Proses menyolati jenazah KH. Johari di Masjid Pondok Putra Tebuireng.

Oleh: Ahmad Faozan*

Sosok Dr. KH. Johari Sidroh, M.Ag atau akrab dipanggil dengan Bangjo baru saja dipanggil kekasihNya, pada Senin siang tanggal 27 Januari 2020. Allah SWT memanggilnya dalam usia yang terbilang masih muda. Bangjo lahir di Indramayu, Jawa Barat pada 13 Februari 1964.

Selama ini Bangjo bersama keluarganya tinggal di Sumoyono rt 5 rw 11 Cukir Diwek Jombang. Pernikahan Bangjo dengan Nyai Zuliatiningsih ini dikarunia tiga orang anak, yaitu: Ibadurrahman, Syifa’urrahman, dan Hafidatu Muniroh.

Bangjo merupakan santri senior di Pesantren Tebuireng. Beliau berasal dari Indramayu. Menyantri di Pesantren Tebuireng cukup lama. Saya mengenal beliau sejak 15 tahun yang lalu.

Saat duduk dibangku Madrasah Aliyah Tebuireng saat itu beliau mengajar Qawaid dan Ushul Fikih jika tak salah, dan mengajar kitab Kifayatul Akhyar selepas Maghrib di Asrama Lasykar Hizbullah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Bangjo juga dikemudian hari menjadi kepala Madrasah Aliyah Tebuireng dan Majelis Ilmi, Pesantren Tebuireng sekitaran tahun 2000 an. Beliau belajar secara formal dan non formal di Pesantren Tebuireng.

Salah satu gurunya yang sering disebut adalah KH. Syansuri Badawi seorang ulama yang juga berasal dari Jawa Barat yang juga sama ahli dalam bidang Ushul Fikih dan Fikih.

Karir akademiknya cukup cemerlang. Bobot keilmuannya juga. S1 Jurusan Syariah diselesaikan di Institut Keislaman Hasyim Asy’ari, IKAHA (kini berubah Universitas Hasyim Asy’ari, Unhasy), S2 ditempuh di Jurusan Agama dan Filsafat, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, dan S3 mengambil studi Dirasat Islamiyyah Konsentrasi Hukum Keluarga Islam, di UIN Sunan Ampel, Surabaya.

Beliau mengabdikan dirinya dengan menjadi pengajar di almamaternya. Bangjo tahun kemarin ini juga masih aktif mengajar mahasiswa S1 dan S2 di Universitas Hasyim Asy’ari. Pada tahun lalu beliau mengampu mata kuliah Aneka Studi Hukum Keluarga di Pascasarjana Unhasy. Hanya pertemuan pertama beliau masuk. Pertemuan kedua dan selanjutnya karena alasan sakit beliau berhalangan mengajar.

Kemudian juga mengajar di Aliyah, materi Qawaid, Ushul Fikih, dan Shorof. Di Mualimin jika tak salah Tafsir. Serta mengajar di lembaga lain milik Pesantren Tebuireng.

Buku dan Kopi

Aktivitas Bangjo sangat padat. Setelah shalat Shubuh hingga shalat Isya. Meskipun demikian beliau masih menyempatkan diri untuk beriteraksi dengan semua golongan masyarakat di warung kopi, KPK yang lokasinya berada di Timur lampu merah Cukir.

Jadi, bila siapa saja ingin bertemu dengannya bila kebetulan tidak berada di pondok, kampus maupun ndalemnya dipastikan ada di tempat ngopi. Betapa, Bangjo tidak melupakan dirinya sebagai manusia biasa dan warga masyarakat pada umumnya.

Ada inspirasi dalam segelas kopi. Dan ada kenyamanan hidup bercengkrama dengan semua golongan. Perpustakaan A. Wahid Hasyim milik Pesantren Tebuireng merupakan salah tempat favorit bagi Bangjo.

Disanalah beliau melahap beragam buku bacaaan. Ya, ditempat itulah beliau sangat betah. Bahkan, sampai akrab poll dengan beragam wacana dan juga penjaganya.

Bangjo juga akrab banget dengan khazanah kitab kuning. Dari sekian banyak kitab kuning yang dikuasainya nampaknya dibidang Ushul Fikih dan Fikih yang paling terlihat karena itu yang sering ditonjolkan.

Bicara dengan beliau juga tidak lepas dari keduanya. Materi yang diajar oleh beliau selain yang sering adalah Qawaid dan Ushul Fikih. Mungkin santri lain ada yang diajar Tafsir Jalalain, dan lainnya.

Buku Fikih Gus Dur merupakan karya beliau yang semula dari disertasi dirombak secukupnya kemudian diterbitkan oleh Pustaka Tebuireng pada April 2019.

Isinya bagus dan penjualannya juga. Karya lain yang rencana akan diterbitkan adalah mengenai Ushul Fikih sebuah kitab karya gurunya, KH. Syansuri Badawi. Kitab tersebut sudah diajarkan para santri. Selain sudah beliau edit juga pentashihan sendiri. Hanya saja karena ada hal, tambahan belum bisa diterbitkan.

Dalam suatu waktu, beliau juga mengatakan memiliki karya-karya lain tersimpan di laptopnya, dan akan menggarap sebuah penelitian serius mengenai pemikiran KH. Salahuddin Wahid mengenai Sains.

Berawal dari Pesantren Sains atau Pesantren Tebuireng dua ini yang menurutnya menggugah beliau untuk meneliti lebih dalam. Konsepnya sudah beliau buat. Allah lebih berkuasa di atas segala-galanya.

Bangjo merupakan guru sekaligus senior yang juga sangat terbuka bila diajak berdiskusi. Baik masalah kepesantrenan, pendidikan, KeNUan kitab kuning, dan lain-lain.

Jadi, bagi kita pegiat buku akan sangat betah bersamanya. Merasa mendapat ide-ide segar, pencerahan, dan buku-buku referensi yang dibutuhkan.

Rasanya baru kemarin pagi njenengan mampir ke rumah, sambil meminum kopi mendiskusikan konsep-konsep itu, pak kiai Johari. Dan rasanya baru kemarin juga saya menemui panjenengan di warkop KPK. Serta rasanya baru kemarin siang, pak saya ke rumah njenengan, setelah sekian hari istirahat di rumah sakit.

Bicara panjenengan yang kian pelan, tertata rapi, dan lain sebagainnya. Iya, aku masih mengingat dengan jelas. Lewat karyamu kini para santrimu dan orang yang mengenalmu mengetahui pikiran dan gagasan panjenengan.

Semoga, ilmu yang njenengan berikan dapat kita amalkan. Dan menjadi pahala yang terus mengalir buat panjenengan. Pengabdianmu kepada almamater luar biasa. Al Fatihah.

*Pimpinan Penerbitan Pesantren Tebuireng.