Dokumentasi seminar internasional Unhasy untuk mahasiswa PIBA, secara daring melalui zoom meeting.

Tebuireng.online— Lembaga Pengembangan Bahasa Universitas Hasyim Asy’ari menggelar seminar internasional pada Kamis (22/12) secara daring melalui zoom meeting. Kegiatan ini membahas tentang tren baru dalam pembelajaran bahasa Inggris dan bahasa Arab di berbagai negara.

Webinar ini menghadirkan pemateri dari luar negeri yang menjelaskan bagaimana pembelajaran bahasa asing di sana. Salah satunya dari Malaysia, Prof. Dr. Soo Kum Yoke Carolyn dari Universiti Teknologi MARA, Malaysia yang menjelaskan bagaimana para siswa di Malaysia menguasai bahasa Inggris dengan lancar.

Dalam menyampaikan materi tentang tren terkini dalam pengajaran bahasa Inggris selama dekade terakhir, inovasi teknologi telah menjadi bagian penting dalam proses pembelajarannya. Seperti saat terjadi pandemi covid 19 di tahun 2020 lalu, di sana hanya melakukan pembelajaran secara daring atau online.

Adapun target bahasa Inggris untuk siswa Malaysia dibagi menjadi beberapa tingkatan, mulai dari prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah, paska sekunder independen, universitas, dan tingkatan kerja pendidikan guru.

“Di Malaysia sebenarnya bahasa Inggris itu bukan bahasa utama ya, melainkan bahasa kedua setelah bahasa Melayu, dan kami (Malaysia) juga memiliki bahasa ketiga yakni Mandarin, karna kami merupakan negara multi ras,” ungkap Dr. Soo Kum Yoke.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Menurutnya, revolusi industri 4.O pada pendidikan telah menjadikan teknologi sebagai hal yang vital dalam proses belajar mengajar di sana, tapi yang pasti dalam hal itu ada plus minusnya.

“Seperti yang kita ketahui, keuntungan belajar menggunakan teknologi bisa membuat proses belajar menjadi efektif, dan memudahkan mencari informasi di internet. Namun di sisi lain juga ada kekurangan nya yakni bagi siswa yang tinggal di daerah minim sinyal dan listrik, dan yang paling di takuti adalah membuat siswa menjadi curang dalam belajar,” imbuhnya.

Student Voice Matters pada tahun 2021 juga telah mensurvei secara online beberapa siswa tentang bagaimana pembelajaran yang di inginkan, mengejutkan nya ternyata hanya 7% siswa yang ingin belajar secara online, dan yang paling dominan 58% memilih pembelajaran kombinasi antara online dan juga offline, sisanya 35% justru memilih untuk pembelajaran secara offline.

“Dari semua penjelasan sudah dapat di ambil kesimpulan mengapa di Malaysia para siswa mahir dalam berbahasa Inggris, ya karna sejak dini (pra sekolah) sudah mulai di kenalkan dengan bahasa Inggris,” jelasnya.

Selain dari Malaysia, pemateri juga datang dari National Dong Hwa University, Taiwan, yaitu Dr. Ai Chun Yen. Dalam forum itu ia menjelaskan tentang bagaimana penggunaan bahasa asing di Taiwan.

“Ada beberapa revolusi kurikulum pendidikan bahasa Inggris di Taiwan, kurikulum 2001, 2019. Namun karena covid 19 pendidikan bahasa Inggris di Taiwan berubah menjadi e learning, dan sekarang EMI (english as Medium Instructions) digencar oleh pemerintah Taiwan, (EMI= English as medium instruction) dimana bahasa inggris digunakan sebagai instruksi di kelas,” terang Dr. Ai Chun Yen.

Hal tersebut menurutnya mengadaptasi gardner’s theory of multiple intelligences, dengan pengimplementasian board games denna multiple assessment yang bukan test-oriented melainkan untuk life-long learning (projects and tasks).

Untuk diketahui acara ini diadakan sebagai pembelajaran mata kuliah PIBA yang setiap hari diampu oleh seluruh mahasiswa baru Unhasy dan bagi mahasiswa yang belum mengikuti tahun sebelumnya. Menurut penuturan salah satu peserta, acara ini memiliki tujuan memotivasi serta menambah bekal ilmu pengetahuan mahasiswa soal bahasa asing.

Pewarta: Albi/Firda