(sumber gambar: https://islamidia.com)

Oleh: Ustadz Muhammad Idris & Ustadzah Nailia Maghfirah*

Saat akan memulai ujian dalam sekolah, secara reflek dan sering saya lakukan berdoa dengan menggenggam tangan kemudian mata saya pejamkan. Namun saat shalat saya tetap mengangkat seperti cara umat kristiani saat berdoa. Bagaimana adab berdoa menurut agama?

Sigit Tri – Kulon Progo

Terima kasih kepada penanya yang dirahmati Allah. Semoga Allah senantiasa melimpahkan hidayah kepada kita semua dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Amiin yaa rabbal ‘alamiin. Adapaun jawaban pertanyaannya sebagai berikut:

Doa merupakan salah satu bentuk ibadah yang dianjurkan dalam Islam. Doa berasal dari akar kata دعا – يدعو  yang mengandung arti memanggil. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) doa berarti permohonan atau harapan kepada Tuhan. Karenanya dalam penerapannya, doa memiliki banyak makna, tergantung pada konteks siapa yang memanggil dan dipanggil, adapun dalam konteks ini seseorang yang berdoa dianggap sedang memanggil/memohon serta berkomunikasi dengan Tuhan yang Maha Agung, Allah SWT.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sebagai Dzat yang Maha Agung Allah SWT senantiasa memerintahkan hamba-Nya agar selalu memohon kepada-Nya, bahkan doa dianggap sebagai ibadah yang berada pada derajat yang paling agung. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah yang berbunyi:

 وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْلَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَدَاخِرِينَ

“Dan Tuhan kalian berfirman, “berdoalah kalian kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian. Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari beribadah kepada-Ku, akan masuk neraka dalam keadaan hina dina.” (QS. Ghafir: 60).

Di lain surat, Allah berfirman sebagai jawaban dari pertanyaan tentang keberadaan Allah bahwasannya Allah itu dekat, serta memerintahkan kepada manusia untuk mengiringi doanya itu dengan amal saleh

 وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّيقَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِيوَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al Baqarah-186)

Selayaknya ibadah lainnya, sebagai agama yang kaffah, Islam pun memberikan arahan tentang tata cara berdoa, hal ini sangatlah penting. Sebab, jika kita renungi sejenak, tentunya merupakan sebuah kesalahan besar jika di hadapan para pejabat tinggi apalagi presiden atau orang yang kita anggap lebih tinggi dari kita saja, kita senantiasa begitu hormat dan ta’dzim saat menghadapnya, namun justru ketika kita di hadapan Allah, Sang Maha di atas segala Maha, Sang Pencipta seluruh yang terdapat di alam semesta kita justru  kurang memiliki perhatian bahkan asal-asalan.

Agama Islam mengatur adab yang meliputi tatacara dan etika doa. Sebagaimana keterangan dalam kitab Mauidhat al Mu’minin halaman 138 di bawah ini;

Pertama, dalam berdoa sebaiknya seseorang memilih waktu-waktu yang mulia, seperti hari Arafah (berdasarkan tahun), bulan Ramadan, hari Jumat (minggu), dan waktu sahur (malam).

Kedua, berdoa dalam keadaan-keadaan yang mulia atau istimewa, seperti dalam keadaan berada di barisan perang fi sabilillah,  ketika turun hujan, ketika didirikannya shalat fardhu, setelah shalat fardhu, di antara adzan dan iqomah, dan ketika sujud.

Ketiga, dianjurkan bagi seorang yang berdoa untuk menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya, dengan sekira putih-putihnya ketiak itu keliatan. Kemudian sebaiknya setelah doa mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Redaksi tersebut sebagaimana sahabat Umar berkata bahwa (ketika) berdoa Rasulullah mengulurkan kedua tangannya, maka beliau tidak mengembalikan tangannya sampai mengusap wajahnya dengan kedua tangannya. Dalam riwayat lain, Ibnu Abbas berkata; Rasulullah ketika berdoa mengumpulkan telapak tangannya dan meletakannya pada perut beliau, dan tidak mengangkat matanya (melihat) ke arah langit.

Keempat, merendahkan suaranya, dalam arti tidak mengecilkan suara sampai tak terdengar diri sendiri, dan tidak meninggikan suara sampai terdengar orang lain.

Kelima, seseorang tidak berdoa dengan cara bersajak, dan yang lebih utama menggunakan doa-doa yang sudah disebutkan oleh para ulama, karena itu dapat menjadikan doanya dikabulkan.

Keenam, sebaiknya seseorang berdoa dengan cara rendah hati, khusyuk, dan dengan perasaan takut kepada Allah.

Ketujuh, seseorang itu harus mantap terhadap doanya, yakin terkabulkannya doa dan tulus mengharap dalam doanya. Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda:  berdoalah kepada Allah dan kamu sekalian yakin akan terkabulnya doa. Ketahuilah sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati (orang) yang lupa dan mudah putus asa. 

Kedelapan, meminta dengan lemah lembut dalam doanya, dan mengulangi doanya sebanyak tiga kali.

Kesembilan, dalam pembukaan doanya diawali dengan berdzikir kepada Allah dan tidak memulai dengan meminta atau memohon, kemudian seseorang itu membaca shalawat pada Nabi Muhammad dan mengakhirinya dengan shalawat juga.

Kesepuluh, sebaiknya seseorang berdoa dengan tata karma secara batin, dan ini merupakan dasar terkabulkannya doa, yaitu dengan taubat, menolak penganiayaan, dan menghadap pada Allah, karena hal tersebut sebab yang dekat dalam terkabulkannya doa.

Demikian penjelasan dari tim redaksi kami. Semoga ke depannya Allah menjadikan kita, hamba yang termasuk dalam golongan orang-orang yang senantiasa khusyuk dan istikamah dalam berdoa, sehingga kita menjadi golongan hamba-hamba-Nya yang dekat dengan-Nya. Amiin yaa rabbal ‘alamiin.

Wallahu A’lam bisshowab.  

*Ditulis oleh Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.