M Nuh saat menyampaikan testimoni tamu atas 50 tahun pernikahan Gus Sholah dan Nyai Farida di Pesantren Tebuireng pada Ahad (18/02/2018). (Foto: Kopi Ireng).

Tebuireng.online— Beberapa sahabat dan keluarga hadir dalam Tasyakuran pernikahan KH. Salahuddin Wahid dan Nyai Farida Saifuddin. Beberapa di antaranya menyampaikan testimoni tentang sosok keduanya, salah satunya adalah mantan Menteri Pendidikan RI, M. Nuh. Ia menyampaikan bahwa Gus Sholah lah yang memberikan pandangan kepadanya soal politik dan kepesantrenan.

“Saya awam terhadap urusan pesantren dan urusan politik, Gus Sholah yang memberikan pandangan tentang kepesantrenan dan kepolitikan. Meskipun politik beliau bukanlah politik partai, tetapi politik beliau adalah politik kepedulian terhadap bangsa dan negara,” kata mantan Rektor Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya itu, saat memberikan testimoni acara Tasyakuran 50 Tahun Pernikahan di Tebuireng pada Ahad (18/02/2018).

Menurut M. Nuh, selama mengenal dekat Pengasuh Pesantren Tebuireng itu, tak pernah marah dan selalu menyampaikan sesuatu dengan bahasa yang sangat santun, meski dengan anak muda sekalipun.

M. Nuh sangat terenyuh ketika Gus Sholah Nyai Faridah menyampaikan cerita kepada tamu yang datang tentang perjalanan 50 tahun bersama. “Tidak semua orang bisa 50 tahun, yang telah menjadi tauladan dan sumber inspirasi kepada kita semua, sehingga inspirasi dari Gus Sholah menjadi bekal untuk menjaga kerukunan rumah tangga, bukan untuk rumah tangga sendiri, tetapi (juga sebagai) contoh bagi masyarakat,” ujarnya.

Ia menjelaskan, saat pertama kali memimpin Tebuireng, yang dilakukan Gus Sholah adalah transformasi, bukan reformasi. Menurutnya, transformasi tidak sekedar melakukan perubahan saja, tetapi perubahan yang menyentuh pada esensi  kepesantrenan.  “Dengan bekal yang dimiliki Gus Sholah, Gus Sholah terus menerus melakukan perombakan hingga pesantren Tebuireng menjadi pesantren yang semakin besar dan maju,” lanjutnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

M Nuh mencontohkan salah satu inspirasi Gus Sholah, yaitu perjuangan mendirikan universitas dengan segala keterbatasan finansial, tetapi dengan teguh mampu menyatukan dua pilar utama yaitu pilar kepesantrenan dan pendidikan umum yang ada di Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy)

Menurutnya, Gus Sholah itu menganut paham and bukan paham or, yaitu kesempurnaan berpikir itu ada pada ‘dan’ bukan pada ‘atau’. Meskipun Gus Sholah tidak pernah menyampaikan hal itu, M. Nuh mengaku menganalisisnya dari pola pikir, dari tindak-tanduk, dan pekerjaan Gus Sholah.

“Selamat berjuang Gus Sholah dan Bu Nyai, kami sangat haru ingin dan memberikan kehormatan kepada Gus Sholah dan Bu Nyai, semoga senantiasa diberikan keberkahan oleh Allah dalam kehidupan Gus Sholah dan Bu Nyai, dan semoga anak dan cucu menjadi anak cucu yang saleh-salehah, dan bisa meneruskan perjuangan Rasulullah dan Hadratusyaikh Hasyim Asy’ari,” pungkasnya dengan doa.


Pewarta:             Anita Laili Mahbubah

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin