Gus Sholah, Bu Nyai Faridah, Walikota Pematangsiantar, dan sejumlah tokoh masyarakat Pematangsiantar di Kantor Walikota pada Kamis (02/11/2017). (Foto: monalisanews,com)

Tebuireng.online– Tokoh Nasional Dr. (HC). Ir. KH. Salahuddin Wahid yang akrab dipanggil Gus Sholah ketika berkunjung ke Kota Pematangsiantar disambut hangat oleh Walikota Hefriansyah, SE, MM. Gus Sholah kemudian diarak dengan pawai becak BSA ke Rumah Dinas Walikota di Jalan MH Sitorus bersama Presiden BOMS H Kusma Erizal Ginting, Kamis (02/11/2017).

Kota Pematangsiantar terkenal dengan tingginya toleransi beragama yang masih terjaga di masyarakat. Hal itulah, setidaknya yang membuat Gus Sholah terjun langsung melihat kondisi masyarakat yang majemuk namun tetap bisa hidup saling menghargai dan menghormati.

Gus Sholah mengatakan, kunjungan ini dalam rangka menyampaikan materi dalam diskusi pluralisme dan kebangsaan di Pematangsiantar, menurutnya kota ini sebagai kota yang majemuk.

“Toleransi ini harus kita pelihara, sesuatu yang sangat luar biasa ini kita rawat. Kita sama-sama memiliki tanah Simalungun, memiliki Indonesia, mari sama-sama kita jaga, tetap bisa seperti yang sekarang. Bahkan diupayakan bisa lebih baik,” jelas Gus Sholah seperti yang dilansir metro24jam.com.

Menurut Gus Sholah, daerah manapun, bisa belajar dari Siantar. “Dari situ juga kita bisa belajar, bagaimana mereka bisa menghentikan konflik, kemudian bisa membina kembali hubungan antar agama yang pernah terganggu oleh konflik,” terangnya lebih lanjut.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Konflik Ambon, beber Gus Sholah, bukanlah soal agama. Hanya saja sebagian pihak memakai nama agama sehingga menjadi sensitif, untuk memicu konflik. Padahal agama, terang Gus Sholah, selalu menyampaikan kebaikan, pesan untuk bersama-sama memakmurkan dunia ini, mensejahterakan dunia ini secara lahir dan bathin.

“Ya, saya sangat senang melihat dimana sesama agama itu bisa bekerja sama. Di banyak tempat kan timbul gesekan-gesekan. Toleransi ini bisa menjadi modal, bisa menjadi rujukan, bisa menjadi contoh soal bagi tempat lain. Bahwa berbeda agama itu tidak harus membuat kita renggang. Kita harus bekerja bersama untuk memajukan masyarakat,” tutur beliau.

Sebagai kota paling toleran, menurutnya, Siantar harus bisa dijadikan contoh bagi daerah lain. Toleransi di Siantar menurut Gus Sholah harus bisa dituangkan dalam bentuk film dokumenter. Sehingga, bisa disampaikan kepada dunia. “Kita bisa bekerja sama dengan kota lain di dunia yang menjadi simbol persahabatan antar agama,” pungkas Gus Sholah.

Sementara itu Walikota Pematangsiantar mengatakan bahwa kota tersebut merupakan kota paling toleran, dimana saat ini masyarakatnya tetap menjaga nilai toleransi dalam keberagaman yang ada, hampir beragam suku dan agama ada disini, “walau disini majemuk, akan tetapi dikota berhawa sejuk ini semua pihak tetap menjaga kerukunan dan saling bertoleransi” katanya seperti yang dilansir Pematangsiantarkota.go.id.


Pewarta Ulang:   Rif’atuz Zuhro

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin

Sumber:             pematangsiantarkota.go.id.