Sumber gambar: https://ar.wikipedia.org/wiki

Oleh: Nazhatus Zamani*

Syekh Ibrahim Ad Dasuqi, ulama yang lahir di Mesir desa Dasuq pada tahun 623 H. Syekh Ibrahim Ad Dasuqi bin Abd Aziz Abu Al majid memiliki garis keturunan yang berujung pada Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib. Ibunya adalah Fatimah binti Abdullah bin Abd Jabbar yang merupakan saudara kandung dari tokoh sufi masyhur Syekh Hasan Syadzili.

Syekh Ibrahim Dasuqi memiliki silsilah satu nasab dengan Wali Qutb kota Thanta Syekh Ahmad Badawi pada kakek ke sepuluh Ja’far al-Turki bin Ali al-Hadi. selisih Syekh Ibrahim Ad Dasuqi Arif Billah Ibrahim Ad Dasuqi bin Abd Aziz Abu al Majd bin Quraisy bin Muhammad bin Abi An Naja bin Zainal Abidin bin Abdul Khaliq bin Muhammad Abi At Thaib bin Abdul Katim bin Abdul Khaliq bin Abi Qasim bin Ja’far Zaki bin Ali bin Muhammad al Jawwad bin Ali ar Ridha bin Musa Kazhim bin Ja’fa as Shadiq bin Muhammad al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fatimah binti Muhammad SAW.

Masa Kecil

Ia tumbuh besar di lingkungan jamaah ahli wara dan taqwa. Sedari kecil ia dikenal sangat rajin beribadah mengungguli teman-temannya. Ia juga telah mengikuti pengajian agama, belajar membaca, dan menulis, berlajar berbagai disiplin ilmu agama dari ulama-ulama yang berada di sekitarnya. Ketika dewasa ia tumbuh dan besar dikalangan orang-orang soleh, memiliki sifat sifat terpuji,  dalam suasana senang beribadah seperti Syekh Muhammad bin Harun seorang sufi yang alim. Ia mewarisi sifat-sifat kekeknya Rasulullah Muhammad SAW. Sopan santun, pengasih, pemurah, sikap menolong, rajin beribadah, taat terhadap orang tua, menghormati ulama dan orang-orang saleh, pendiam, dan pandai.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Pendidikan

Banyak hal yang dipelajarinya, sejak kecil syekh Ibrahim Ad Dasuqi menhafalkan Al Quran, Hadis, Ushul fiqh, berdasarkan madzhab Syafi’i, dalam bidang fikih Syekh Ibrahim mendalami fikih madzhab Syafi’i. Ia juga mempelajari ilmu tasawuf dan mendalaminya hingga sampai pada tingkatan makrifah mengikuti jejak pamannya Syekh Hasan Syadzii pendiri tariqah Syadzliah, dan menjadi tonggak besar tasawuf di Mesir dan dan seluruh penjuru dunia.

Terdapat suatu keterangan yang mengatakan beliau telah berkhalwat sejak usianya masih lima tahun, semakin ia dewasa semakin bertambah pula semangatnya untuk berkhalwat kemudian beberapa orang datang kepadanya dengan keinginan untuk belajar kepadanya, salah satu diantaranya adalah Abu Nasr oarang yang masyhur di Dasuk.

Pada usia 23 tahun ayahnya meninggal dunia, kemudian turunlah Syekh Ibrahim Ad Dasuki dari khalwatnya dan dibuatkanlah suatu tempat di samping tempanya berkhawat untuk ia mengajar. Tariqah beliau dikenal dengan Tariqah Burhaniyah (yang diambil dari namanya) atau tariqah Ad Dasuki yang diambil dari nama daerah beliau.

Peranan

Kabar tentang keilmuannya telah menyebar luas, Sultan Dzahir mendengar kabar tentang keilmuan Syekh Ibrahim dengan segera mengeluarkan maklumat mengangkatnya sebagai Syekh Islam, beliau menerima jabatan itu dan melaksanakan tugasnya tanpa mengambil gajinya. Gaji dari jabatannya ia bagikan kepada fakir miskin kalangan muslim. Sultan kemudian membangunkan tempat pertemuan untuk syekh dan para murid-muridnya untuk kegiatan belajar. Saat sultan telah meninggal, beliau mengundurkan diri dari jabatannya dan meluangkan waktunya untuk murid-muridnya.

