Salah satu pemateri menyamaikan materi tentang kesehatan telinga dalam Lokakarya PGKPT di Pesantren Tebuireng, Ahad (12/03/2017). (foto: LSPT)o

Tebuireng.online– Usai pemberian sambutan Seminar dan Workshop Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGPKT) oleh dr. Indro S. SpTHT-KL, agenda dilanjutkan dengan penyampaian materi seminar oleh tujuh pemateri di Aula Bachir Ahmad Gedung KH. M. Yusuf  Hasyim Lt. 3, Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, pada Ahad (12/03/2017) yang dihadiri oleh 250 tenaga kesehatan nasional.

Dalam berlangsungnya seminar tersebut pemberian materi dibagi dalam dua sesi. Pertama terdapat 3 judul makalah yang disampaikan oleh 3 pemateri. Pemateri pertama oleh dr. Damayanti S. SpTHT- KL(K) dengan judul makalah “Dampak & Penyakit Penyebab Ketulian dan Upaya Pencegahannya. Dalam penyampaian makalahnya, dokter yang sekaligus menjabat Ketua Komite Nasional PGPKT tersebut mengungkapkan, “Pendengaran merupakan hal yang penting untuk kemampaun berbicara, berbahasa, dan berkomunikasi. Maka sedini mungkin harus dilakukan pemeriksaan pendengaran. Alat untuk mendeteksi pendengaran yaitu Otoacoustic Emissions (OAE).”

Dari beberapa hal yang disampaikan dihadapan 250 tenanga kesehatan, ia juga menghimbau serta menganjurkan kepada setiap rumah sakit untuk memiliki alat pendeteksi kesehatan tersebut. “Hindarkan balita pada tempat bising, tempat bising membuat balita menjadi kurang cerdas,” imbuh dokter spesialis THT tersebut. Ia melanjutkan sebuah pernyataan bahwa terkadang orang tua menganggap bahwa tempat yang bising akan menghibur anak sebagai wahana bermain, namun lebih dari itu tanpa disadari, keberadaan anak di tempat bising akan menyebabkan tuli, tidak cerdas, dan menghacurkan masa depan anak.

Begitu pula dengan makalah yang dipaparkan oleh dr. Haris Ekorin, SpTHT-KL(K) dengan judul “Tuli Akibat Bising dan Presbikusis”. Menurutnya, Presbikusis sendiri merupakan tuli karena faktor usia. Gejala klinis yang ditandai dengan menurunnya tingkat pendengaran sedikit demi sedikit. Bila mendengar suara keras, telinga akan terasa sakit. Dampaknya bagi penderita, kualitas hidup menurun. Belum ada pengobatan untuk penyakit tersebut, namun sementara tetap dapat dicegah dan rehabilitasi menggunakan Alat Bantu Dengar (ABD).

Sedangkan di waktu dan pada materi makalah yang berbeda, Dr. dr. Semiramis Zizlavsky, Sp THT-KL(K) mengungkapkan, “Untuk mencapai cara yang lebih baik dalam mengajak anak berkomunikasi, kita beli buku, kita bercerita seperti orang tua zaman dahulu. Dongeng jauh lebih bermanfaat, mendengarkan sambil melihat wajah ekspresi orang tua saat membacakan anak akan lebih bahagia,” paparnya sambil lalu memberikan trik-trik dalam memberikan contoh yang baik secara spontanitas pada anak dalam berkomunikasi dan perbuatan yang seyogyanya secara tidak sadar akan ditiru oleh anak-anak.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sebelum melanjutkan materi pada sesi selanjutnya, seminar yang dihadiri oleh 250 tenaga kesehatan yang terdiri dari 100 dokter, 100 bidan, dan 50 perawat ini, memberikan kesempatan pada seluruh peserta untuk berdiskusi atau tany -jawab seputar kesehatan terutama yang berkaitan dengan materi seminar tersebut. Setelah beberapa waktu tanya jawab usai, agenda dilanjutkan dengan pemberian materi makalah mengenai “Cara Pemeriksaan Pendengaran Dengan Alat OAE dan Pemeriksaan Pendengaran Sederhana pada bayi”.


Pewarta:   Fani Inganati

Editor:       Munawara

Publisher:   M. Abror Rosyidin