Dokumentasi: Para orang tua/calon wali santri sedang khidmat mengikuti ramah tamah yang diadakan oleh Pesantren Tebuireng bersama pesantren sekitar, Ahad (15/04/18) di Masjid Ulil Albab. (Foto: Aji/to)

Oleh: Qurrotul Adawiyah*

Mendidik sekaligus menjadi figur (pembina) santri tidaklah mudah, banyak hal yang menjadi tuntutan dalam setiap saat untuk selalu diperbaiki, dipertahankan dan dikembangkan. Yang mana dalam mengemban amanah ini tidaklah semerta-merta sebuah kebetulan yang terjadi tanpa adanya sistem ketentuan dari pihak pesantren. Dan amanah ini tak semuanya orang bisa mendapatkannya. Sangat disayangkan jika tidak digunakan dengan sebaik mungkin sebagai pembelajaran untuk menjadi orang tua kelak. 

Hal utama yang sangat perlu kita lakukan di pesantren sebagai pembina yaitu dalam  hal pendidikan karakter sebagaimana yang dikatakan KH. Salahuddin Wahid bahwa dalam pendidikan karakter tidak ada metode yang lebih baik daripada memberi teladan. Dari hal tersebut  sudah sangat jelas bahwa teladan bagian penting dari pembentukan karakter santri. Teladan untuk menginspirasi,mengajar dan memberikan contoh yang baik. 

Harus  disadari juga bahwa sikap dan perbuatan kita memberikan dampak bagi sekitar. Dan jangan pernah menganggap diri sendiri sempurna karena sebagai panutan atau teladan , jika memang terdapat kesalahan maka seharusnya mengakui dan segera meminta maaf dari hal itu kita juga bisa mengajari pada mereka akan pentingnya meminta maaf. Selain itu, bila kita menjadi panutan bagi sekitar (santri), kita harus selaras dengan apa yang kita katakan.

Hal yang tak kalah pentingnya, kita sebagai pembina juga harus menjalankan dengan tegas terhadap aturan-aturan yang ada di pesantren baik untuk peraturan santri lebih-lebih peraturan untuk Pembina itu sendiri. Akan tetapi  hal inilah yang sulit dilaksanakan di pesantren karena kurangnya kesadaran wali santri yang mana tidak sepenuhnya  memberikan kepercayaan kepada pesantren salah satunya kepercayaan penuh terhadap pembina, yang tentunya harus bisa membuktikan dan melakukan kerjasama berupa komunikasi yang baik dengan wali santri. 

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Seperti halnya dalam setiap akhir bulan terdapat laporan alfa mengenai kegiatan santri di pondok, jika memang terdapat banyak alfa maka sangat perlu untuk walisantri menyadarkan putrinya dengan tegas.  Misalnya mengurangi uang jajan atau tidak pernah di sambang sampai liburan sebelum anak (santri) tersebut ada perubahan di bulan setelahnya, karena penerapan hal seperti itu sangat membantu santri untuk lebih rajin dan disiplin waktu. Bukan malah menyalahkan pembina dengan mendengar banyak alasan dari anak tersebut sebab tidak mengikuti kegiatan. 

Begitupun Pembina bukan malah mengurangi alfa dengan niatan kasihan kepada anak tersebut dalam menjalankan sanksi setiap bulannya. Hal itu justru semakin membuat anak itu malas-malasan mengikuti kegiatan dan merasa dirinya selalu dilindungi oleh pembinanya.

Maka itulah pentingnya kerjasama antara walisantri  dan pembina. Lebih-lebih dalam hal pendidikan, Pembina merasakan kesulitan untuk menciptakan kesadaran tinggi kepada santri akan pentingnya kesungguhan,kefokusan serta  disiplin waktu dalam hal belajar.

Di sinilah, peran seorang guru, pembina dan orang tua juga harus tahu bahwa pendidikan bukanlah pabrik penting yang mencetak anak (santri) agar sesuai dengan kebutuhan pasar yang cocok dijual, yang jika tak sesuai tinggal dibuang. Pendidikan bukan pula pekerjaan pematung yang memahat sebuah batu menjadi patung yang diinginkan. Anak  bukan bahan baku industri bukan juga batu yang bisa dibentuk sesuka hati. Analogi yang lebih tepat untuk pendidikan adalah taman. Jika diibaratkan anak adalah benih, orangtua adalah perawat taman kehidupan. 

Pendidikan adalah proses merawat taman kehidupan agar bisa bertumbuh dengan baik sesuai kodratnya masing-masing.  Itulah pentingnya bagi orang tua untuk menyediakan lingkungan yang subur untuk pertumbuhan benih. Yang memastikan benih itu aman dan bisa berkembang baik. Yang tentunya pembina sebagai wali asuh sangat penting juga untuk berusaha mengenali jenis benih apa yang hendak ditanam yang jelas jenis tanaman pasti berbeda. Baik dalam proses bertumbuh maupun dalam caranya untuk menjadi manfaat bagi kehidupan. 

Ada yang menjadi manfaat melalui bunga seperti mawar. Ada yang bermanfaat melalui buah seperti mangga. Ada juga yang bermanfaat melalui batangnya seperti pohon jati. Mawar tak bisa dirubah menjadi mangga begitupun sebaliknya.  

Oleh karena itu, pembina dan wali santri  sangat memiliki peranan penting untuk perbaikan para santri kedepannya dengan sifat saling memahami dan kerja sama demi terciptanya kepengasuhan yang nyaman dalam  mencetak santri yang cerdas, berakhlakul karimah, berkualitas serta berwawasan luas yang mana orang tua bisa membantunya dengan mendoakan, tirakat puasa, memberikan nasehat serta support system terlepas dari kesadaran anak (santri) itu sendiri. 

*Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari.