sumber gambar: vocea.com

Oleh: Qurratul Adawiyah*

Dalam menjalani hidup bukan hal yang aneh bila ditimpa banyak masalah. Sedih, gelisah, kecewa dan hal lain yang tidak kita senangi akan terus datang. Namun begitulah hidup; bertumbuh, berkembang dan mendewasa. Semua itu mengajarkan kita untuk melaluinya. Jadi tidak perlu untuk berusaha keras menghindari, menolak dan berpura-pura untuk selalu baik-baik saja.

Semua orang di dunia ini pasti memiliki masalah, namun yang membedakannya adalah cara menyikapinya. Ada yang memilih menghindar sehingga tak jarang menimbulkan masalah-masalah baru, dan ada yang memilih bertopeng kepura-puraan kalau semuanya baik-baik saja. Semuanya kembali pada pribadi masing-masing.

Namanya juga hidup, proses pembentukan untuk menjadi pribadi kuat pasti akan mengalami yang namanya  sakit berkali-kali. Seperti halnya besi yang dibakar, dipalu, dibakar lagi hingga akhirnya menjadi sesuatu yang bermanfaat dan enak dipandang berupa pedang yang indah misalnya. Karena memang seperti itulah kehidupan. Hal itu tentu kita tidak menghadapinya sendirian.

Setiap orang mempunyai masalah dan mereka berhak untuk menceritakan kepada siapapun meskipun ia hanya sekadar mendengarkan  tidak memberikan solusi namun setidaknya kita merasa memiliki ruang untuk berbagi. Setiap orang butuh didengarkan, setiap orang butuh rumah untuk bercerita. Tidak peduli seberapa ia dewasanya seberapa ia usianya. Siapapun berhak untuk memilih pendengar.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Terkadang ia bukan kekurangan motivasi, butuh nasihat. Dalam dirinya ia pasti tahu bahwa semuanya sudah di atas kuasa-Nya. Ada kalanya kita hanya duduk, diam menyimak dengan baik dan sekali-kali kita perlu berkata, “Aku selalu ada untukmu, aku mengerti ini berat untukmu dan tak semua orang bisa menghadapinya seperti mu.”

Kata itu bisa menjadi sinar bagi temanmu di saat gelap kebingungan hendak kemana ia melanjutkan perjalanan, bisa menjadi bayangan yang meneduhkan di tengah panas matahari yang menyilaukan. Terkadang seseorang itu hanya butuh orang lain berempati, yang benar-benar memaklumi dan mendengarkan. Tanpa menilai buruk terhadap masalah yang ia hadapi.

Menasihati itu mudah dan berempati itu yang susah. Kuatkan ia dengan cara mendengarkan keluh kesahnya, memahami kondisinya, perlahan-lahan setelah ia tenang ia akan minta nasihatmu. Saat itulah kamu bisa memberikan motivasi.

Misalnya, kamu sedang stres karena tugas menumpuk, lalu temanmu berkata, “aku mengerti kondisimu saat ini, tentu hal itu sangat memberatkan. Tapi tidak apa-apa kok kita kerjakan bersama-sama, sedikit demi sedikit pasti bisa, yang terpenting tetap semangat.”  

Tentu kamu akan merasa dipahami bukan dihakimi, semisal dengan perkataan,cuma segitu aja tugasnya udah ngeluh, sama banyaknya kok dengan tugasku,” meskipun kamu berusaha untuk menanggapinya dengan positif, kamu pasti akan merasakan ketidaksukaan, sehingga kamu semakin down, frustasi dan suntuk.

Jadi kita bisa mulai dengan berempati dulu baru berikan ia harapan, motivasi atau menasihati. Karena yang lebih ia butuhkan dari sosok seorang teman adalah memahami perasaanya. Seperti halnya kamu yang dihadapi dengan banyak masalah, tentu yang kamu harapkan adalah sosok teman yang bisa mendengarkan dan memahami kamu.

*Mahasantri Tebuireng.