tebuireng.online—Publik Nahdliyin dikejutkan dengan ketidak sediaan KH. Mustofa Bisri sebagai Rais Aam, setelah terpilih melalui mekanisme Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa). Gus Mus, Panggilan akrab beliau, menkonfirmasi alasan penolakan tersebut karena mengaku merasa tidak pantas mengemban tugas besar tersebut.
Gus Mus dalam kesempatan wawancara pasca berziarah ke Makam Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari di Pesantren Tebuireng pagi hari tadi (06/08), mengatakan bahwa ketidaksediaan beliau murni karena kehendak sendiri yang merasa tidak pantas mengemban jabatan Rais Aam Syuriah PBNU 2015-2020.
“Itu maqam-nya Hadratusyaikh, Kiai Wahab, Nggak maqam (kedudukan/strata/derajat) saya”, terang beliau dengan nada tawadlu khas Gus Mus. Ketika ditanya soal pandangan beberapa orang yang menganggap Gus Mus pantas menjadi Rais Aam, Beliau mengatakan tu hanya pandangan orang semata. “Itu kan pandangan orang, saya tahu ukuran saya itu, saya masih jauh dari kriteria yang ditentukan itu”, lanjut Gus Mus.
Prihal indikasi kecurangan dan money politic dalam Muktamar ke-33 NU, Gus Mus mengatakan itu adalah hal biasa dalam konferensi atau muktamar. Namun beliau menyayangkan adanya isu-isu negatif tersebut. “(Isu) Black Campaign itu mesti ada seperti pilkada, kita itu ketularan yang begitu-begitu”, tambah Gus Mus.
“Sebetulnya itu isu-isu, fitnah, itu nggak patut sama sekali ada di dalam NU. Makanya saya nangis di hadapan Hadratusyaikh”, kata beliau. Ketika ditanya soal sah tidaknya Muktamar ke-33 NU, Gus Mus tidak mempermaslahkan itu, namun menitik beratkan pada permasalahan akhlak. Setelah itu, Gus Mus meneteskan air mata dengan suara yang semakin layu, Gus Mus tersungkur meminta ampun kepada Allah dan meminta maaf kepada Hadratusyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.
“Saya nggak bicara soal itu, saya soal akhlak, saya kuatir kualat denga Hadratusyaikh. Allahumma Na’udzubillahi min dzalik ya Allah”, itulah kata-kata terakhir Gus Mus saat diwawancara oleh Tebuireng Online di Gazebo Makam Masyaikh Tebuireng Jombang. (fathur/abror)