
Tebuireng.online– Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI, I Gusti Ayu Bintang Darmawati berkunjung ke Pesantren Tebuireng, Senin (9/10) siang. Dalam silaturahmi itu, Menteri PPPA membicarakan isu yang tengah viral tentang perundungan dan pembulian yang terjadi pada pelajar.
Di ndalem Kasepuhan Tebuireng, rombongan Menteri PPPA disambut langsung oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng, Gus Kikin dan dzurriyah Tebuireng. Di sana berlangsung forum musyawah terkait berita kekerasan anak dan bagaimana kondisi di pesantren.
Asisten Deputi Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan, Ciput Eka Purwianti mengungkapkan tentang tujuan kunjungan itu dilakukan.
“Kunjungan ini memiliki harapan agar Pesantren Tebuireng bisa mendeklarasikan pesantren ramah anak anti kekerasan, dan melakukan workshop pengedukasian untuk para pembina agar bisa mewujudkan lingkungan yang ramah anak,” ungkap Ciput Eka saat diwawancarai.
Ia menuturkan tentang banyak kasus yang terjadi pada anak, pada anak perempuan saja 4 dari 10 anak mengalami kekerasan baik itu verbal ataupun non verbal bahkan pelecehan seksual, kalau pada anak laki-laki 3 dari 10 anak yang pernah menjadi korban kekerasan terutama perundungan.

“Kami sudah mendapatkan hasil survei dr thn 2021 kemarin, bahwa ternyata kasus kekerasan pada anak itu semakin bertambah banyak loh, pada anak perempuan saja 4/10 anak, dan pada anak laki-laki 3/10, itu mencakup semua kekerasan, baik verbal ataupun non verbal, kekerasan seksual perundungan pembulian,” tambahnya.
Jadi harapannya, lanjut asisten itu, setelah diadakannya edukasi untuk pesantren hal tersebut tidak sampai terjadi dilingkungan pesantren, karena para pembina atau pengasuh sudah mengetahui bagaimana cara mendampingi sebuah kasus yang terjadi. Contohnya seperti memberi hukuman yang mendisiplinkan santri, bukan malah menghukum dan menghakimi karna akan menumbuhkan ketakutan dan pemberontakan dlm diri santri.
Diakhir wawancara, Ciput juga berharap semoga di pesantren ke depannya akan membentuk tim yang bertanggung jawab atas kondisi mental santri, seperti dibentuk tim pengaduan, bisa lewat surat atau email.
“Dari pusat sendiri sebenarnya sudah menyediakan pos pengaduan untuk para korban kekerasan, Sahabat perempuan dan anak 129, jadi jika kalian mengetahui adanya’kekersana atau bahkan terjadi pada kalian sendiri jangan ragu segera telpon ke 129 ini untuk pengaduan, atau bisa juga hubungi no WAnya di 083331129129,” terangnya.
Ia mengungkap bahwa dari dulu tidak ada laporan kekerasan yang terjadi di Tebuireng, “maka kami berharap ke depannya tidak akan pernah terjadi, dan sebelum itu kita adakan edukasi untuk berjaga-jaga dan memberi pemahaman pada pembina pengurus atau pengasuh tentang pola didik di lingkungan pesantren,” harapnya.

Menurutnya, dari negara juga sudah memiliki akses pengaduan yang akan langsung diproses oleh pusat, jadi buat kalian yang ingin mengadu tentang kekerasan yang dialami bisa langsung hubungi Sahabat perempuan dan anak 129 atau cek di aplikasi Sapa 129.
Untuk diketahui, kunjungan ini tak hanya datang dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI saja, tetapi juga dari Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga (KPRK) dalam rangka bekerja sama menandatangani MoU program pencegahan kekerasan terhadap anak.
Pewarta: Albii