Oleh: M. Minahul Asna*
Pesantren Tebuireng merupakan salah satu pesantren tertua di Indonesia, pesantren yang lahir 28 Rabiul Awal 1317 H, bertepatan dengan tanggal 3 Agustus 1899 M saat ini berumur 122 Tahun. Pesantren Tebuireng lahir sebagai respons Kiai Hasyim terhadap tumbuhnya kapitalisme liberal bersamaan dengan tumbuhnya industri gula di kawasan Cukir Jombang.
Awal mula Pesantren Tebuireng berdiri, Kiai Hasyim hanya mempunyai 8 santri, tiga bulan kemudian bertambah menjadi 28 santri. Pada saat itu pendirian pesantren di Tebuireng tak diterima langsung oleh masyarakat sekitar, pesantren ini kerap kali diganggu dengan ancaman teror, difitnah, dan lain-lain.
Dari mulai dilempari batu, kayu, bahkan senjata tajam yang ditusukkan ke dinding tratak yang mengharuskan para santri tidur bergerombol di tengah ruangan, untuk menghindari tusukan benda tajam. Para santri pun kerap diancam agar meninggalkan pesantren tersebut.
Saat gangguan yang datang semakin membahayakan dan mengganggu aktifitas santri, Kiai Hasyim pun mengutus seorang santri untuk menemui Kiai Saleh Benda, Kiai Abdullah Panguragan, Kiai Samsuri Wanantara, dan Kiai Abdul Jamil Buntet yang berada di Cirebon Jawa Barat, untuk melatih pencak silat dan kanugaran kepada para santri yang berlangsung selama 8 bulan.
Setelah dibekali ilmu pencak silat dan kanuragan, para santri tak gentar menghadapi gangguan yang datang. Kiai Hasyim pun kerap beronda malam sendirian dan sering berkelahi membela diri dengan kawanan penjahat, dan beliau selalu dapat menanganinya. Bahkan, kawanan penjahat tersebut sampai meminta diajari ilmu pencak silat dan menjadi santri Kiai Hasyim.
Keahlian KH. Hasyim Asy’ari dalam bidang hadits dan tafsir, menjadi daya tarik utama pesantren yang dirintisnya itu. Banyak santri senior dari pesantren yang datang nyantri di Tebuireng, baik sekadar mencari berkah maupun sengaja melibatkan diri dalam perjuangan politik pesantren.
Pada tahun 1919, diselenggarakan pendidikan formal yang bersifat klasikal yang dinamakan Madrasah Salafiyah Syafiiyah, yang dipelopori Kiai Muda Bernama Kiai Muhamamad Ilyas, dan mulai diterapkannya mata pelajaran bahasa Melayu, berhitung, sejarah, ilmu bumi dan sebagainya.
Pesantren Tebuireng ini terbukti melahirkan ulama besar yang memimpin berbagai pesantren maupun menjadi pemimpin negeri di masa depan, antara lain, KH. Wahab Hasbullah memimpin Pesantren Tambakberas, KH. Abdul Karim pendiri Pesantren Lirboy, KH. Ahmad Shiddiq adalah murid Kiai Hasyim yang disegani, bahkan seorang Wakil Presiden yaitu Prof. Dr. KH. Ma’ruf Amin, dan banyak tokoh lainnya.
Pada tahun 1934, putra Kiai Hasyim, Kiai Wahid Hasyim merintis pendidikan khusus yang diberi nama Madrasah Nidzomiyah, sebuah langkah yang spektakuler, sebab pendidikan ini eksklusif yang hanya bisa diikuti santri senior, dan pilihan ini mengajarkan 70 persen mata pelajaran umum.
Di situ juga disediakan perpustakaan yang berisi sekitar 1000 judul buku, serta tidak ketinggalan pula disediakan berbagai majalah dan surat kabar, sehingga produk dari perguruan ini menjadi organisator yang tertib dan piawai, serta pejuang yang militan. Hingga tahun 1940-an, jumlah kiai yang dilahirkan dari Pesantren Tebuireng terdata sebanyak 25.000 orang tersebar di seluruh Indonesia.
Sampai saat ini, Tebuireng terus melakukan inovasi-inovasi yang terbilang masih asing bagi pesantren pada umumnya. Dari sisi pendidikan, Pesantren Tebuireng mendirikan Pesantren Sains, yaitu pesantren yang memasukkan pendidikan pesantren berbasis Al-Qur’an dan Tafsirnya dalam mata pelajaran Sains.
Selain itu Pesantren Tebuireng adalah pesantren yang ikut mengembangkan media. Pesantren Tebuireng memiliki Rumah Produksi Tebuireng yang berkarya dalam dunia perfilman, dalam bidang media cetak, Pustaka Tebuireng yang mencetak buku-buku tentang Pemikiran Kiai Hasyim dan tokoh Pesantren Tebuireng, serta Majalah Tebuireng, sedangkan dalam Media Elektronik seperti Website, dan merambah ke platform media sosial Instagram, Facebook, Twitter, Youtube, bahkan Tiktok.
Pesantren Tebuireng juga memiliki 2 kampus yaitu Universitas Hasyim Asy’ari yang sudah memiliki 5 Fakultas, Fakultas Agama Islam, Fakulas Teknik, Fakultas Teknologi Informasi, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Ilmu Pendidikan. Ada juga kampus khusus yaitu Ma’had Aly Hasyim Asy’ari, dengan takhassus atau jurusan Hadits wa Ulumuhu, di sana kita akan diajak belajar hadits sebagaimana salah satu keahlian Kiai Hasyim.
*Santri Tebuireng, Alumni Mahad Aly Hasyim Asy’ari.