sumber gambar: http://www.alkawthartv.com

Oleh: Luluatul Mabruroh*

Hari Asyura merupakan hari ke-10 di bulan Muharram yang mana terdapat berbagai keutamaan dan amalan-amalan yang sunnah untuk dikerjakan.

Dalam sejarah Arab, hari Asyura merupakan hari bersejarah. Pada hari Asyura orang-orang jahiliyah berpuasa. Setiap suku mengadakan perayaan dengan mengenakan pakaian baru dan menghias kota-kota mereka.

Menurut Imam Al-Qurthubi, “Kemungkinan kaum Quraisy menyandarkan amalan puasa mereka kepada syari’at orang-orang sebelum mereka, seperti syari’at nabi Ibrahim”.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah pernah mewajibkan puasa di hari Asyura saat melihat orang Yahudi berpuasa sebelum turunnya syari’at puasa di bulan Ramadan dengan berbagai keutamaan dari umat terdahulu, namun saat ketentuan berpuasa di bulan Ramadan telah turun, Rasulullah tidak lagi mewajibkan puasa hari Asyura, akan tetapi menjadi sunnah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Umat Islam merayakan datangnya hari Asyura dengan berbagai macam amalan sunnah yang terwarid dari Rasulullah.

Bahkan umat Islam telah menjalankan puasa sejak tanggal 1 Muharram hingga puasa tanggal 9 Muharram yang disebut dengan puasa “Tasu’a” untuk membedakannya dengan puasa umat Yahudi.

Hari Asyura merupakan hari istimewa dan ladang kesempatan untuk bertaubat agar Allah mengampuni dosa-dosa kecil yang pernah dilakukan.

Namun disisi lain dan di sudut kota lain, terdapat golongan sempalan yang memiliki perayaan sendiri saat hadirnya hari Asyura. Golongan Syi’ah memiliki ritual yang dianggap aneh dan sadis. Alih-alih berpuasa dan menyantuni anak yatim, Syi’ah merayakan datangnya hari Asyura dengan mengunjungi Karbala Irak, untuk meratapi wafatnya cucu Baginda Rasul SAW, Hussein bin Ali dalam peristiwa perang Karbala.

Pada hari Asyura puluhan umat Syi’ah melukai tubuh mereka sendiri dengan menggunakan benda-benda tajam terutama pisau. Ritual ini dianggap untuk merasakan penderitaan yang dialami oleh Hussein bin Ali bin Abi Thalib yang begitu disakralkan oleh umat Syi’ah.

Selain itu, ritual lainnya yang biasa dilakukan pada hari Asyura adalah berjalan di atas bara, mandi lumpur lalu mengelilingi api dan membawa Tazia, replika peti mati.

Saat puncak ritual berlangsung, umat Syi’ah berbaris dengan memakai pakaian hitam sambil memukul-mukul dada ataupun mencambuk diri sebagai ritual untuk menghukum diri.

Menurut AM Waskito, bagi umat Syi’ah semua dinamika kehidupan insan habis karena tragedi Karbala. Tidak ada kegembiraan, senyum, harapan, dan pesona eksotisme dalam ritual karbala.

Semua keindahan rasa dan kerenyahan estetik lenyap disapu bersih oleh kesedihan dan duka Karbala. Padahal Islam telah menegaskan prinsip besar dalam kalimat “Laa Khaufun ‘alaihim wa laa hum Yahzanuun”. Namun umat Syi’ah menjalani prisip sebaliknya yaitu “Laa Sa’adatun alaihim wa laa hum yafrohuun”.


*Penulis adalah Alumnus PBA Unhasy Tebuireng Jombang.

[fb_plugin comments width=”100%”]