Para narasumber seminar “Mencari Kesepakatan tentang Makna Politisasi Agama” foto bersama Ketua PKPH, H. Mif Rohim dan Penasihat PKPH, KH. Salahuddin Wahid dan Ibu Nyai Farida.

Tebuireng.online— Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari (PKPH) Tebuireng terus memberikan suguhan seminar-seminar menarik kepada masyarakat. Kali ini, dalam usia satu tahunnya, organisasi yang berdiri 05 Februari 2017 lalu itu menyelenggerakan seminar “Mencari Kesepakatan Tentang Makna Politisasi Agama” di Aula Bachir Achmad Gedung KH. Yusuf Hasyim lantai tiga Pesantren Tebuireng.

“Alhamdulillah Pusat Kajian Pemikiran Hasyim Asy’ari sudah genap satu tahun. Insyaallah Pusat kajian ini akan hadir di tengah-tengah masyarakat untuk memberikan pencerahan, inspirasi, informasi dan solusi terhadap berbagai isu yang berkembang di tengah masyarakat yang masih mejadi perdebatan konflik yang akan mengarah kepada disintegrasi NKRI,” ungkap Ketua PKPH, H. Mif Rohim dalam sambutannya.

Wakil Rektor III Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng itu mengapresiasi antusiasme peserta yang terlihat dari jumlah peserta yang hadir. Begitu banyaknya hingga aula lokasi acara tidak mampu menampung keseluruhan peserta. Bahkan, sebagian ada yang menyimak di luar ruangan dari dua televisi plasma yang disediakan oleh panitia. Mereka terdiri dari kalangan akademisi, asatidz, mahasiswa, santri hingga masyarakat umum.

Apresiasi juga disampaikan oleh penasihat PKPH, KH. Salahuddin Wahid atau Gus Sholah. Gus Sholeh menjelaskan jika PKPH telah melaksanakan enam seminar dalam setahun sejak berdiri tahun lalu.

“Ini merupakan seminar keenam dalam setahun yang telah diadakan dan mudah-mudahan ini bisa terus kita pertahankan sebagai bentuk dari kepedulian kita terhadap pemikiran KH. Hasyim Asy’ari,” ucap Pengasuh Pesantren Tebuireng itu.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Setelah mengikuti seminar ini, Gus Sholah meyakini masyarakat cukup cerdas dan cukup dewasa untuk bisa membedakan mana politisasi agama yang baik dan mana yang tidak baik. Untuk itu, Rektor Unhasy itu berharap seminar ini dapat mencapai titik pemahaman dan kesepakatan tentang makna politisasi agama.

Apresiasi juga disampaikan peserta seminar. Ana Saktiani, salah satu peserta, mengungkapkan apresiasinya kepada PKP Hasyim Asy’ari. Menurutnya, seminar-seminar yang diadakan oleh PKPH sangat menarik dan sarat akan keilmuan. “Keren sekali, selain dapat ilmu dari pamateri-pemateri yang sangat menarik, kita juga diberi fasilitas yang serba gratis,” ungkap santriwati Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir itu.

Selain mengadakan seminar, PKPH juga menerbitkan buku dari hasil seminar tersebut. Buku yang berhasil diterbitkan berjudul “Ijtihad Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari tentang NKRI dan Khilafah” yang diterbitkan oleh Pustaka Tebuireng. Buku tersebut merupakan materi dalam seminar sebelumnya pada Januari lalu yang mengangkat pemikiran Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam konteks bernegara dan berbangsa.

Seminar keenam ini menghadirkan empat narasumber, yaitu Analis Kebijakan Madya Bidang Penmas Divhumas Polri, Kombes Pol. Sulistyo Pudjo Hartono, Dewan Kehormatan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Fuad Amsyari, Guru Besar Sosiologi UIN Sunan Ampel Surabaya, Masdar Hilmy, dan dosen Pascasarjana Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng sekaligus pakar tafsir, KH. A. Musta’in Syafi’i.


Pewarta:            Nurul Fajriyah

Editor/Publisher: M. Abror Rosyidin