Dzurriyah Syaikhona Kholil Bangkalan, Lora Ismail Amin Al Kholili mengisi mauidoh hasanah dalam perayaan maulid Nabi Muhammad saw, di masjid Ulil Albab Pondok Putri Pesantren Tebuireng. (foto: ayong)

Tebuireng.online– Lora Islmail Amin Al-Kholil yang populer dipanggil Lora Ismail menerangkan bagaimana jelasnya perayaan maulid Nabi Muhammad yang sering diperdebatkan. Beliau menerangkan secara rinci hal tersebut dalam acara Jam’iyyah Simthudduror Seloso Pahing (Simsohing) yang mengelar peringatan maulid Nabi Muhammad pada Selasa (3/10/2023) malam, di Masjid Ulil Albab Pondok Putri Pesantren Tebuireng.

 “Mengenai peringatan maulid Nabi, hal ini merupakan tradisi dan budaya masyarakat kita yang kita dapatkan secara turun temurun dari guru kita. Karena tradisi, maka tidak perlu ditanyakan dalilnya,” ungkapnya.

Dzurriyah Syaikhona Kholil Bangkalan tersebut, menguatkan pernyataannya itu dengan kaidah, if’al maa tasyaa’ maa lam yukhalif asy-syar’a.

“Lakukan tradisi apapun, selagi isinya, kontennya, tidak bertentangan dengan syariat Islam,” pesannya.

Lora Ismail juga mengamati salah satu kitab yang menentang pemikiran salafi-wahabi, dikarang oleh Abuya Sayyid Al-Maliki, yakni mafaahiim yajib an tushohhah. Di dalam kitab itu, tentang perayaan maulid Nabi, dimana kita berkumpul untuk merayakan kelahiran Nabi, itu merupakan tradisi-budaya. Maka kaidahnya, seperti di atas, tradisi tergantung isi.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pendakwah yang juga aktif menyebarkan konten-kontennya di media sosial ini, merincikan bagaimana tradisi maulid nabi ini di tengah masyarakat.

“Masyarakat punya cara mereka sendiri-sendiri untuk mengekspresikan mahabbahnya (cinta) kepada Rasulullah. Di berbagai daerah kita, punya cara sendiri-sendiri dalam merayakan maulid,” tegas alumnus Darul Musthafa Tarim itu.

Untuk itu, beliau melanjutkan dengan satu pernyataan bahwa, “meskipun tradisi, bukan berarti tidak berpahala. Karena tradisi maulid merupakan tradisi yang disertai oleh niat-niat yang mulia, didorong oleh rasa cinta kepada Nabi Muhammad. Karena itu, tradisi kalau didasari oleh dasar cinta itu pahalanya luar biasa,” tegasnya.

Sisi lain, tokoh lulusan Al Anwar Sarang ini juga menambahkan bahwa tradisi-tradisi keagamaan di Indonesia itu berangkat dari cinta kepada kanjeng Nabi saw.

“Misalnya, dalam perayaan acara-acara ke-Islaman di Madura, itu pasti terdapat hidangan buah-buahan. Tetapi ada dua yang tidak pernah tingga, semangka dan anggur. Nah ini, ada ilmunya. Dalam kitab-kitab syamail (kitab tentang Nabi Muhammad), salah satu buah favorit kanjeng Nabi itu adalah semangka dan anggur. Jadi para kyai kita itu menghidangkan makanan saja, ga asal-asalan. Namun, didasari rasa cinta kepada Nabi,” tegasnya.  

Pewarta: Al Fahrizal