Keilmuan dan Karya Syaikh Mahfudz

Keilmuan Syaikh Mahfudz yang diakui dunia dibuktikan juga dengan melahirkan ulama ulama Nahdlatul Ulama, diantaranya adalah KH. Hasyim Asy’ari (1817-1943M), KH. Wahab Hasbullah dari Jombang (1888-1971M), Muhammad Bakir bin Nur(1887-1943M) dari Yogyakarta, KH. R. Asnawi Kudus (1861-1959M), Muamar bin Kiai Baidowi dari Lasem, dan Ma’sum bin Muhammad dari Lasem (1870-1972M).

Seperti halnya KH Hasyim Asyari, mereka mengembangkan ilmu yang diperoleh dari Syaikh Mahfudz. KH Hasyim Asyari juga memberikan saran kepada para santrinya untuk menemuai langsung Syaikh Mahfudz di Makkah, sampai dengan KH Hasyim Asyari diberi julukan seorang guru Hadis. Kecerdasan intelektual dan prduktifitas yang dimiliki oleh Syaikh Mahfudz tidak hanya ditumpahkan dengan mengajarkan ilmunya di Masjid al-Haram, beliau juga aktif menuliskan beberapa kitab dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan, seperti bidang Fikih, usul Fikih, ilmu tauhid, tasawuf, kehidupan Nabi, kumpulan hadits, musthalah al-hadaits, dan ilmu waris, ilmu bacaan Al-Qur’an dan akhlak, tetapi beliau lebih banyak menuliskan disliplin ilmu Qiro’at.

Pada displin ilmu Hadis Syaikh Mahfudz mengarang Tsulasiyat Al-Bukhori, Minhah Al-Khairiyyah, dan Al-kil’ah Al-Fikriyah bisyarh Al-Minhah Al-Khairiyyah. Kitab yang paling popular di antara karangan beliau dalam bidang hadis adalah al-Minhah al-Khairiyyah. Syaikh Mahfudz terkenal sebagai seorang ahli hadits. Beliau juga diakui sebagai seoarang Isnad (mata rantai) yang sah dalam transisi intelektual pengajaran Shahih Bukhori. Ijazah ini berasal langsung dari Imam Bukhori itu sendiri yang ditulis sekitar 1000 tahun yang lalu dan diserahkan secara berantai melalui 23 generasi ulama yang telah menguasai Shahih Bukhori.

Syaikh Mahfudz merupakkan mata rantai yang terakhir pada waktu itu. Adapun dalam ilmu Hadis Syaikh Mahfudz menulis kitab Manhaj Dzawi an-Nadhar dan Kifayah al-Mustafid fima ála min Asanid. Kitab Manhaj Dzawi Aan-Nadhar merupakan syarh(ulasan) terhadap kitab Mandzumah ‘Ilmi Al-Atsar karya As-Suyuthi (w. 911 H). Para pakar dan pengajar di Universitas Al-Azhar Cairo menganggapnya sebagai salah satu syarh terbaik dalam nadzam ilmu atsar.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kecerdasan Syaikh  Mahfudz juga nampak pada bidang Fikih dengan tulisan berupa kitab Muhibbah dzi al-Fadl sebanyak 4 jilid besar. Kitab ini berisikan syarh dari kitab yang dikarang oleh Ibnu Hajr al-Haitami. Dalam bidang ushul fiqh beliau mengarang kitab Nail al-Ma’mul bi Hasyiah Ghayah al-Wushul fii ‘Ilmi Ushul, dan kitab Is’af al-Matholi’bi Syarh Budur al-Lami’ Nadham Jam’ al-Jawami’. Beliau juga menuliskan kitab Fikih yang fokus dalam hal faraid, karena beliau menganggap faroid sangat penting bagi keadilan sosial umat islam, kitab yang belaiu tulis adalah  kitab Hasiyah Takmilah al-Manhaj al-Kowin ila al-Faraid.

Dalam bidang tasawuf, tarekat Syadilliyah menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam diskursus religious intelektual para ulama Jawa. Dalam bidang tasawuf Syaikh Mahfudz mengarang kitab Bughyah al-Adzkiya’i fii al-Bahts an Karomah al-Auliya’ dan kitab Inayah al-Muftakir fiimaa Yata’alaq bi Sayyidina al-Hadhar, begitupun dengan perkembangan thoriqoh Syadiliyah di Nusantara yang tidak lepas dari peran Syaikh Mahfudz.

Syaikh Mahfudz juga mendalami bidang sejarah, beliau pun menuliskan kitab Tahayu’ah al-Fikr bi Syarh al-Fiah Asair, Fath al-Khabir bi Syarh Miftah as-Sair, dan kitab Tsikhoyah al-Mardiyyah fil Asma al-Kutb al-Fiqhiyah asy-Syafi’iyah.

Syaikh Mahfudz tidak hanya di kenal sebagai guru hadis saja beliau juga pemberi Ijazah hadis dan ilmu hadis, tetapi beliau juga dikenal dengan Maha Guru Qiro’ah Sab’ah, khususnya dari Qiro’at al-Imam al-Asyim. Silsilah sanad dan ijazahnya dapat ditemui pada para huffadz dan Qurro’ di Jawa.

Misalnya, pada mata rantai sanad yang ada di Pondok Pesantren Putri Tahfidz Al-Quran Al-Aziziah, Beringin, Semarang. Dalam mata rantai sanad tersebut, Ibu Nyai Azizah menerima ijazah dari KH. Tirmidzi Taslim Semarang, dari KH. Muhammad bin Syaikh Mahfudz At-Tarmasi dari Syaikh MahfudzAt-Tarmasi, yang bersambung sampai Imam Asyim dari Abdurrohman dari Utsman bin ‘Affan dari Ubai bin Ka’ab dari Rasulullah SAW.

Saat ini sanad ijazah membaca Al-Qur’an riwayat Imam Asyim baik pembacaan dengan melihat (bin-nadhar), maupun hafalan (bil-ghaib) yang ada di berbagai pesantren di Jawa, mayoritas melalui dua sanad. Yang pertama, dari Syaikh Mahfudz at-Tarmasi yang bersambung kepada Imam Asyim. Yang kedua, dari Syaikh Arwani Kudus, dari Syaikh Muhammad Munawir dari Syaikh Yusuf adh-Dhimyathi bersambung kepada Imam Asyim.

Hasil pemikiran beliau yang ditulis, terdapat kurang lebih 20 kitab dari berbagai disiplin ilmu, dari beberapa kitab yang ia tuliskan terdapat beberapa bagain. Seperti halnya, as-Siqoyah Al-Mardiyah fi Asma Al-Kutb Al-Fiqhiyah Asy-Syafi’iyah dalam 3 bagian, al-Minhah Al-Khoiriyyah fi ‘Arbain Haditsan min Ahadits Khoir Al-Bariyah dalam 2 bagian, Al-kil’ah al Fiqriyah bi Syarh Al-Minhah Al-Khoiriyyah 13 bagian, Al-Is’af Al-Matoli bi Syarh Al-Lami’ Nadhom Jam’ AlJawami’2 jilid, Tahayu’ah Al-Fikr bi Syarh Al-Fiah As-Sair 14 bagian, dan lainnya.

Di atas adalah bagian kecil yang dijelaskan mengenai karangan Syaikh Mahfudz, ada beberpa tulisan beliau yang belum dimanuskripkan ulang, di cetak dan ada pula yang dinyatakan hilang. Menurut informasi, karangan Syaikh Mahfudz seluruhnya mencapai sekitar 43 buah. Hanya saja, yang telah diterbitkan baru sekitar 20 buah kitab.  Banyaknya tulisan beliau yang belum berhasil dituliskan, dicetak bahkan hilang merupakan hal yang memprihatinkan, karena hasil pemikiran beliau adalah ilmu yang belum mudah didapatkan. Beberapa manuskrip kitab Syaikh Mahfudz ada yang sampai di Tremas dengan sengaja dititipkan oleh Syaikh Mahfudz melalui Jamaah haji yang hendak pulang ke Indonesia.

Salah satu penyebab hilangnya manuskrip kitab-kitab Syaikh Mahfudz adalah maraknya gerakan komunis PKI pada akhir tahun 1940-an. Hanya beberapa kitab Syaikh Mahfudz yang berhasil di selamatkan oleh keturunannya di Perguruan Islam Pondok Termas. Pada tahun 1965 manuskrip manuskrip kitab Syaikh Mahfudz hilang pada saat terjadi banjir besar. manuskrip yang berhasil diselamatkan kemudian di kirimkan oleh KH. Luqman Harits Dimyathi (cucu Syaikh Dimyathi) kepada KH. Hariri (cucu Syaikh Mahfudz) di Demak, Jawa Tengah. Mengingat banyak karya yang dihasilkannya, tidak berlebihan jika Syaik Yasin al-Fadani, ulama Mekkah asal Padang, Sumatera Barat yang berpengaruh pada tahun 1970-an, menjuluki Syaikh Mahfudz dengan sebutan, Al-Allamah, Al-Muhaddits, Al-Musnid, Al-Faqih, Al-Ushuli, Al-Muqri.

Waallahu ‘alam bi shawab.


*Disarikan dari buku “Kumpulan 40 Hadits Syaikh Muhammad Mahfudz bin Abdullah at Tarmasi” terjemah kitab “al Minhah al Khariyah” terbitan Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan.