Tebuireng.online– Pada sesi ketiga dalam seminar nasional pendidikan sebagai acara puncak 120 tahun Pesantren Tebuireng, hadir sebagai pembicara yaitu Prof. H. Kamaruddin Amin, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementrian Agama Republik Indonesia yang mewakili H. Lukman Hakim Saifuddin, dan Ir. Totok Suprayitno, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, mewakili Prof. Muhadjir Efendi yang saat itu belum bisa hadir sebab sedang mengikuti skill competition di Rusia.
Dalam seminar, Ir. Totok Suprayitno menyatakan beberapa poin penting terkait tantangan pendidikan di era milenial ini. “Dunia berubah dengan sangat cepat akibat industri 4.0 tak terkecuali dalam aspek pendidikan,” ujar Totok, Ahad 25/8/19) di Pesantren Tebuireng.
Menurutnya, pada era dimana segala pekerjaan digantikan oleh mesin ini, satu-satunya pekerjaan yang tidak bisa digantikan oleh mesin adalah tugas seorang guru. Sebab menurut Totok, tugas guru adalah pekerjaan yang membutuhkan kehadiran nurani.
“Pendidikan kok diatur seperti pabrik, pendidik kok diatur seperti pegawai pabrik, ini namanya menyalahi kodrat pendidikan. Saat ini kita butuh membebaskan diri dalam belajar,” tegas Totok yang disambut tepuk tangan peserta.
Selain itu, hal yang harus dikuasai oleh murid atau santri agar mampu menguasai dan mengambil kesempatan di masa depan adalah berpikir kritis, mengasah kreativitas, membangun komunikasi, berkolaborasi, kompotitional thinking sehingga bisa membangun karakter moral kebangsaan dan general.
Tidak jauh berbeda dengan pandangan-pandangan Totok, Prof. Kamaruddin Amin memiliki opini bahwa pendidikan Islam di Indonesia termasuk pendidikan termasif yang mampu menjadikan Indonesia sebagai destinasi studi Islam dunia.
“Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk membuat pintar, akan tetapi mampu merubah dirinya, komunitasnya, masyarakat, Indonesia, dan seluruh dunia,” ungkapnya.
Pewarta: Luluatul Mabruroh
Publisher: RZ