Tebuireng.online— Untuk mengajak semua santri putri mencintai literasi dan merawat budaya lama pesantren itu, Ospi (Organisasi Santri Pondok Putri) Tebuireng mengadakan acara bedah buku di aula pondok, pada Kamis (17/10/2024) malam. Saminar buku ini mengangkat tema “Cerdas Menulis Aksara”. Turut hadir Kepala Pondok Putri, KH. Fahmi Amrullah Hadziq beserta istri, Wakil Kepada Pondok Putri, Dian Arrij, Bunyai Lelly Lailiyah Hakim, pengurus serta pembina pondok dan seluruh santri putri.
Dalam sebuah sambutan, Bu Nyai Lelly Lailiyah Hakim, istri Pengasuh Pesantren Tebuireng bercerita tentang perempuan yang harus pandai di bidang apapun.
“Perempuan dan karya. Bagaimana perempuan menyampaikan suaranya, pengalamannya, dan gagasannya melalui karya,” ungkap Bu Nyai seraya menyontohkan penulis Muyassyaroh Hafidzah yang akan mengisi seminar malam itu.
Di hadapan ratusan santri, Bunyai mengingatkan pentingnya berliterasi sejak dini, termasuk seperti apa yang telah dilakukan tokoh-tokoh Pesantren Tebuireng dan juga pemateri malam itu (red. Muyassyaroh) penulis beberapa novel islami salah satunya Hilda, yang menulis ejak jadi santri.
“Semua yang diberikan oleh Bunyai Muyassaroh nanti, itu mengajarkan kalian semua tentang bagaimana seorang perempuan berkarir, bagaimana menjadi seorang ibu, yang juga memiliki kepandaian dibidang literasi,” tambah istri KH. Abdul Hakim Mahfudz itu.
Acara ini juga dihadiri oleh seluruh santriwati yang berjumlah 865, dan saat Bunyai Muyassyarotul Hafidzah menyampaikan materinya mereka semua mendengarkan dan mencatat dengan baik, dalam penyampaian materinya, beliau membagikan pengalamannya saat awal menulis novel-novelnya.
Penulis novel Hilda ini juga memberi tahu bahwa literasi bisa menjadi 4 kunci dalam kehidupan, “literasi bisa menjadi kunci kehidupan, yakni tercapainya cita-cita kalian, literasi juga bisa menjadi kunci mengatasi sebuah problem atau permasalahan, literasi juga bisa menjadikan orang berkumpul untuk diskusi hal yang positif, dan yang terakhir literasi juga bisa menjadi penyeimbang SDM,” jelasnya yang juga dibantu dengan materi yang sudah ditulisnya melalui PPT.
Diakhir materinya, beliau menyampaikan 3 pesan kepada seluruh santri yang hadir dalam seminar itu, “saat akan menulis, penulis itu membutuhkan 2 hal, yaitu jatuh cinta, dan patah hati,” tutur novelis itu.
Ia menyampaikan bahwa para santri jika mau dan ingin bisa nulis harus sudah pernah merasakan hal tersebut, kemudian menurutnya tidak usah berpikir siapa yang akan membaca karya kita.
“Karna tugas penulis hanyalah menulis, dan yang terakhir ketika kalian sadar bahwa nulis itu penting, maka lakukanlah segera,” pesannya kepada seluruh santri pondok putri.
Seminar buku yang merupakan program kerja dari OSPI itu juga dimeriahkan dengan gelaran Bazar Buku yang dilaksanakan selama 3 hari, di halaman pondok putri Tebuireng dan teras Masjid Ulil Albab. Bazar ini bekerja sama dengan Penerbit Pustaka Tebuireng.
Arifah Aqla Mahira sebagai Sekretaris OSPI mengaku bazar yang dilaksanakan sangatlah berhasil karna santriwati di pondok putri sangat senang membaca, baik fiksi atau non fiksi.
“Di bazar buku Alhamdulillah lancar dan laris baik buku fiksi atau non fiksi ya 50-50 lah, harapan kami sebagai OSPI atas terselenggaranya acara bazar ini bisa meningkatkan literasi santri dan bisa meningkatkan wawasan sejarah,” ungkapnya.
Pewarta: Albii