sumber gambar: google.com

Oleh: Qurrotul Adawiyah*

Aku melihatmu
berkisah dengan sunyi ditemani segelas kopi
merenung, mengkaji sajak yang hendak kau tulis
waktu terasa mengekang logikamu
tinta tiada kau gerakkan untuk memulai

hasrat ingin mendekati
mengawali bait untuk kau dapati makna puisi

lalu
kita kembali peluk ingatan
berkisah tentang mimpi sertai janji tidak saling mengkhianati dan melukai
berharap kini, esok,  hingga akhir waktu

kita abadi dalam makna yang kita buat sendiri
untuk saling melengkapi tanpa tapi untuk saling memperbaiki

namun, nyatanya aku tiada berani
bertolak,
meniti takdir bahwa semua itu hanya fiksi
kita tiada mungkin kembali pada janji
sebab jarak menuntut kita untuk cukup sampai di siniKesunyian
Saling tatap
jarak dekat
kesekian lamanya
masing-masing ingin memulainya

tak sepatah mengalir dengan tenang
semua diam
hanya saling pandang lalu menunduk tiada ucap
bisu, sunyi, gerah, saling pasrah
bingung melunakkan kesunyian

serentak suasana pecah
bersamaan berucap,
jujurlah!

*Mahasantri Tebuireng.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online