Apakah kamu menyukai segala sesuatu tentang bisnis? Dunia perbisnisan memang menggiurkan jika ditekuni, namun jika kamu masih pemula tentunya harus berhati-hati dalam membangun bisnis agar bisnis yang kamu bangun dengan susah payah, tidak cepat hancur. Lalu, yang sudah memulai dunia perbisnisan pun juga harus memperdalam ilmu marketing, manajemen, packaging, pemasaran, dan lain-lainnya agar bisnis yang kamu jalankan tetap dipercaya oleh masyarakat.
Menjadi founder (pendiri) dalam membangun bisnis memang susah-susah gampang, banyak proses jatuh bangun yang harus dilewati. Namun, bagaimana pun masalah yang kamu hadapi, jangan sampai membuat kamu berlaku curang. Bisa jadi kecuranganmu nanti di kemudian hari menjadi boomerang bagi kamu. Di media sosial sekarang, digemparkan banyak perusahaan kosmetik lokal yang berbuat curang, mulai dari produknya yang overclaim dan ada pula yang menggunakan bahan-bahan berbahaya.
Hal tersebut dapat dijadikan sebagai pelajaran, bahwa sebagai founder haruslah berhati-hati dan tidak boleh berbuat curang. Sebelum itu, bagi kamu yang pemula ingin membangun bisnis, coba pahami ini terlebih dahulu. Apa itu founder startup? Apa perbedaan founder, co-founder dan CEO? Hal ini harus dimengerti, karena banyak orang yang menyamakan ketiga istilah itu, padahal ketiganya memiliki pengertian yang berbeda.
Founder start up adalah orang atau kelompok yang mendirikan perusahaan rintisan atau startup dengan ide yang mereka yakini dapat menghasilkan keuntungan. Founder startup memiliki tanggung jawab atas pendirian perusahaan dan pengaturan awal legalitasnya. Mereka juga bertanggung jawab untuk menciptakan visi awal dan infrastruktur perusahaan
Founder startup dapat mendirikan bisnis sendiri atau bersama orang lain yang disebut co-founder. Dalam komunitas startup, founder dianggap sebagai pencipta asli perusahaan, sedangkan co-founder bergabung belakangan. Founder startup berbeda dengan CEO (Chief Executive Officer) yang merupakan kepala perusahaan. CEO adalah karyawan dengan jabatan tertinggi dalam bisnis.
Telah kita jumpai banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan dikarenakan beberapa kesalahan. Sayangnya, banyak kesalahan yang awalnya terlihat kecil ternyata berdampak signifikan bagi perkembangan perusahaan startup di masa depan. Sebagai seorang pendiri, kamu harus belajar dari sejarah para pendiri perusahaan yang usahanya tidak diragukan lagi supaya terhindar dari beberapa kesalahan.
Belajar dari Walt Disney dan Steve Jobs. Perlu kamu ketahui bahwa tujuan dari Walt Disney dan Steve Jobs membangun bisnisnya itu bukan berdasarkan hanya untuk mencetak uang. Ada hal lain yang membuat mereka sangat bergairah untuk membangun sekaligus menjalankan bisnis mereka. Karena tidak mengutamakan uang, perusahaan Walt Disney company dan Apple inc. bisa menjadi besar sampai sekarang ini. Bahkan perusahaan tersebut semakin berkembang dan berumur panjang meskipun foundernya udah meninggal, lalu sebenarnya apa tujuan mereka?
Walter Elias Disney tidak hanya ingin perusahaan hiburan. Yang beliau inginkan adalah membuat keajaiban, beliau ingin menghadirkan kebahagiaan dan pengalaman magis kepada semua orang tanpa memandang umur. Dan inilah kemudian menjadi visi dari perusahaannya. Di sisi lain, saudaranya Walter (Roy Disney) ambil bagian dalam pengelolaan uang. Tugasnya adalah memastikan mimpi besar Walter berjalan sehat secara finansial.
Steve Jobs membuat gebrakan. Waktu dipimpin Steve, tujuan Apple lebih dari perkara masalah uang. Visi mereka adalah membuat perubahan, ingin menciptakan produk yang merevolusi cara manusia berinteraksi dengan teknologi. Makanya Apple punya fokus ke inovasi dan user experience. Satu contoh perkembangan Apple Macintosh ini adalah komputer pribadi pertama yang memakai antarmuka sistem operasi berbasis grafis (GUI). Inovasi ini membuat pengguna lebih mudah mengoperasikan komputer.
Dari contoh Walter dan Steve di atas, menunjukkan bahwa perusahaan akan benar-benar sukses kalau didorong dengan visi yang lebih besar dari sekedar keuntungan finansial. Dari sini kita belajar bahwa betapa pentingnya visi yang menggerakkan.
Lantas, apakah tidak perlu memikirkan uang? Tetap perlu, karena ibaratnya uang adalah minyak yang membuat perusahaan terus menyala. Tetapi fokusnya jangan ke situ, uang akan datang sendiri sebagai hasil alamiah dari visi yang menggerakkan orang untuk enganged termasuk customer.
Ditulis oleh Ara, alumnus Universitas Hasyim Asy’ari