ilustrasi: pembelajar/lensgo

Tuhan, Aku Berserah
Oleh: Anis Faikatul Jannah*

Di sepi sepertiga malam yang sunyi
dalam cahaya rembulan yang merayu
aku menyerahkan diri, hidup atau mati
kepadamu, tuhan, padamu yang kumohon

di dalam gelap, hatiku terpanggil
memohon padamu, wahai yang maha esa
di dalam dada yang gelisah dan tak pasti
aku menyerahkan segalanya padamu

hidupku, layaknya titik di samudera yang teramat luas
melayang di antara ombak tak menentu
namun dalam sepertiga malam-mu yang sunyi
aku menyerahkan, hidupku dalam genggamanmu

jika raga ini hampa, jika jiwa terpaut lelah
biarkanlah keputusan berada dalam limpahan kasihmu
di sepertiga malam yang penuh kedamaian
ku serahkan hidup atau mati padamu

kemuliaan-mu, panggilan-mu dalam keheningan
aku merasa terikat, merasa merdeka dalam keputusan ini

ya tuhan, dalam sepertiga malam-mu yang suci
hidupku atau matiku, kuserahkan padamu sepenuhnya.

Menyelami Duka
Heningnya ruang kosong menyelimuti kehampaan
duka hadir dalam bayang gelap
hanya ada duka yang merayapi
di setiap tiupan angin yang berlalu

gurat kesedihan di wajah senja
rona kehilangan menghiasi langit
hanya ada duka dalam sunyi
dalam hampa yang tak terungkap

tiada nyanyian dalam desiran daun
hanya seraut wajah yang terluka
duka merajai dalam keheningan
di setiap detik yang berlalu pergi

hanya ada duka yang menari
dalam alunan kesepian diri
di relung hati yang sunyi terabaikan
dalam sendu yang tak terobati

Bertaruh
Di antara reruntuhan waktu yang berdenyut
ku tertatih dalam gemuruh
bertaruh nyawa dalam impian, aku patuh
dengan berusaha tak mengeluh

dalam serpihan mimpi-mimpin yang terhampar
ku telusuri jalan yang penuh tantangan
mengukir impian di atas tanah yang gersang
terkadang aku tak gentar mengejar kejayaan

di setiap langkah, dalam desir petang yang sunyi
kupertaruhkan nyawa dalam setiap tawa dan tangis
memahami hidup ialah petualangan yang tercipta

dulu aku, penuh semangat dan harapan
melampaui batas, menari dalam badai dan angin
bagiku mimpi adalah peta yang membimbing kemana aku harus berlari
meskipun ku tertatih dalam perih

kini, biarlah dunia berbisik dengan keraguan
aku hampir berhasil mewujudkan seluruh impian
tapi aku sudah kelelahan
detak jantungku tak lagi kencang
aku akan pulang membawa impian yang abadi.

*Mahasiswa PBSI Unhasy.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online