Tebuireng.online– Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, dua lembaga pendidikan berbasis Trensains mengadakan agenda bersama dalam bentuk kegiatan Treaning of Treaners (TOT) pada Ahad (28/7/19). Kegiatan ini diikuti 40 peserta yang berasal SMA Trensains Tebuireng dan SMA Trensains Sragen.
Adapun tujuan utama diadakannya kegiatan ini adalah untuk memberikan bekal bagi para asatidz SMA Trensains terutama untuk tenaga pendidik baru sebelum mereka melaksanakan pembelajaran di kelas.
“Di SMA Trensains Tebuireng ada beberapa tenaga pendidik yang belum pernah mengikuti kegiatan TOT, kurang lebih ada lima belas orang. Sementara itu, di SMA Trensains Sragen ada sekitar empat orang guru. Sebetulnya, TOT ini diselenggarakan untuk guru baru yang bertujuan untuk memberi pemahaman tentang visi dan gagasan besar Pesantren Sains (Trensains), serta memberi penyegaran untuk guru yang lama,” ungkap Ustadz Fachri, salah satu dewan asatidz SMA Trensains Tebuireng.
Sejatinya, TOT ini adalah suatu kegiatan untuk melatih setiap tenaga pendidik, yang tak lain adalah dewan guru SMA Trensains. Dalam hal ini, KH. Agus Purwanto selaku penggagas Trensains menjadi narasumbernya.
Kali ini, TOT dimulai pukul 09.00 hingga pukul 16.00 WIB yang dibagi menjadi tiga sesi. Sesi pertama membahas tentang sejarah integrasi sains dan agama, pada sesi ini para peserta mendapatkan pemaparan tentang mengapa lembaga Trensains harus ada, apa yang melatarbelakangi, dan apa harapan-harapan Trensains untuk masa depan generasi selanjutnya. Setelah isoma, dilanjutkan sesi kedua pada pukul 13.00 WIB. Sesi ke dua ini membahas tentang manusia dan peradaban, pada sesi ini peserta mendapatkan pemaparan yang mendalam tentang lingkaran peradaban modern. Sementara itu, sesi ketiga dimulai pada pukul 14.30 WIB dengan pokok bahasan netralitas sains.
Ketiga materi yang disampaikan tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang gand desain konsep Pesantren Sains (Trensains) yang terlembagakan dalam bentuk SMA Trensains.
KH. Agus Purwanto, menjelaskan bahwa misi besar dari lembaga berbasis Trensains adalah dapat berkontribusi dalam pengembangan sains ke depan. Berkembangnya tradisi pemikiran sebagaimana abad pertengahan atau masa keemasan islam adalah harapan besar Trensains.
“Sains islam merupakan konsep yang tepat dipakai oleh Trensains dalam pengembangan sains kedepan. Pada konsep tersebut, Al Quran dipakai sebagai pondasi landasan ontologi, epistemologi, dan aksiologi dalam pengembangan sains. Tidak hanya bagunan sains modern yaitu materi, ruang, dan waktu, serta metode ilmiah semata yang dipakai dalam pengembangan sains, namun dalam hal ini justru wahyu memegang peranan penting,” jelas penggagas Trensains ini.
Ia juga menceritakan bahwa ditemukan sekitar 800 ayat-ayat kauniyah, yang terdapat dalam Al Quran. Ayat-ayat tersebut merupakan informasi awal yang dapat dipakai dalam pengembangan sains kedepan, walaupun secara kebetulan sebagaian ayat tersebut telah diungkap rahasianya oleh sains modern.
“Ke depan, melalui metode-metode yang dikembangkan oleh Trensains, para santri dapat menganalisis ayat-ayat tersebut melalui beberapa disiplin ilmu, megajukan hipotesis, dan melakukan penelitian-penelitian untuk mengungkap rahasia-rahasia Ilahi terkait dengan sains dan alam semesta,” imbuhnya.
Menurutnya, dialektikan antara agama dan sains sebagaimana hal tersebut merupakan bagian dari upaya Trensains untuk mengoreksi, mengkritisi, dan juga mengembangkan sains barat (modern) yang telah memisahkan antara agama dan sains, yang menurut beberapa ahli sebagai biang kerok dan pemicu munculnya fomomena-fenomena nestapa manusia modern.
Upaya mencapai semua visi dan misi besar sebagaimana di atas, para asatidz harus juga menggunakan berbagai macam model, metode, dan strategi pembelajaran agar tradisi keilmuan sebagaimana yang dihadapkan dapat tercapai dengan baik.
“Untuk mencapai seluruh visi dan misi SMA Trensains, para santri harus dikuatkan bagunan ilmunya dan tidak boleh ada satu pun yang miskonsepsi ketika mereka mempelajari suatu konsep, oleh sebab itu sekolah harus mengembangkan pola-pola pembelajaran yang menjadikan para santri tertantang untuk belajar, terbangun nalar berpikirnya, dan terkokohkan bagunan kognitifnya. Nah, salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah menggunakan model Actual Based Thinking Learning (ABT-L) yang telah dikembangkan oleh civitas akademika SMA Trensains Tebuireng,” tambah Ustadz Abdul Ghofur, salah satu Tim perintis dan pengembang pembelajaran SMA Trensains Tebuireng.
Selain dihadiri oleh para asatidz dan pimpinan dari SMA Trensains Tebuireng dan Sragen, acara TOT tersebut juga dihadiri oleh H. Kusnadi said selaku Mudir Bidang Pendidikan Pesantren Tebuireng dan H. Sutarno yang merupakan salah satu Tim Penjamin Mutu Pesantren Tebuireng sebagai representasi perwakilan dari pihak yayasan.
Pewarta: Ila / Hawa
Publisher: RZ
Sumber berita: http://www.smatrensains.sch.id/2019/07/demi-tingkatkan-kualitas-dua-trensains.html?m=0