Oleh: KH. Amir Jamiluddin*

أَلْحَمْدُ لِلهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، أَمَّا بَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، وَاتَّقُوْا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ خَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَسَبَّحَ لَهُ كُلُّ شَيْءٍ، كَمَا قَالَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ فِي سُوْرَةِ الْاِسْرَاءِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا، صَدَقَ اللهُ الْعَظِيْمِ

Hadirin Umat Islam yang Dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala

Siang ini kita akan melaksanakan shalat Jumat. Tiada lain semua itu bukti bahwa kita ini mengabdi, bertasbih, bertahmid, menghambakan diri beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena tiada lain tujuan makhluk diciptakan oleh Allah adalah agar beribadah kepada-Nya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

وَمَاخَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّالِيَعْبُدُوْنَ

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.”

Beribadah, hakikatnya adalah al-khudu’ wa al-tadzallul, rendah diri dan merasa hina kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Jadi  tidak ada kesombongan, dan tidak ada merasa baik. Karena itu, kita seharusnya menganggap suci kepada Allah dengan cara bertasbih.

Sebagaimana disebutkan dalam ayat tadi, surah al-Isra ayat 44. Bahwa langit yang tujuh lapis, bumi juga serta seisinya itu semua ber-sabbih menyucikan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dan tiada dari suatu apapun kecuali bertasbih dengan memuji Allah, wa in min sya’in illa yusabbihu bi hamdihi. Hanya kalian tidak mengerti bagaimana cara mereka bertasbih, walakin la tafqahu tasbihahum.

Ayat ini memberi teladan kepada kita bahwa makhluk Allah yang lain selain manusia itu juga bertasbih, masak kita tidak? Ayat ini dibuktikan oleh peneliti dari Amerika. Ia meneliti suara tumbuh-tumbuhan. Dari suara tumbuhan itu ia rubah menjadi garis-garis, dan dihubungkan dengan monitor komputer. Ternyata di monitor itu, garis-garis tersebut membentuk garis yang bertuliskan lafad jalalah, Allah.

Artinya apa, suara tumbuh-tumbuhan itu juga bertasbih. Berzikir menyebut Allah, Allah. Imam al-Ghazali jauh-jauh sudah mengungkapkan cerita tentang nabi Daud ‘alaihissalam, di dalam kitab bustanu al-‘arifin diterangkan bahwa nabi Daud waktu itu sedang duduk di depan surau menghadap halaman. Ternyata ada ulat yang menggeliat, dalam hati nabi Daud mengatakan, “Wahai ulat, kerjaanmu hanya menggeliat saja”.

Ternyata respek ulat ini luar biasa, Allah membuat ia mendengar dan bersuara, “Wahai nabiyullah, saya tiap hari juga bertasbih kepada Allah, tiap hari bertasbih”. Maka nabi Daud bertaubat kepada Allah karena telah menghina ciptaan-Nya, mengasumsikan ia cuma bergerak-gerak tapi ia ternyata bertasbih.

Semua tumbuhan bisa bersuara, berdoa. Dalam riwayat Bukhari, Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam suatu saat sedang berjalan-jalan di kebun Makkah/Madinah kemudian menemukan dua kuburan tua. Beliau mendengar tangisan dari ahli kubur. Lalu beliau berinisiatif memanggil sahabat untuk minta tolong diambilkan pangkal pohon kurma. Setelah diambilkan, beliau membelah menjadi dua, separuh ditancapkan di kuburan satu, separuh lain di kuburan satu lagi. Ternyata, tangisannya tidak terdengar lagi.

Rasulullah ditanya, ‘Untuk apa wahai Rasul, benda tadi engkau letakkan di kuburan ini’. La’llahu yukhaffafu ‘anhuma, barangkali diringankan siksanya dari dua ahli kubur ini. Ternyata memang tidak menangis lagi. Asal keduanya (pelepah kurma) itu belum kering.

Jadi kalau kita ke makam, kalau membawa kembang itu yang asli. Tidak ada kembang, daun pandan yang diirisi oleh penjual itu tidak masalah. Itu lebih baik daripada karangan bunga yang kertas, mahal-mahal dari gabus. Kadang-kadang diambil lagi oleh yang membuat, kalau sudah bubar. Ini (karangan bunga palsu) tidak ada artinya. Kalau hadis ini mengisyaratkan bunga yang asli, bisa mendoakan. Karena itu, kalau ke kuburan jangan mengambil tumbuh-tumbuhan, daun-daunan, itu dimakruhkan karena (tumbuhan) berdoa.

Betapa tinggi akhlak ulama dahulu di dalam menghormati ciptaan Allah berupa tumbuhan. Diceritakan dalam kitab (bustanu al-‘arifin) pula bahwa imam Abdullah dan imam Ahmad (selain shohibu mazhab) jalan-jalan berdua. Ternyata imam Ahmad ini memetik daun. Lalu imam Abdullah berkomentar, ‘Anda memetik daun, berarti anda sudah mengakibatkan; satu, mengurangi yang mendoakan bertasbih kepada Allah, dua, menjadi contoh orang lain akan merusak tanaman’. Ini sangat disayangkan, tidak dianjurkan oleh Rasulullah dan al-Quran. Ini merusak tanaman, tidak boleh. Justru harus kita rawat. Jadi, lingkungan kita ini harus kita rawat.

Bahkan Rasul menganjurkan kalau ada tanah kosong, tanami.

مَنْ كَانَتْ لَهُ أَرْضٌ فَلْيَزْرَعْ

Siapa punya tanah, tanami.

Kalau tidak mau (menami), maka berikan manfaatnya  saja.

Jadi, kita sebagai umat manusia kalau bisa seyogyanya bertasbih, berzikir ingat kepada Allah, sebagaimana makhluk-makhluk lain. Kita jangan sampai kalah, kalau mereka bertasbih dengan caranya masing-masing. Mulai burung, tumbuhan, dan lain-lain. Itu semua bertasbih menyucikan Allah subhanahu wa ta’ala.

Semoga kita diberi ma’unah, taufiq,bisa bertasbih beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.  

إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلَامِ وَأَبْيَضَ النِّظَامِ كَلَامُ اللهِ الْمَلِكِ الْعَلَّامِ وَاللهُ يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدُ الْمُرْتَضُوْنَ

أَعُوْذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ،  مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسآءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيْدِ . بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِنَ اْلأٓيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ


*Pengasuh Pondok Pesantren Walisongo

Pentranskip: MSA