Syekh Ad Dasuki dekenal sebagai sosok pemberani dan tidak mendekat kepada penguasa. Syekh Jalaludin Karki bercerita; bahwasannya Syekh Dasuki ini pernah berkirim surat kepada Sultan Asyraf Khalil bin Qalawun yang berisi kritikan pedas padanya, karena perbuatan dhalim yang dilakukan kepada rakyat. Maka Sultan pun murka dan memanggil Syekh, tapi Syekh Dasuki ini menolak untuk mendatangi panggilan ini dan berkata: ”Aku tetap di sini, siapa yang ingin bertemu saya, maka dialah yang harus menemuiku”. Dan Sultan pun tidak bisa berbuat banyak terhadap Syekh karena dia tahu posisinya di mata masyarakat, maka diapun datang kepadanya dan minta maaf. Dan Syekh pun menyambutnya dengan baik dan memberi kabar gembira akan kemenangannya dalam peperangan melawan tentara salib, dan memang terbuktilah kemudian kemenangan itu.

Syekh Ibrahim Ad Dasuki mendapatkan gelar wali Qutub dari seluruh para wali, dan beliau juga diantara Qutub empat yang masyhur, Qutubul Arba`ah adalah: Sheikh Abdul Qodir Jilani, Sheikh Ahamd Ar Rifa`i, Sheikh Ahmad Badawi, dan Sheikh Ibrahim Ad Dasuqi.

Karomah

Syekh Mahmud al-Garbawi dalam kitabnya al-Ayatuzzahirah fi Manaqib al-Awliya’ wal-Aqthab al-Arba’ah. Diantara Karomah beliau adalah: Beliau dilahirkan pada malam terakhir Sya’ban, yaitu pada hari yang diragukan dan menjadi teka-teki apakah sudah memasuki puasa Ramadan atau belum. Ketika para ulama ragu akan munculnya bulan sabit yang menunjukkan masuknya bulan Ramadan, Syekh Ibnu Harun As-shufi ketika itu berkata: “Lihatlah anak yang baru lahir ini apakah dia meminum air susu ibunya”? Maka ibunya menjawab, “Dari sejak azan subuh, ia berhenti meminum air susu ibunya”. Dengan demikian Syekh Ibnu Harun mengumumkan bahwa hari itu adalah hari pertama bulan Ramadan dan tanda-tanda kewalian Syekh Ibrahim Ad-Dusuqi RA sudah nampak dari sejak kelahiran beliau.

Berkata Imam al-Munawi: Seekor buaya telah menelan seorang anak di sungai nil, maka ibu sang anak mendatangi Syeikh Ibrahim Dasuqi dengan menangis tersedu-sedu, maka Syeikh meyuruh muridnya untuk memanggil buaya yang memakan anak ibu tersebut, maka datang muridnya dan berseru di tepi sungai Nil: “Wahai sekalian buaya , siapa diantara kalian yang memakan seorang anak maka hendaklah dia muncul dan menghadap Syeikh.” Maka muncullah buaya dan berjalan beserta murid sehingga sampai kehadapan Syeikh Ibrahim Ad-Dusuqi, maka Syeikh menyuruh buaya itu untuk mengeluarkan anak itu, maka buaya itu mengeluarkan anak itu dalam keadaan hidup, kemudian Syeikh Ibrahim berkata: “Matilah kamu dengan seizin Allah,” maka segara buaya itupun mati.

Karya

Syekh Ibrahim menguasai beberapa bahasa selain bahasa Arab, ia menguasai bahasa Suryaniyah dan Ibriyah. Beliau telah menulis banyak buku dan risalah dalam bahasa Suryaniyah. Ia meninggalkan banyak kitab bidang tauhid, fikih, tafsir, dan karya yang paling masyhur adalah “Al Jawahir” atau “Al Haqaiq”, beliau juga memiliki qasdah-qasidah dan mauidzoh-mauidzoh.

Syekh Ibrahim Ad Dasuqi dikenal dengan julukan Abdul Ainain, abul Aunain dan Burhanul Millati Waddin.

Wafat

Syekh Ibrahim Dasuqi meninggal dunia pada tahun 676 hijriyah dan makam beliau di kota Dasuq Mesir.

Wallahua’lam bi shoab.


Disarikan dari berbagai sumber.