Syaikh Muhammad Hasan Awkal (jubah hitam) didampingi utusan dari Universitas al Azhar Mesir, Syaikh Bilal Mahmud Afifi Ghoneim, Mudir Ma’had Aly Tebuireng, KH Nur Hanna, dan tim pendamping, Ust Nur Rohmat dalam pembukaan Dauroh Ilmiah dan Kebahasaan di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng pada Ahad (07/01/2018). (Foto; Abror).

Tebuireng.online– Pemerintah lewat Kementerian Agama RI, sekarang ini, memberikan perhatian khusus kepada Ma’had Aly. Salah satunya dengan pemberian bantuan tenaga pengajar dauroh dari Lebanon untuk 13 Ma’had Aly se-Indonesia hasil peresmian pertama di Pesantren Tebuireng tahun lalu. Salah satu yang mendapatkan bantuan, yaitu Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng.

“Kegiatan dauroh ini adalah bentuk perhatian dari pemerintah kepada Ma’had Aly. Yang mana pemerintah mengirimkan seorang tenaga pengajar dari Global University untuk memberikan bimbingan intensif kepada para mahasantri,” erang Mudir Ma’had Aly Tebuireng, KH. Nur Hannan dalam pembukaan Dauroh Ilmiah dan Kebahasaan di gedung baru kampus tersebut pada Ahad (07/01/2018).

Pengajar yang didatangkan dari Global University, Lebanon untuk Tebuireng itu bernama Syaikh Muhammad Hasan Awkal. Dia merupakan da’i asal Lebanon yang ditugaskan oleh Global University untuk bedakwah di Amerika Serikat dan kebetulan diperbantukan mengisi dauroh yang akan berjalan selama 14 hari ke Fdepan dimulai pada Senin (08/01/2018).

Dalam sambutannya, Syaikh Muhammad Hasan Awkal menyinggung peranan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dalam dakwah Islam moderat ala Nahdlatul Ulama dan melahirkan ulama-ulama hebat di Indonesia dengan Pesantren Tebuireng yang beliau dirikan.

“Syaikh Hasyim Asy’ari itu dari Indonesia, yang dulunya mencari Ilmu di Makkah., yang kemudian kembali pulang ke Indonesisa dan mendirikan pondok pesantren yang dahulunya kecil sekarang sudah menjadi besar. Selain itu, ia juga mendirikan NU. Syaikh Hasyim Asy’ari sangat terkenal, baik nasional maupun internasional,” jelasnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Kita umat Islam sudah tertinggal. Buktinya ilmu-ilmu fisika, kimia, dan lain-lain itu banyak yang bersumber dari buku dengan menggunakan bahasa Inggris, bukan dengan bahasa Arab. Seharusnya ilmu-ilmu itu menggunakan bahasa Arab kalau kita tidak tertinggal,” terangnya.

Ketertinggalan Islam itu, menerutunya, juga disebabkan oleh radikalisme, aliran yang saling menyalahkan satu dengan yang lainnya dengan sangat mudah. Hal ini, tambahnya, dikarenakan umat Islam kurang belajar dengan mendalam.

“Oleh karena itu, mari belajar dan memiliki faham yang baik. Mari menjadi Islam rahmatan lil ‘alaamin,” pungkas Syaikh Aukal di akhir sambutannya.

Sementara itu, utusan dari Universitas al Azhar Mesir untuk Pesantren Tebuireng, Syaikh Bilal Mahmud Afifi Ghoniem ikut memberikan sambutan tentang klasifikasi ilmu. Menurutnya, ilmu itu ada dua, yaitu ilmu fahm dan ilmu haqiqi.

Ilmu fahm merupakan ilmu yang dicari untuk mendapatkan syahadah, sedangkan ilmu haqiqi adalah ilmu yang berasal dari kefahaman kita dalam belajar,” terangnya lebih lanjut.

Selain itu, tambahnya, ada jenis ilmu dalam klasifikasi lain, yaitu ilmu dini dan ilmu duniawi. Ilmu dini (ilmu agama) adalah ilmu untuk mengenai syari’at, sedangkan ilmu duniawi (ilmu dunia) itu semacam ilmu umum semacam fisika, kimia, geografi, dan lain sebagainya.

Selain dihadiri oleh Mudir, juga tampak hadir, Wakil Mudir bidang akademik, KH. A. Syakir Ridwan, Wakil Mudir bidang Kemahasantrian, KH. Muthoharun Afif, dan sejumlah dosen Ma’had Aly lainya, serta mahasantri dan sejumlah alumni. Kegiatan dauroh ilmiah ini wajib diikuti oleh semester 2 dan 4 sebagai ganti kuliah.


Pewarta:            Fitrianti Mariam Hakim

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin