KH. Asep Saifuddin Chalim menyampaikan tausyiah dan memberikan ijazah hizb Khofi kepada santri Tebuireng pada Rabu (02/05/2018). (Foto: Raihan Bagas-Kopi Ireng)

Tebuireng.online— Pengasuh Pesantren Amanatul Ummah Pacet, KH. Asep Saifuddin Chalim berkesempatan memberikan ijazah amalan hizb Khofi kepada santri dan pengurus Pondok Putra Pesantren Tebuireng. Kiai Asep, panggilan akrabnya, juga memberikan tausyiah mengenai tujuh syarat menggapai ilmu yang manfaat.

Dalam tausiyahnya tujuh syarat tersebut terdapat dalam kitab Ta’lim al Muta’alim karya az Zarnuji tentang upaya menjadikan ilmu yang didapatkan bisa bermanfaat. Tujuh syarat tersebut yaitu, bersungguh-sungguh, tidak boleh makan samapai kenyang, meninggalkan kemasiatan, menjaga wudu, istikamah membaca Al Quran dengan melihat lafadznya, melaksanakan shalat malam, dan tidak boleh jajan sembarangan.

“Tujuh syarat itu di Amanatul Ummah dijadikan prinsip dasar mendapatkan ilmu bermanfaat yang biasanya dibacakan setiap apel pagi sebelum santri masuk sekolah,” ungkap Kiai Asep di Gedung KH. M. Yusuf Hasyim lantai III Pesantren Tebuireng pada Rabu (02/05/2018).

Selanjutnya, Kiai Asep juga bercerita bahwa ayandanya, KH. Abdul Chalim Cirebon merupakan khodim atau abdi Dalemnya Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Bahkan Kiai yang mengawali perjuangannya menjadi guru Bahasa Inggris di Surabaya itu, menuturkan bahwa ayahnya merupakan salah satu santri kesayangan Kiai Hasyim.

“Saya akan bercerita tentang ayah saya. Ayah saya merupakan khodim atau abdi Dalem Mbah Hasyim. Menurut cerita ayah saya merupakan santri kesayangan Mbah Hasyim. Mbah Hasyim menyebut ayah saya dengan panggilan mas. Ayah saya juga ikut dalam mendirikan Nahdhatul Ulama dan ikut dalam Komite Hijaz,” jelas Ketua Persatuan Guru NU (Perguru) itu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Oleh karena itu, Mudir Bidang Pembinaan Pondok, H. Lukman Hakim menegaskan bahwa Ammanatul Ummah tidak bisa dipisahkan dari Tebuireng. Terdapat banyak faktor yang melatarbelakangi  keduanya tidak bisa dipisahkan. H. Lukman juga menganalogikan acara ini dengan sejarah Hadrarussyaikh KH Hasyim Asy’ari yang meminta Kiai Abbas Buntet dan kawan-kawan dari Cirebon untuk datang ke Tebuireng berbagi ilmu bela diri dan kanuragan kepada para santri kala itu.

“Ammanatul ummah dengan Tebuireng tidak bisa di pisahkan, ayah Kiai Asep Saifuddin juga merupakan santri Kiai Hayim sekaligus salah satu pendiri jamiyah Nahdhatul Ulama yang berasal dari Cirebon, Kiai Asep juga sangat dekat dengan Gus Sholah,”  ujar Haji Lukman.

Setelah tausiyah Kiai Asep membacakan hizb Khofi dan mengijazahkan kepada seluruh hadirin di ruangan tersebut. Tak semudah itu, untuk mengamalkan hizb itu, mereka harus melakukan beberapa syarat sebagai maharnya, agar hizb tersebut berfungsi.


Pewarta:            Faisal Aji

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin