,  ini bersumber dari :

وَفِي الْقُرْآنِ آيَتَانِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ

Di dalam al-Quran itu ada dua ayat, yang merupakan obat bagi setiap penyakit. Tapi ulama ahlu al-bashirah itu tidak sepakat dengan dua ayat. Namun apabila empat ayat itu dibaca, ulama bersepakat bahwa dua ayat yang dinyatakan dalam hadis yang membahas seperti ungkapan di atas, itu ada di dalam empat ayat ini. Makanya empat ayat ini dibaca dan dijadikan wirid.

“Mohon maaf, kata ayah saya (KH. Abdul Halim Leuwimunding), tapi ini juga ijazah dari kyai Hasyim dan kyai Wahab Hasbullah. Kata beliau, insyaallah kita tidak akan pernah sakit. Artinya kita tidak akan pernah sakit masuk ke rumah sakit, kalau sakit kecil-kecil ya sudah biasa. Termasuk saya, sampai saat ini belum pernah masuk rumah sakit. Mudah-mudahan ya karena saya dawam baca itu, tidak perlu sakit untuk mengeluarkan biaya untuk berobat itu. Saya baca ini, dan saya ijazahkan kepada panjenengan, ketahuilah bahwa membaca ini tidak ada proses mahar atau keharusan tawasul, cukup dijadikan wirid saja”, terang beliau.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

ثُمَّ أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ بَعْدِ الْغَمِّ أَمَنَةً نُعاساً يَغْشى طائِفَةً مِنْكُمْ وَطائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ يُخْفُونَ فِي أَنْفُسِهِمْ مَا لا يُبْدُونَ لَكَ يَقُولُونَ لَوْ كانَ لَنا مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ ما قُتِلْنا هاهُنا قُلْ لَوْ كُنْتُمْ فِي بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ الَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ الْقَتْلُ إِلى مَضاجِعِهِمْ وَلِيَبْتَلِيَ اللَّهُ مَا فِي صُدُورِكُمْ وَلِيُمَحِّصَ مَا فِي قُلُوبِكُمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ

(آل عمران : ١٥٤)

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَماءُ بَيْنَهُمْ تَراهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِنَ اللَّهِ وَرِضْواناً سِيماهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْراةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ كَزَرْعٍ أَخْرَجَ شَطْأَهُ فَآزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوى عَلى سُوقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحاتِ مِنْهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْراً عَظِيماً

(الفتح : ٢٩)

(لَقَدْ جاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ ما عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُفٌ رَحِيمٌ (التوبة : ١٢٨

(فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لا إِلهَ إِلاَّ هُوَ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ (التوبة: ١٢٩

Ini jadikan sebagai bacaan panjenengan, insyaallah tidak akan pernah sakit. Tapi jangan sampai dijadikan sebagai kesombongan. Agar meminimalisir biaya (berobat) sekarang.

Seperti yang saya janjikan, hizb khofi yang saya baca ini, wasilahnya kepada Nabi Muhammad Saw. kemudian KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, dan kepada abah saya karena beliau yang mengijazahkan kepada saya. Juga para pejuang-pejuang Nahdlatul Ulama pada waktu itu.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

بِخَفِيِّ لُطْفِ اللهِ بِلَطِيْفِ صُنْعِ اللهِ بِجَمِيْلِ سِتْرِ اللهِ دَخَلْتُ فِيْ كَنَفِ اللهِ وَتَشَفَّعْتُ بِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِدَوَامِ مُلْكِ اللهِ بِلَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. بِيَاهٍ. بِيَاهٍ. أُهَيْلٍ. أُهَيْلٍ. أَهْيَاشٍ. أَهْيَاشٍ. حَجَبْتُ نَفْسِيْ بِحِجَابِ اللهِ وَمَنَعْتُهَا بِآيَاتِ اللهِ وَبِالْآيَاتِ الْبَيِّنَاتِ وَبِحَقِّ مَنْ يُحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ، جِبْرِيْلُ عَنْ يَمِيْنِيْ وَمِيْكَائِيْلُ عَنْ يَسَارِيْ وَإِسْرَافِيْلُ مِنْ وَرَائِيْ وَسَيِّدُنَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَامِيْ وَعَصَى مُوْسَى فِي يَدِيْ فَمَنْ رَآنِيْ هَابَنِيْ وَخَتَمُ سُلَيْمَانَ عَلَى لِسَانِيْ فَمَنْ تَكَلَّمْتُ إِلَيْهِ قَضَى حَاجَتِيْ وَنُوْرُ يُوْسُفَ عَلَى وَجْهِيْ فَمَنْ رَأَنِيْ يُحِبُّنِيْ وَاللهُ مِنْ وَرَآئِهِمْ مُحِيْطٌ بِيْ وَهُوَ الْمُسْتَعَانُ بِيْ عَلَى أَعْدَائِيْ لَاإِلَهَ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Saya diijazahi oleh abah saya sejak kecil. Kemudian kaifiyah (tata cara) atau maharnya ini yang saya ijazahkan kepada panjenengan.

Yaitu puasa dimulai hari selasa, dan berakhir di malam Jumat. Disitu kita ketahui di malam Jumat ada sa’atu al-istijabah, saat dikabulkan isi dari hizb khofi ini. Hari selasa puasa biasa, kemudian dilanjutkan hari rabu, hari kamis juga puasa.

Tetapi ketika hari kamis, silahkan sahur tapi ketika waktu subuh sudah dalam keadaan terjaga. Jadi di hari kamis puasa dalam keadaan terjaga sejak subuh dan tidak boleh tidur sampai magrib. Ketika magrib, boleh buka tidak banyak-banyak, secukupnya. Kemudian tidak makan lagi karena harus tidak tidur, bacaan hizb dibaca terus dalam keadaan terjaga, ketika jam 12 malam shalat hajat dua rakaat. Kemudian tawasul kepada Rasulullah, kedua orang tua kita, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, dan KH. Abdul Halim. Kemudian berdoa kepada Allah, semoga Allah senantiasa melindungi dan menjaga kita. Dan hizb ini dibaca terus-menerus sampai terbit matahari. Baru setelah itu boleh istirahat dan makan, tapi makan yang halus atau sedikit saja karena jika banyak tidak baik untuk tubuh.

Jadi dengan semalaman terjaga, diwaktu malam Jumat itu, kita akan menemui waktu istijabah dalam keadaan terjaga, sehingga apa yang menjadi hajat kita akan terkabulkan, juga hajat sebagaimana yang terucap dalam hizb itu. Ini akan menjadi kekuatan kita menghadapi dunia ini.

Jika memang ada yang tertidur tidak kuat, tidak apa. Memang prosesnya seperti itu, nanti terjaga lagi. Jangan ada penyegajaan, terus tidur lagi. Tetep dilanjutkan, sehingga ngantuk yang pertama tidak sama dengan ngantuk yang kedua. Tapi insyaallah dengan jalan kaki, atau berendam di kamar mandi, dan seterusnya, tidak akan menjadikan tertidur. Hizb ini sejak hari selasa sudah dibaca, walaupun tidak terus-menerus.

Saya berpikir, kenapa ini akan menjadi suatu kekuatan. Karena kita telah mampu melakukan proses yang betul-betul melakukan kekuatan. Sehingga kita memiliki jiwa yang tangguh, punya kekuatan spirit ulama-ulama seperti KH. Hasyim Asy’ari.

….بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ، عَجَزْتُكُمْ