Ilustrasi pola makan sehat (sumber: kompasiana)

Sebagian dari kita pasti mendambakan tubuh yang sehat dan ideal. Berbagai metode diet pun dicoba, mulai dari vegetarian, rendah karbohidrat, hingga konsumsi suplemen seperti protein shake. Namun, di tengah gaya hidup serba praktis dan penuh godaan, menjaga pola makan sehat menjadi tantangan tersendiri. Salah satunya anggapan bahwa untuk hidup sehat itu butuh biaya mahal.

Sebenarnya jika kita mau memahami lebih dalam tentang makna sebenarnya dari makanan sehat, kita akan menyadari bahwa makanan sehat bisa sangat sederhana. Kita tidak perlu mengonsumsi makanan impor seperti ikan tuna atau kacang almond. Indonesia memiliki beragam makanan lokal bergizi seperti tempe dan tahu yang kaya protein, serta ubi dan jagung sebagai sumber karbohidrat yang menyehatkan. Padahal, konsistensi dan disiplin dalam memilih makanan yang baik adalah investasi terbaik untuk kesehatan jangka panjang.

Seperti yang diteladankan oleh Rasulullah Saw., dalam mengatur pola makan, salah satunya adalah hanya makan saat lapar, makan tidak dengan terburu-buru, makan secukupnya dan tidak berlebihan serta memilih makanan yang halalan toyyiban. Dan sadarkah kita, bahwa pola makan Rasulullah ini sejalan dengan sains gizi modern?

Baca Juga: Jangan Kalap! Tetap Jaga Pola Makan Saat Lebaran

Menurut WHO (World Health Organization) dalam tulisan Healthy Diet 2020, Mindful Eating atau makan ketika lapar dapat membantu mengontrol porsi makan, dan juga dapat membantu memelihara keseimbangan hormon lapar (ghrelin dan leptin). Hal ini sangat sederhana untuk kita tiru, walau beberapa orang menganggap sulit menerapkannya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain itu, Rasulullah juga menjaga keseimbangan dalam pola makan, seperti dalam sabdanya:

لَا مَغْرِسَ لِبَنِي آدَمَ شَرٌّ مِنْ مَعِدَتِهِ، بِالْمُؤْنِ يَقُومُ الْعَضُدُ، فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ، وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ، وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
                                                                                                                           (رواه الترمذي)

“Tidak ada wadah yang lebih buruk yang diisi oleh manusia daripada perutnya. Cukuplah bagi manusia beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya. Jika harus (lebih dari itu), sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk napasnya.” (HR. Tirmidzi).

Konsep dari sepertiga yakni masing-masing untuk bagian makanannya, minumannya dan untuk napasnya merupakan prinsip dari kalori seimbang. Tak ada yang melarang kita makan, bahkan sejatinya manusia memang butuh makan, tetapi yang harus dipahami adalah makan sesuai dengan kebutuhan energi yang kita perlukan. Tidak berlebihan.

Adanya keseimbangan dalam pola makan ini dapat mencegah terjadinya obesitas yang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, contohnya seperti diabetes, stroke, kanker dan lainnya. Jika kita makan secara berlebihan, maka bukan hanya obesitas, namun juga mental dan fisik kita terganggu.

Dalam hal ini, selain memperhatikan makanan sehat dan menyeimbangkan makanan, Rasulullah pun mengajarkan kepada kita untuk mengonsumsi makanan yang halal dan thoyyib. Kenapa harus thoyyib? Karena makanan yang halal belum tentu baik. Sesuai dengan firmaan Allah SWT:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah. (QS. Al-Baqarah: 172).

Baca Juga: Meneladani Cara Makan Rasulullah

Ini sejalan dengan prinsip real food. Yakni Kembali ke makanan alami, dan meminimalisir makanan olahan. Dalam kitab Ath-Thibb An-Nawawi diriwayatkan bahwa rasul sangat menyukai susu terutama susu segar yang dicampur madu. Dalam hadits riwayat muslim, Rasulullah menganjurkan untuk memakan kurma, karena pada kurma terdapat penyembuh.

Bahkan dalam menyantap makanan, Rasulullah mengajarkan kita untuk makan secara perlahan dan tidak terburu-buru. Dan dikunyah dengan baik agar mempermudah sistem pencernaan. Makan secara perlahan juga dapat memberi jeda bagi tubuh untuk memvalidasi rasa kenyang sehingga tidak makan secara berlebihan.

Tidak hanya itu, Rasulullah mengajarkan pentingnya adab saat makan. Ini tidak hanya memperhatikan aspek kesehatan saja tetapi ini juga memberikan dampak pada askpek spiritual. Adapun adab makan yang beliau ajarkan yakni tercantum dalam hadist Riwayat Tirmidzi (no.1846), bahwa keberkahan makan ada pada: 1) mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, 2) membaca basmalah sebelum makan, (3) mengucap hamdalah setelah makan, (4) duduk dengan tenang dan penuh rasa syukur saat makan, dan (5) tidak mencela makanan. Selain itu, sikap Rasulullah terhadap makanan yaitu, jika beliau menyukai makanan tersebut maka beliau makan, dan begitu sebaliknya.

Baca Juga: Pengaruh Makanan pada Jiwa

Demikian, jika kita menerapkan pola makan sehat ala Rasulullah, kita tidak hanya mendapatkan kesehatan tubuh tetapi juga bisa terbiasa untuk melakukan sunnah nabi. Adanya pola makan ini menjadikan alarm bagi diri kita untuk tidak makan berlebihan, makan dengan secukupnya. Hal  ini menjadi wujud rasa syukur kita kepada Allah, karena telah menjaga dan merawat tubuh kita secara baik dan sehat. Serta bersyukur kepada setiap rezeki yang telah kita konsumsi.



Penulis: Nabila Rahayu
Editor: Rara Zarary