Dies Natalis yang ke-70, Universitas Airlangga (UNAIR) Program Pascasarjana bekerjasama dengan Pesantren Tebuireng menggelar Pagelaran Wayang Kiai bersama dalang muda dari Kabupaten Blitar Ki Cahyo Kuntadi, didampingi Sinden Nyi Sukses Rahayu, serta bintang tamu yang merupakan Dalang Senior yaitu Ki Sukron Suwono, Sabtu (2/11/2024).
Dies Natalis yang ke-70, Universitas Airlangga (UNAIR) Program Pascasarjana bekerjasama dengan Pesantren Tebuireng menggelar Pagelaran Wayang Kiai bersama dalang muda dari Kabupaten Blitar Ki Cahyo Kuntadi, Sabtu (2/11/2024). Foto: Irsyad

Tebuireng.online- Dies Natalis yang ke-70, Universitas Airlangga (UNAIR) Program Pascasarjana bekerjasama dengan Pesantren Tebuireng menggelar Pagelaran Wayang Kiai bersama dalang muda dari Kabupaten Blitar Ki Cahyo Kuntadi, didampingi Sinden Nyi Sukses Rahayu, serta bintang tamu yang merupakan Dalang Senior yaitu Ki Sukron Suwono, Sabtu (2/11/2024).

Pertunjukan wayang tersebut berlangsung di halaman gedung Pascasarjana UNAIR, dengan menampilkan pergelaran wayang kulit, dengan lakon yang dipentaskan adalah Bandaran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Lakon ini menggambarkan fatwa resolusi jihad dalam Perang Rakyat Semesta di Surabaya, 10 November 1945.

Direktur Pascasarjana UNAIR, Prof. Badri Munir Sukoco, mengatakan Visi Indonesia Emas 2045 sebagaimana yang telah ditandatangani presiden 13 September 2024.

“Menjadi negara yang bersatu, berdaulat, maju dan berkelanjutan, visi tersebut dijabarkan ke dalam delapan misi pembangunan, yang pertama hingga ketiga, terkait dengan transformasi sosial, ekonomi dan tata kelola, yang kelima adalah ketahanan sosial budaya dan ekologi,” ucapnya.

Pengenalan terhadap budaya, akan menjadi tantangan besar bagi warga Indonesia khususnya proporsi penduduk di bawah 40 tahun.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Saat ini telah mencapai kurang lebih sekitar 70% dan cenderung kurang mengenal budaya kita, harapan kami dengan adanya pagelaran wayang, generasi muda, mahasiswa/i, maupun masyarakat umum yang menyaksikan bisa melihat bagaimana akulturasi budaya yang juga dikembangkan menjadi media syiar akan bisa menjadi media untuk meningkatkan indeks pembangunan kebudayaan kita,” jelasnya.

Meski demikian, menghadirkan pertunjukan wayang dengan mempertahankan identitas nasional, namun tetap relevan pada masa sekarang, bukanlah perkara mudah. Dalang harus mampu menjembatani tradisi dan modernitas karena wayang harus mampu beradaptasi dengan zaman tanpa kehilangan rohnya, serta memiliki peran penting dalam menghibur.

Prof Dr. Bambang Sektiari Lukiswanto Wakil Rektor Bidang Akamdemik, Kemahasiswaan dan Alumni Pascasarjana UNAIR. Foto: Irsyad
Prof Dr. Bambang Sektiari Lukiswanto Wakil Rektor Bidang Akamdemik, Kemahasiswaan dan Alumni Pascasarjana UNAIR. Foto: Irsyad

Prof Dr. Bambang Sektiari Lukiswanto Wakil Rektor Bidang Akamdemik, Kemahasiswaan dan Alumni Pascasarjana UNAIR, mengatakan, “Pagelaran wayang perlu didukung dan intensifkan karena sebagai salah satu sarana dalam meningkatkan indeks kebudayaan Indonesia,” ujarnya.

Pagelaran Wayang Kiai ini diharapkan tidak hanya menjadi ruang untuk menikmati kesenian, tetapi juga berfungsi sebagai sarana edukatif bagi seluruh penonton undangan maupun masyarakat yang menonton untuk menjaga dan melestarikan budaya.

“Resolusi Jihad ini masih sangat relevan sampai sekarang, kalau dulu kita berjihad dengan mengangkat senjata maka sekarang kita berjihad di sarana digitalisasi,” imbuhnya.

Selain itu, acara ini menampilkan wayang kulit yang menggabungkan elemen tradisional dengan teknologi modern. Dalam pertunjukan itu, elemen klasik wayang dipadukan dengan sentuhan modern, seperti proyektor dan musik digital, sehingga bayangan hitam-putih yang ditampilkan mendapat efek musik dan visual yang membuatnya lebih relevan di era saat ini.


Penulis: Diba