Sumber foto: nu online

Lebaran merupakan hari bahagia bagi umat Islam di dunia, apalagi di Indonesia. Semaraknya terasa hingga ke akar rumput. Ucapan selamat digaungkan, mulai dari pribadi per pribadi hingga institusi dan organisasi. Bahkan di era ini, berbondong-bondong membuat konten kreatif menyambut lebaran dengan video, film, foto-foto, berisi ucapan selamat lebaran.

Masyarakat NU juga demikian. Bahkan tradisinya sangat terasa karena sangat dekat dengan tradisi masyarakat. Namun, tahukah, jika sejak zaman Sang Pendiri, NU biasa menerbitkan ucapan selamat resmi dari pengurus besarnya. Di majalah Berita Nahdlatul Oelama (BNO) tahun 1354 H, hoofdbestuur (pengurus besar) Nahdlatul Ulama menghaturkan selamat hari raya Idul Fitri.

Di tahun itu Idul Fitri jatuh pada tanggal 7 Januari 1936 M, sepuluh tahun sejak NU didirikan dan Indonesia (Hindia Belanda) masih dijajah Belanda. Pada kolom haturan selamat Idul Fitri di majalah yang terbit 1 Januari 1936 tersebut, jajaran Syuriyah dan Tanfidziyah Hoofdbestuur (Pengurus Besar) Nahdlatul Ulama dicantumkan di situ mulai Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dan pengurus lain.

Di antara kiai-kiai yang disebut adalah KH. Ridwan bin Abdullah Surabaya, Abdul Wahab bin Hasbullah Surabaya, Abdullah bin Ali, KH Hamim, KH Sahal, KH A Faqih dll. Sementara di antara jajaran Tanfidziyah ada nama KH. M. Noer, H S Samil, M. Kariadi dan lain-lain.

Ucapan selamat Idul Fitri dalam majalah tersebut berbunyi: “Menghatoerkan selamat hari raya A’Idil fitri kehadapan sekalian Ichwanul moeslimin wal moeslimat, pembaca BNO umuman, wachoesoeson qoum Nahdliijin, menghatoerkan poela beberapa jenis kesalahan, kelalaian, kehilapan dan koerangnya Ta’addoeb semasa doedoek dalam Bestoeran, maoepoen sebeloemnya; Maka atas hal demikian, tenteo sedjoemlah kami ampoenja doesa hak adami, moehoen di maafkan sekaliannja dari Doenia hingga Acherat kelak. Di samping inipoen ta’loepalah kami sekalian bersedia memafakan sekedar doesa saudara terhadap kami sekaliannja. Dan mari kita berdo’ea pada Allah djoega bersama-sama, disampaikan Oemoer kita masing-masing sampai bertemu A’idilfitri tahoen jang akan datang 1355 Amin!!”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Faktanya, pada tahun 1936 itu, majalah Berita Nahdlatoel Oelama berdiri sejak 1931 (Ensiklopedi NU; 2014). Namun dalam riwayat lain, BNO berdiri tahun 1934 sejak Muktamar ke-9 NU di Banyuwangi sebagai kelanjutan dari Swara Nahdlateol Oelama. Kemudian, Majalah Berita Nahdlatoel Oelama ini digawangi oleh KH Mahfoedz Siddiq sebagai Pemimpin Umum sekaligus Pemimpin Redaksi. Terbit setiap setengah bulan sekali.

Selain mengabarkan tentang dinamika organisasi di tubuh NU, menurut KH. Saifuddin Zuhri dalam buku Berangkat dari Pesantren (LKiS, 2013), majalah ini juga bersifat ilmiah Islamiyah. Kehadiran majalah ini juga menandakan dinamika gerakan NU sejak awal berdiri tahun 1926 sudah menyadari peranan media begitu penting bagi keberlangsungan dakwah dan organisasi.

Tahun 1936 beberapa sejarah penting NU tercatat, NU menggelar Kongres ke-11 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pada waktu itu Hidayah Islamiyah, sebuah organisasi Islam bergabung dengan NU. Pada tahun itu pula KH. Wahid Hasyim mendirikan Ikatan Pelajar-Pelajar Islam di Jombang, membangun taman bacaan tak kurang 500 buku, termasuk majalah, surat kabar dalam bahasa Jawa dan Indonesia.

Sumber: http://www.nu.or.id/post/read/53530/selamat-hari-raya-idul-fitri-zaman-kh-hasyim-asy039ari