Berbahasa Indonesia yang baik dan benar ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan. Selama ini, baik di kehidupan sehari-hari maupun lingkungan akademis, ada saja tipo atau salah ketik yang biasa dilakukan oleh orang-orang. Contohnya  saja ketika menyusun tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi dan artikel lainnya. Masih banyak dari kita yang keliru dalam memahami tata cara penulisan berbahasa Indonesia sesuai kaidahnya.

Holy Adib dengan pemikirannya bahkan membahas topik yang remeh, tetapi bisa menyuguhkannya dengan baik yang ditulis ke dalam bentuk esai. Setelah membaca beberapa  esai  yang  ditulisnya,  sekilas  Holy  Adib  seperti  “polisi  bahasa”  yang memiliki perhatian yang tinggi terhadap persoalan Bahasa Indonesia.

Penulis memiliki kehebatan dalam menjelaskan permasalahan secara mendetail, sehingga persoalan yang nampak sederhana itu menjadi permasalahan yang serius, penting dan bermakna dalam kehidupan berbahasa untuk bangsa Indonesia ini. Selain itu, dia juga bisa menjadi gudang informasi yang dapat memberikan fakta berbahasa kepada para pembaca bukunya.

Holy  Adib  dalam bukunya ini memaparkan permasalahan kata (termasuk afiks), kelogisan penggunaan kata, pembentukan kata (termasuk akronim), penggunaan bahasa asing, penggunaan bahasa daerah, dan sikap berbahasa dalam komunikasi antaretnis  (nasional)  yang  digunakan  dalam  berbagai  kegiatan  berkomunikasi seperti komunikasi di dalam media massa, media sosial, media tatap muka, dan lain-lain.

Bahasan kumpulan esai ini merupakan kritik-kritik terkait persoalan bahasa dan cara berbahasa yang disatukan menjadi sebuah buku. Di dalam buku ini, ada sebanyak 31 tulisan (artikel) yang telah diterbitkan di beberapa media massa pada tahun 2019 dan 2020.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Esai yang paling menarik perhatian adalah yang berjudul “Tidak Baku Belum Tentu Salah”. Sebab, banyak orang-orang yang tidak mengetahui perbedaan antara kata baku atau tidak baku dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan dalam lingkup akademis, seringkali dijumpai tulisan-tulisan yang tidak baku dituliskan ke dalam tulisan karya ilmiah tanpa mau mengoreksinya supaya hasil tulisannya sesuai kaidah berbahasa Indonesia yang benar.

Contoh kata yang salah, tetapi bukan tidak baku, yakni shalat. Walaupun begitu, kata tersebut masih boleh digunakan kalau menyetujui bahwa kata salat tidak mewakili arti shalat, meskipun huruf ‘h’ dalam kata itu tidak mempengaruhi secara semantis (menyangkut makna), akan tetapi tulisannya harus dimiringkan.

Topik lain yang dibahas dalam buku ini adalah prinsip penerimaan sufiks (akhiran) asing sebagai akhiran bahasa Indonesia, seperti -isme (misalnya, sukuisme), -is (contohnya, agamis, pancasilais) dari bahasa Inggris/Belanda, dan -wan (seperti ilmuwan, wartawan) dari bahasa Sanskerta.

Ada bahasan lain juga tentang memperdebatkan makna kata takjil. Sebagaimana kita ketahui bahwa penggunaan kata takjil sering kali digunakan di setiap Ramadan di Indonesia. Kata takjil diserap dari bahasa Arab. Tapi, bagaimana seharusnya masyarakat Indonesia menggunakan kata takjil? Benarkah kata tersebut harus digunakan sesuai dengan maknanya dalam bahasa Arab? Hal itu dibahas dalam buku ini.

Sedikit bocoran mengenai judul-judul esai yang bagus untuk dibaca, yakni Mengapa Banyak Judul Film Indonesia Berbahasa Inggris, Subtitel, Menyanggah Pendapat yang Menyalahkan Makna Galon, Dialek dan Logat, Insentif atau Bantuan untuk Pemegang Kartu Prakerja? dan lainnya.

Buku ini ditulis bukan karena penulisnya sangat bersemangat dalam meningkatkan martabat  bahasa  Indonesia  yang  kerap  kali  membuat  para  penulis  melupakan kaidah-kaidah dalam linguistik (ilmu bahasa), akan tetapi juga karena penulis ini menguasai kaidah bahasa, sehingga pendapat-pendapat berbahasa dapat dipertanggungjawabkan olehnya dari sudut pandang menurut teori linguistik.

Penulis buku ini sudah menjelaskan setiap persoalan bahasa dan persoalan berbahasa secara lengkap dan diuraikan dalam batas-batas tertentu agar mudah dipahami oleh masyarakat Indonesia sebagai penutur asli bahasa Indonesia.

Oleh karena itu, buku kumpulan esai ini sangat penting untuk dibaca bagi semua kalangan yang ingin memahami penggunaan bahasa Indonesia, baik yang baku maupun tidak baku, karena buku ini menjelaskan tentang berbagai macam masalah berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Judul Buku      : Perca-Perca Bahasa: Kumpulan Esai

Penulis             : Holy Adib

Penerbit           : Diva Press

Tahun               : 2021

Tebal                :184 hlm

ISBN               : 9786232930988

Peresensi         : Putri Wulan Anjeli