Jajaran Dzurriyah Tebuireng bersama Erick Tohir di ndalem Kasepuhan Tebuireng. (foto: kopiireng)

Tebuireng.online— Politik bukan suatu hal yang asing lagi bagi Pesantren Tebuireng. Sejak masa penjajahan dan selepas kemerdekaan, Hadratussyaikh Hasyim Asyari telah ikut berpolitik dan mengawal kebijakan-kebijakan Nasional. Contoh kecilnya beliau mendirikan MIAI dan beliau juga memberikan pertimbangan kepada putra nya KH. A. Wahid Hasyim dalam pembentukan Pancasila dan menyetujui perubahan sila pertama.

Dari itu arah politik Tebuireng selalu mengarah dan berorientasi terhadap kepentingan umat dan dilakukan dengan cara yang tidak mencederai keberagaman bangsa Indonesia.

Hal tersebut selaras dengan apa yang disampaikan oleh para Masyaikh dan guru Pesantren Tebuireng saat diwawancarai oleh media Pesantren Tebuireng dalam acara “Mudzakaroh dan doa bersama untuk Indonesia ” di Kawasan Makam Gus Dur (KMGD), pada Selasa (6/02/24).

“Kita menjaga marwah Tebuireng yang dari dulu tidak pernah memihak, artinya apa ‘Tebuireng netral’ Tebuireng NKRI (Bhineka Tunggal Ika),” tutur Gus Abdul Kholiq Tsani.

Pria yang akrab dengan sebutan Gus Aing, yang sekaligus juga merupkan cicit dari Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari ini, juga menuturkan bahwa dari dulu Pesantren Tebuireng dan keluarga selalu mendidik para santri untuk menjadi santri yang beradab dan cerdas dalam menentukan arah pilihan, walaupun terkadang para Masyaikh mendidik dengan perbedaan namun hal tersebut menjadi rahmat dan kelebihan, dan ini dibuktikan dengan rukunnya para Masyaikh meskipun terkadang beda pandangan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Para santri (di Tebuireng dan seluruh santri di Indonesia) boleh berbeda pilihan, tapi yang perlu dijaga adalah adab atau tata kramanya,” pesannya.

Itu artinya Pesantren Tebuireng secara lembaga, selalu netral dan memberi kebebasan untuk para santri dan alumni serta para muhibbin untuk menentukan arah pilihan, meskipun Pesantren Tebuireng secara personal, terkadang para Masyaikh/dzuriyah beda pandangan dan hal tersebut adalah sebuah bentuk pendidikan bagi kita bersama.

Hal ini juga selaras dengan apa yang disampaikan oleh KH. M. Irfan Yusuf Hasyim (cucu dari Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari) saat diwawancarai oleh tim Media Pesantren Tebuireng.

“Tebuireng dari dulu tidak kapasitasnya untuk berbicara tentang salah satu paslon atau capres, sebagai sebuah lembaga. Tapi untuk sebuah personal atau pribadi tentunya mempunyai hak untuk bersikap memilih,” tutur Gus Irfan.

Selain itu Pesantren Tebuireng, juga dikenal dengan keterbukaannya terhadap berbagai golongan, ini terbukti dengan berkunjungnya berbagai tokoh dari lintas oragnisasi atau bahkan dari lintas agama. Ini menggambarkan bahwa Pesantren Tebuireng sangat menjunjung nilai toleransi dan demokrasi.

Pewarta: Faizal Amin