tebuireng.online– Asap putih mengepul di udara Pesantren Tebuireng. Bukan karena ada kebakaran, melainkan ribuan santri yang sedang membakar sate daging qurban secara massal. Mereka sangat antusias dalam mengolah daging yang dibagikan oleh Panitia Qurban 1437 H. Hari raya Idul Adha menjadi berkah tersendiri bagi santri-santri Pesantren Tebuireng, walau tak mudik ke kampung halaman.
Setiap kamar yang dihuni sekitar 10-30an anak akan mendapatkan sebungkus daging dan tusuk satenya. Untuk kisaran beratnya disesuaikan dengan jumlah anggota kamar yang ada. Selain itu panitia juga sudah menyediakan arang dan tusukan sate beserta tempatnya, sementara sambal, para santri patungan satu sama lainnya.
Pembakaran sate yang utama bertempat di depan wisma Kiai Ilyas (KI) atau timur makam Keluarga Pesantren Tebuireng dan diawasi oleh panitia. Para peziarah bisa dengan mudah melihat prosesi pembakaran sate yang ada di Tebuireng. Selain di tempat itu, santri juga membakar sate di depan kamar masing-masing, bahkan ada yang di depan kamar mandi.
Perlengkapan bekas acara Festival Gema Takbir Pesantren Tebuireng yang terbuat dari kayu dan kertas-kertas, banyak dijadikan bahan untuk mempercepat pembakaran sate. Untuk kipasnya, ada yang menggunakan kipas seperti umumya dan juga ada yang menggunakan tutup tong ataupun nampan.
“Kesan membakar sate di pondok adalah asyik,” ungkap Imam, santri kelas 2 SMA A. Wahid Hasyim. Tahun kemarin Imam pulang ke rumahnya ketika Hari Raya Idul Adha. “Kalau nyate di rumah cuma sama ibu, kalau di sini kan ramai-ramai,” ungkapnya sambil kipas-kipas sate.
Menurut penuturan Kepala Pondok, Ustadz Iskandar, Idul Adha tahun ini, Tebuireng menyembelih 18 sapi dan 9 kambing. Daging-daging tersebut, selain dialokasikan kepada santri, asatidz, dan pengurus pondok dan yayasan, juga dibagikan kepada ribuan warga sekitar. Tiap tahunnya Tebuireng selalu menebar qurban dan berbagi daging kepada masyarakat yang sebelumnya sudah mendapatkan kupon dari panitia. (Masnun/Abror)