Sumber gambar: https://www.liputan6.com/lifestyle/read/2532015/10-tradisi-unik-penduduk-mesir-di-bulan-ramadan

Oleh: Rizki Hanivan*

Setiap negara mempunyai tradisi unik dalam mengungkapkan kebahagian akan datangnya bulan Ramadan. Banyak tradisi yang hanya kita temukan di bulan Ramadan saja. Termasuk negara Mesir yang mempunyai beberapa tradisi dan hidangan unik selama Ramadan. Tradisi-tradisi tersebut pun menarik para wisatawan mancanegara, sehingga dijadikan sebagai destinasi wisata Ramadan.

Banyak hal yang membuat Ramadan di Mesir sangat berbeda dengan hari-hari biasanya. Yaitu, lampu Fanous. Sebelum Ramadan, biasanya akan tampak di setiap tepi jalan dan toko-toko menjual lampu fanous untuk dipasang di depan pintu apartemen, di depan pintu rumah, dan disetiap jalan. Lampu Fanous pun juga dijadikan masyarakat Mesir untuk memperindah ruangan di balkon, dalam rumah, dan taman.

Tradisi ini bermula pada zaman Dinasti Fathimiyah, saat masyarakat Mesir bersama-sama membawa lampu ketika menyambut Khalifah Muiz Lidinillah yang ketika itu bertepatan pada tanggal 5 Ramadan 359 Hijriah. Lampu fanous ini mempunyai nilai filosofis tersendiri bagi masyarakat Mesir. Yaitu, sebagai sumber cahaya kegelapan bagi yang membawanya, sebagaimana bulan Ramadan.

Di dalam bulan Ramadan pula, ada pula tradisi Musarahati. Yaitu, ketika beberapa orang laki-laki memakai jubah atau yang disebut Galabiya dan topo sambil memegang drum kecil (Baza).  Kemudian mereka berkeliling sembari menyebut nama-nama penduduk sekitar untuk membangunkan mereka sahur sekitar 2 jaam sebelum azan shubuh. Namun tradisi ini tidak dilaksanakan di seluruh wilayah Mesir, hanya di beberapa wilayah seperti di kawasan Bathniya (belakang masjid Al-Azhar), sebagian distrik 10 serta beberapa kota di luar Provinsi Kairo seperti Tafahna Al-Asyraf, Provinsi Daqahliyah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Tradisi berikutnya yaitu Maidatur Rahman. Bisa kita sebut Hidangan Tuhan. Terdapat beberapa versi sejarah mengenai awal mula tradisi ini. Ada yang menyebutkan bahwa awal-mula ada semenjak zaman Rasulullah SAW. Ketika ada rombongan dari Thaif datang dan Rasulullah mengirimkan untuk mereka makanan berbuka dan sahur melaui Bilal bin Rabah. Begitu pun pada masa Umar bin Khattab yang menyiapkan sebuah rumah untuk memberikan hidangan berbuka bagi tamu yang berbuka puasa.

Sementara di Mesir, Maidatur Rahman konon bermula ketika Harits bin Laits ulama Ahli Fiqh dan Hartawan ketika bulan Ramadan dia hanya berbuka dengan memakan Foul (kacang khas Mesir yang sudah diolah). Dia juga membuatkan Maidaturrahman dengan menyiapkan makanan berupa Bubur sampai dikenal dengan Bubur Harits.

Pendiri Dinasti At-Touluniyyah Mesir, Ahmad Toulun sekitar tahun 880 Masehi membuat hidangan makanan yang lezat bagi orang-orang yang berpuasa. Tradisi ini dilanjutkan sang anak yang bernama Khumarawy yang menghidangkan makanan di tempat-tempat umum.

Saat Dinasti Fathimiyah berkuasa, mereka menamakan Maidatur Rahman dengan Darul Fitrah. Tapi saat Masa Dinasti Mamalik dan Ustmaniyah tradisi ini sempat menghilang karena  peperangan yang terjadi kala itu. Pada masa kolonialisme oleh Inggris dan Perancis beberapa lembaga-lembaga amal membangkitkan kembali tradisi Maidaturrahman untuk kaum fakir miskin.

Sampai pada kurun waktu tahun 70-an hingga sekarang tradisi Maidaturrahman mulai berkembang dan tersebar di beberapa negara Arab dan Islam. Jiwa sosial yang tinggi dari para penderma di Mesir patut diacungi jempol. Terutama saat bulan Ramadan mereka berlomba-lomba dalam kebaikan untuk memperoleh pahala sebanyak mungkin. Seperti pemberian bantuan (musa’adah) dalam bentuk uang, makanan atau sembako untuk para fakir miskin termasuk juga kepada mahasiswa asing yang belajar di sana.


*Penyusun adalah mahasiswa PBA Unhasy Tebuireng Jombang.