sumber gambar: www.google.com

Oleh: Rafiqatul Anisah*

Istilah tabrik (تبريك) dan tabarruk (تبرك) telah dikenal dalam Ahlussunnah Wal Jama’ah.  Tabrik adalah mendoakan datangnya barokah untuk orang lain. Sedangkan tabarruk merupakan upaya untuk memperoleh barokah atau dalam istilah Jawa lumrah disebut sebagai “ngalap barokah”.

Bermacam-macam bentuk untuk mendapatkan barokah. Salah satunya ialah tabarrukan dengan berziarah kubur. Ziarah kubur ini merupakan salah satu amaliyah khas NU yang telah menjadi budaya dengan mengunjungi makam para auliya, ulama, atau leluhur.

Hal ini dimaksudkan tak lain untuk melantunkan doa. Bukan berarti berdoa kepada kuburan, akan tetapi melalui orang-orang yang telah mendahului, ia akan merasa lebih dekat dengan Allah, sehingga menjadi pengingat bahwa hidup ini selamanya tidak akan kekal.  

Dalam kitab “Al-Fatawi Al-Kubra Al-Fiqhiyyah karya Imam Ibnu Hajar Al-Haitami jilid 2 halaman 24 cetakan Dar el-Fikr diterangkan bahwa:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

و سئل رضي الله عنه عن زيارة قبور الأولياء فى زمان معين مع الرحلة اليها هل يجوز مع أنه يجتمع عند تلك القبور مفاسد كثيرة كاختلاط النساء بالرجال و اسراج السرج الكثيرة و غير ذلك فأجاب بقوله :زيارة قبور الأولياء قربة مستحبة و كذا الرحلة اليها

“Imam Ibnu Hajar Al-Haitami, semoga Allah meridainya, ditanya tentang hukumnya ziarah ke makam para wali pada zaman (waktu) yang telah ditentukan serta mengadakan perjalanan untuk tujuan berziarah ke sana, apakah hukumnya boleh? Padahal di sisi makam tersebut berkumpul banyaknya mafsadat (kerusakan), seperti bercampurnya kaum wanita dan kaum laki-laki, menyalanya banyak lampu, dan sebagainya. Kemudian beliau (Imam Ibnu hajar Al-Haitami) menjawab dengan ucapannya: ziarah ke makam para wali itu merupakan sebuah bentuk pendekatan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan hukumnya disunnahkan. Begitupula, mengadakan perjalanan untuk tujuan berziarah ke makam-makam mereka.”

Dari pemaparan di atas, dapat dipahami bahwa memiliki putra-putri saleh dan salehah merupakan aset berharga bagi orang tua. Sehingga mereka mampu dan memahami bagaimana kekuatan doa akan sampai pada ahli kubur yang telah mendahuluinya. Serta semakin mendekatkan dan menyiapkan diri hingga malaikat mau menjemputnya.

*Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari Jombang.