Aswaja – ahlus sunnah wal jamaah

Oleh: Luluatul Mabruroh*

Salah satu karakteristik dari paham al-Asy’ariyah adalah istikamah. Sehingga paham ASWAJA kadangkala juga disebut sebagai Ahlussunnah wal Istikamah. Sebab pengambilan jalan tengah dalam berbagai hal. Istikamah artinya moderasi atau jalan tengah. Ini merupakan acuan teologi al-Asy’ariyah yang menengahi antara kelompok ekstrem tekstualis (salafiy) dan kelompok ekstrem rasionalis yang memakai metafora (Muktazilah), antara kaum Hanbali yang sangat naqli yang hanya berdasar dengan teks-teks suci dengan pemahaman harfiyah dan Mu’tazilah yang sangat aqli atau rasional.

Di satu sisi al-Asy’ari menolak pandangan bahwa pemakaian rasio dalam membahas soal-soal dan perkara agama yang sebelumnya tidak pernah disinggung oleh Rasulullah adalah suatu kesalahan. Seiring berkembangnya zaman dan permasalahan-permasalahan, para sahabat Nabi pun sering memperbincangkan masalah-masalah baru dan mereka tidak disebut sebagai ahl-bid’ah.

Selain itu Imam Asy’ari juga memadukan antara logika dan nash. Asy’ari menentang keras orang yang berkeberatan untuk membela agama dengan menggunakan ilmu kalam dan argumentasi akal. Namun disisi lain beliau menentang pemakaian akal secara berlebihan sebagaimana Mu’tazilah. Bagi Asy’ari akal tidak lebih adalah sebagai alat untuk memperkuat nash Al Quran dan Al Hadits yang kebenarannya memang sudah tidak perlu diragukan.

Tipologi seperti ini tampak pada metodologi yang ia gunakan. Ketika menggunakan metodologi logika (Mantiq) Aristoteles, Asy’ari tidak menggunakannya sebagai kerangka kebenaran an sich (seperti terkesan pada para filsuf), ia menggunakan logika hanya sebagai penjelas terhadap teks suci dan nash dalam agama. Itupun hanya dalam urutan sekunder. Bagi Asy’ari hal-hal yang primer adalah teks suci itu sendiri serta Hadits Nabi, baik dalam makna harfiyah ataupun literernya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Oleh karena itu, jika ia melakukan ta’wil itu hanya secara sekunder saja apabila sedang dalam keadaan terpaksa sebab tidak bisa dilakukan pemaknaan secara harfiyah. Hasilnya adalah jalan tengah antara metode harfi kaum Hanbali dan metode ta’wil kaum Muktazili. Metode Asy’ari lahir di tengah kecamuk polemik dan kontroversi yang sedang terjadi di dunia intelektual Islam saat itu merupakan metode moderat yang banyak memuaskan banyak pihak saat itu, sehingga teologi Asy’ari bisa diterima secara universal oleh umat hingga saat ini.


*Mahasiswa Unhasy Tebuireng Jombang.


Tulisan ini disarikan dari buku Kontroversi Aswaja, tulisan Dr. Masruhan yang berjudul Tipologi Berpikir Ahlussunnah wa al-jama’ah.