tebuireng.online— Kelas non-fiksi Sekolah Menulis Jilid III Sanggar Komunitas Penulis Muda Tebuireng (Kepoedang), Jum’at kali ini (17/04) membahas tentang esay dan editing. Pemateri yang dihadirkan adalah senior redaktur dari Majalah Tebuireng, Ahmad Mubarok yasin di Perpustakaan A. Wahid Hasyim Pesantren Tebuireng.
“Intinya tulis, tulis dan tulis!” pesan salah satu pengasuh pondok pesantren di Madura tersebut setelah menyampaikan beberapa teori tentang kepenulisan. “Di media massa, editor adalah hati nurani media. Dialah penyelaras naskah agar sesuai visi, misi dan rubrikasi”, tambah beliau setelah menyampaikan teori tentang kepenulisan.
Alumni Pesantren Lirboyo tersebut mendorong para para peserta untuk mempelajari cara meletakkan tanda baca yang baik dan benar. Berbeda dengan pemateri sebelumnya Ahmad Mubarok menggunakan praktek jauh lebih banyak dari pada materi. Kyai muda Madura tersebut memberikan selebaran kertas berisi beberapa kalimat tanpa tanda baca satupun. Kemudian para peserta harus memberikan tanda baca yang tepat dan benar.
“Ini sebagai latihan agar bisa menyesuaikan tanda baca beserta menjadi mudah dipahami”, tambahnya kemudian. Ahmad Mubarok Yasin berpesan agar para penulis pemula tidak terlalu memikirkan tanda baca. Mereka harus fokus dengan apa yang harus ditulis. “Tentunya ya bukan tidak menghiraukan, tapi fokus saja!”, katanya. (lathifah/abror)