tebuireng.online—Meskipun sekolah swasta, SMP A. Wahid Hasyim (SMP AWH), salah satu unit pendidikan Pesantren Tebuireng, mampu menorehkan prestasi di tingkat nasional. Dinobatkan menjadi Sekolah Adiwiyata tingkat nasional tahun 2016, sebelumnya SMP A. Wahid Hasyim pernah mendapatkan sertifikat di Sekolah Adiwiyata tingkat kabupaten dan tingkat provinsi. Berikut wawancara Tebuireng Online dengan Bapak Anas selaku kepala sekolah SMP A.Wahid Hasyim, Kamis (8/12/2016).

Apa yang dimaksud Sekolah Adiwiyata?

Sekolah yang peduli terhadap lingkungan

Sejak kapan penyelenggaraan Sekolah Adiwiyata?

Kalau di SMP A. Wahid Hasyim dilaksanakan sejak tahun 2013, yang pada saat itu juga SMP A. Wahid Hasyim mendapatkan sertifikat sekolah adiwiyata tingkat Kabupaten Jombang. Dan kemudian pada tahun 2015 kembali mendapatkan sertifikat Sekolah Adiwiyata tingkat Provinsi Jawa Timur. Dan alhamdulillah, kemarin dapat verifikasi bahwa sekolah kami lolos di tingkat nasional, yang insya Allah sertifikatnya akan diberikan pada 13 Desember mendatang oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Menteri Pendidikan dan Budaya (Mendikbud).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Berapa lama pelaksanaan Sekolah Adiwiyata di SMP A. Wahid Hasyim ?

Kalau di SMP A. Wahid Hasyim sejak tahun 2013 di tingkat Kabupaten, berlanjut sekitar dua tahun ke tingkat provinsi yaitu pada tahun 2015, dan naik ketingkat nasional berlangsung selama satu tahun. Kalau dari tingkat provinsi ke tingkat nasional harus ada jeda satu tahun dilihat ada progres atau tidak. Kalau kita sudah di tingkat nasional mau ke tingkat mandiri harus menunggu lagi satu tahun.

Mandiri itu dalam arti bagaimana?

Ada prosesnya sebenarnya dari tingkat nasional menuju mandiri, seperti misalnya kalau aturan sekarang, misal kita sudah menjadi sekolah adiwiyata tingkat nasional mau melanjutkan ke tingkat mandiri kita harus memiliki empat sekolah binaan baru. Mandiri, dalam artian kita dalam pelaksanan sekolah adiwiyata tidak ada bantuan sama sekali dari pemerintah sejak dari awal, sejak tingkat kabupaten, berlanjut ke tingkat provinsi, dan sampai di tingkat nasional, bahkan ketika menuju ke tingkat mandiri tidak ada bantuan dari pemerintah, dengan kata lain dari kemauan sekolah masing masing.

Bagaimana persiapan meraih Sekolah Adiwiyata?

Sebenarnya Aadiwiyata itu dilaksanakan oleh siswa. Guru itu sebagai penggerak dan pembimbing karena semuanya nanti yang akan dinilai adalah siswanya.  Kita di sini punya 14 pokja (kelompok kerja), mulai dari kamar mandi, taman, ada kantin sekolah, ada pengawas lingkungan, green house, aneka hayati kemudian juga hewani.

Perubahan apa saja yang terjadi selama proses menjadi Sekolah Adiwiyata?

Ya, alhamdulillah, sekolah kami jadi rindang, bersih, kamar mandinya juga bersih tidak bau lagi. Dari hal tersebut harapannya akan membuat muruid menjadi nyaman dalam belajar, enjoy di kelas maupun di luar kelas.

Saya dengar Sekolah Adiwiyata itu tidak boleh menggunakan plastik yang digunakan di jajanan, apakah SMP A. Wahid Hasyim juga menerapkan hal tersebut?

Memang seperti itu prosedurnya, tapi kami masih dalam proses meminimalisir penggunaan plastik, tentunya tidak bisa meniadakan plastik sama sekali, mungkin sekolah-sekolah lain sudah ada, tapi kami memang belum 100 persen karena memang sulit untuk dihindari. Kami akan menekankan penggunaan plastik ini berkurang.

Di Kabupaten Jombang, berapa sekolah yang mengikuti atau yang dinilai oleh pihak penyelenggara?

Kebetulan di Kabupaten Jombang pada tahun ini yang maju sampai tingkat nasional dan lulus semuanya menjadi Sekolah Adiwiyata ada tiga sekolah, di antara sekolah SMP A. Wahid Hasyim Tebuireng, SMAN Mojoagung, dan MAN 01 Denanyar. Yang nantinya akan berangkat bersama ke Jakarta. Dan alhamdulillah, SMP A. Wahid Hasyim ini adalah satu satu sekolah yang swasta di Jombang. Dan saya lihat di daftar penerima sertifikat Sekolah Adiwiyata dari daftar memang rata-rata adalah sekolah negeri, sedangkan sekolah swasta hanya beberapa saja.

Apa saja tantangan dan suka duka menjadi Sekolah Adiwiyata ?

Yang paling sulit adalah budaya. Kalau secara fisik kan gampang. Kalau punya uang beli pohon, bunga, beli sarana yang lain. Yang sulit adalah membentuk budaya, budaya bersih budaya membuang sampah pada tempatnya. Kami ada 6S yang menjadi buidaya sekolah kita, mungkin setiap sekolah juga mempunyai budaya masing-masing.

Budaya apa yang membedakan sekoalh SMP A. Wahid Hasyim dengan sekolah sekoalah lain, selain dalam hal penghijauan ?

Mungkin kalo di sekolah lain mereka menggunakan budaya 5S kalau kami menggunakan budaya 6S. Di antaranya Senyum, Sapa, Salam, Salaman Sopan, Santun. Itu yang menjadi budaya sekolah kita, bukan sekolahnya rindang tapi orangnya tidak ramah bukan begitu, tapi sekolahnya rindang bersih dan orangnya sopan.

Apa yang menjadi dorongan SMP AWH untuk menjadi sekolah Adiwiyata ?

Sebenarnya dasar saya sederhana ya, sekolah SMP A. Wahid Hasyim ini kan sekolah full day. Full day itu berarti anak atau murid harus betah di sekolah, karena mereka setengah hari dihabiskan di sekolah sejak jam 07.00 sampai jam 15:30. Kalau sekolahnya tidak nyaman maka minat belajarnya pun bisa turun. Sebenarnya simple dari situ, kemudian pemerintah mengadakan Sekolah Adiwiyata. Ya kami ikut. Intinya kita di sini sebagai pendorong, bukan tujuan utama kami untuk mendapatkan sertifikat tersebut. Dan sertifikat tersebut digunakan untuk memacu semangat anak-anak. Kalau tidak ada ini mungkin semangat anak-anak juga kurang.

Seperti apa keberlanjutan program Sekolah Adiwiyata ke depannya?

Kami berharap, tujuan kami semoga tidak hanya untuk mendapatkan piagam Sekolah Adiwiyata di tingkat nasional tetapi juga menjadi budaya. Karena pengasuh kami juga sering menulis di beberapa media bahwa seorang itu tidak hanya saleh secara ritual tapi juga saleh sosial. Saleh secara sosial saya kira terhadap lingkungan. Saleh terhadap lingkungan harus menjaga lingkungan, juga peduli terhadap lingkungan sekitar.


Pewarta: Nazhatuz Zamani & Farha Kamalia

Editor: Farha

Publisher: Farha