Oleh: Izzatul Mufidati*

Firman Allah dalam al-Quran surah al-Ahzab ayat 41 :

Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan meyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya).

Dalam ayat tersebut menerangkan bahwa setiap manusia diperintahkan untuk memperbanyak dzikir kepada Allah SWT di mana pun ia berada. Masyarakat Indonesia, sudah tidak asing lagi mendengar puji-pujian yang dilantunkan oleh muadzin sebelum melaksanakan shalat berjama’ah di masjid, surau atau mushalla. Pada sebagian daerah dalam melantunkan pujian setelah adzan ada yang berupa doa, shalawat, dan kata-kata hikmah berbentuk syi’ir penuh motivasi ibadah serta ketaatan. Di antara contoh pujian dalam sholat misalnya:

اللهم صل على محمد يارب صل عليه وسلم

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Allahuma sholi ‘ala Muhammad Ya Robbi sholi ‘alayhi wasallim

Muslimin muslimat monggo jama’ah sholat

(wahai kaum muslimin muslimat mari berjama’ah sholat)

Ganjaranipun 27 derajat

(pahalanya 27 derajat)

Kangge sangu benjeng ono ing dino Kiamat.

(Sebagai bekal kelak waktu kiamat)

Supados slamet ing dunyo dugi akhirat

(supaya selamat dunia dana akhirat)

 

صل وسلم دائما على احمد

والآل والأصحاب من قد وحد

Sholli wa sallim daa-iman ‘alaahmadaa Wal aali wal ash-haabi man qod wahhadaa

Saben malem jum’at ahli kubur moleh nang omah

(Setiap malam jum’at ahli kubur pulang ke rumah)

Kanggo nyuwun dungo wacan qur’an snajan sak kalimat

(Untuk meminta doa walau satu ayat al-qur’an)

Lamun ora dikirimi, banjur bali kubur brebes mili

(Jika tidak dikirimi, lalu mereka kembali dengan tangisan)

Yen dikirim dungo ati bungah rakaruan

(ketika dikirim doa hati mereka Bahagia tiada tara)

 

Kalimat dalam pujian tersebut merupakan salah satu contoh strategi para ulama guna mengokohkan syiar Islam di tengah-tengah masyarakat dan semakin menancapkan ajaran agama ke dalam hati masyarakat yang di dalamnya berisi pujian kepada Allah, dzikir, shalawat dan nasihat.

Dalam Hadits Shahih Muslim secara spesifik Nabi Muhammad saw. Memerintahkan umatnya bershalawat kepada beliau setelah adzan dan memintakan  wasilah untuk beliau. Sebagaimana sabda Nabi SAW. :

”Dari Abdullah ibn ‘Amr bin al ‘As., sesungguhnya mendengar Nabi SAW. Bersabda, ketika kalian mendengar orang adzan maka jawablah sebagai mana yang telah ia serukan, kemudian bershalawatlah kepadaku, sesunggguhnya barang siapa membaca shalawat kepadaku satu kali maka Allah membalasnya sepuluh kali, kemudian memintalah pada Allah wasilah untuk aku, sesungguhnya wasilah itu adalah derajat di Surga yang tak patut kecuali bagi seorang hamba dari hamba-hambanya Allah, dan aku juga memohon agar itu adalah aku, maka barangsiapa saja yang memohonkan aku mendapatkan wasilah maka pasti baginya syafa’at. (H.R Muslim)

Selain itu, dalam hadits disebutkan, pada masa Rasulullah SAW. para sahabat menyenandungkan sya’ir di masjid. Sebagaimana kisah yang tertuang dalam hadits Nabi SAW. :

 “Dari Zuhri dari Said ibn Musayyab, beliau berkata : pada suatu ketika Umar berjalan bertemu Hasan ibn Tsabit yang sedang melantunkan syair di Masjid, lalu Umar menegurnya, namun Hasan menjawab, ‘Aku telah melantunkan syair di masjid yang di dalamnya ada seseorang yang kemuliaannya lebih mulia dari pada Anda’, kemudian ia menoleh kepada Abu Hurairah, Hasan melanjutkan perkataannya, ‘bukankah kamu telah telah mendengar sabda Rasulullah saw. ; Jawablah dariku, Ya Allah mudah-mudaahan Engkau menguatkannya dengan ruh al-Qudus, lalu Umar menjawab; ‘Ya Allah, benar (Aku sudah mendengarnya)’”. (H.R. Muslim)


Disarikan dari buku  : Potret Ajaran Nabi Muhammad Dalam sikap Santun Tradisi & Amaliyah NU


*Mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah al Urwatul Wutsqo (STIT – UW)