Mustafa Atef saat mengunjungi Pondok Putri Pesantren Tebuireng.
Mustafa Atef saat mengunjungi Pondok Putri Pesantren Tebuireng membawakan musik Islam.

Sejak awal, musik memiliki peran yang beragam dalam masyarakat Arab pra-Islam. Pada zaman Jahiliyah (sebelum kedatangan Islam), musik digunakan dalam berbagai konteks, termasuk upacara keagamaan dan hiburan.

Namun, dengan kedatangan Islam pada abad ke-7 M, terjadi perubahan signifikan dalam pandangan terhadap musik. Dalam al-Quran dan hadis (tradisi Islam) mengandung petunjuk-petunjuk tentang praktik musik. Beberapa ulama menyatakan bahwa musik adalah haram (dilarang) karena dianggap dapat menggoyahkan keimanan seseorang. Namun, ada juga pandangan yang memperbolehkan musik dalam konteks tertentu, seperti pernikahan atau perayaan.

Salah satu instrumen musik yang paling awal dikenal dalam dunia Arab adalah “oud,” yang mirip dengan gitar. Musik juga digunakan dalam konteks dakwah (pengajaran agama) untuk menarik pendengar kepada pesan-pesan Islam. Sejarawan dan pemusik seperti al-Kindi, al-Farabi, dan Ibn Sina (Avicenna) di abad pertengahan membuat kontribusi besar dalam teori musik yang mencoba mengintegrasikan unsur-unsur musik dengan pemahaman Islam.

Perkembangan Musik dalam Empat Kekhalifahan Besar

Selama masa pemerintahan empat Kekhalifahan Besar (Rashidun, Umayyah, Abbasiyah, dan Utsmaniyah), musik terus berkembang. Pada masa Kekhalifahan Umayyah di Spanyol, kota-kota seperti Cordoba dan Sevilla menjadi pusat kegiatan musik yang penting. Mereka menggabungkan warisan budaya Arab, Spanyol, dan Yahudi dalam musik mereka, menciptakan gaya yang unik dan beragam.

Di bawah Kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad, ilmu pengetahuan dan seni berkembang pesat, termasuk musik. Pada saat itu, musik menjadi mata pelajaran yang diajarkan di berbagai universitas. Kitab Al-Adfiya, sebuah ensiklopedia musik dari abad ke-10, menjadi salah satu referensi utama dalam teori musik Islam.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selama masa pemerintahan Utsmaniyah, musik mengalami perkembangan yang signifikan. Pengaruh musik Timur Tengah dan Asia Selatan menciptakan alat musik tradisional seperti saz (jenis alat musik senar) dan darbuka (alat musik perkusi). Musik Utsmaniyah menjadi identitas budaya yang kuat dalam kekhalifahan ini, terutama dalam bentuk musik militer yang digunakan selama perang.

Musik dalam Pusat Pendidikan Islam

Pusat-pusat pendidikan Islam, terutama di Kota Cordoba, Baghdad, dan Kairo, menjadi tempat penting dalam perkembangan musik. Para ulama dan ilmuwan seperti al-Kindi, al-Farabi, dan Ibnu Sina membahas musik dalam konteks ilmu pengetahuan dan filosofi Islam. Mereka mengembangkan teori musik yang rumit, mengkaji skala musik, harmoni, dan akustik. Ini menciptakan dasar bagi pengembangan musik dalam budaya Islam.

Perguruan tinggi seperti Bait al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan) di Baghdad adalah pusat penting untuk mempelajari seni dan musik. Mereka mendorong integrasi antara musik dan agama, terutama dalam bentuk nasyid (nyanyian religius). Musik juga digunakan dalam berbagai upacara keagamaan, seperti salat (ibadah) dan peringatan Maulid Nabi.

Era Renaisans Islam

Selama Zaman Keemasan Islam (Abad Pertengahan), terutama selama kekhalifahan Abbasiyah, musik mengalami era keemasan. Ini dikenal sebagai “Renaisans Islam” di mana seni, ilmu pengetahuan, dan kreativitas mencapai puncaknya. Musisi dan komposer terkenal seperti Al-Farabi mengembangkan teori musik yang mendalam. Mereka juga menulis tentang musik dan memberikan sumbangan berharga bagi pengembangan musik di seluruh dunia Islam.

Selain itu, istana-istana kekhalifahan Abbasiyah menjadi pusat seni dan musik. Para pemimpin Abbasiyah, seperti Harun al-Rashid dan al-Mamun, mendukung seniman dan musisi. Istana mereka sering menjadi tempat pertunjukan musik yang mewah dan menjadi pusat inovasi dalam musik klasik Arab.

Era Modern dan Globalisasi Musik Islam

Dalam era modern, musik Islam mengalami perkembangan yang signifikan. Musisi Muslim di seluruh dunia menciptakan genre-genre musik baru yang mencampurkan unsur-unsur musik tradisional dengan pengaruh musik modern. Misalnya, musik nasheed (nyanyian religius) telah menjadi sangat populer di kalangan pemuda muslim dan digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan agama.

Selain itu, musik Islam juga telah mendunia dan berkolaborasi dengan berbagai genre musik dunia. Ini menciptakan kesempatan bagi para musisi muslim untuk mencapai khalayak yang lebih luas dan mempromosikan pemahaman yang lebih baik tentang Islam. Sejumlah artis muslim terkenal seperti Yusuf Islam (dulu dikenal sebagai Cat Stevens) dan Sami Yusuf telah mencapai kesuksesan internasional dengan musik mereka.

Namun, globalisasi juga telah membawa tantangan dalam hal pemeliharaan nilai-nilai dan identitas budaya dalam musik Islam. Terkadang, pengaruh musik barat yang mendominasi dunia hiburan dapat menimbulkan perdebatan tentang bagaimana musik muslim harus mengikuti tradisi agama dan budaya mereka.

Sejarah musik dalam perkembangan Islam mencerminkan dinamika yang kompleks antara tradisi agama, budaya lokal, dan konteks sosial. Musik telah menjadi ekspresi seni yang kuat dalam dunia Islam, membentuk identitas budaya dan menciptakan hubungan yang mendalam antara musik dan agama. Meskipun ada perubahan dan kontroversi dalam pandangan Islam terhadap musik, musik tetap menjadi bagian penting dari kehidupan dan kebudayaan Muslim di seluruh dunia, yang terus beradaptasi dan berkembang dalam era modern dan globalisasi.

Baca Juga: Hukum Musik dalam Islam, Haramkah?


Ditulis oleh Muhammad Nur Faizi, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta