Foto: Deka Pranata, desain: Iqbal

Oleh : KH. Fahmi Amrulloh Hadzik

اَلْحَمْدُ لِلهِ . نَحْمَدُهُ وَ نَسْتَعِيْنُهُ وَ نَسْتَغْفِرُهُ . وَ نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا . مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَ اَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا أَمَّابَعْدُهُ.  فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَي اللهِ . اِتَّقُوْ اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Marilah kita meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah, dengan sebenar-benar takwa. Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, dan janganlah kita meninggalkan dunia ini kecuali dengan berpegangan Islam dan khusnul khotimah.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kaum Muslimin Rahimakumullah

Dikisahkan, suatu hari sahabat Umar bin Khattab sowan kepada Hadlaraturrasul SAW untuk mengadukan sikap sahabat Abu Bakar yang membuatnya gelisah. “Wahai Rasulullah, aku ingin menyampaikan sikap Abu Bakar yang membuat pikiranku tidak nyaman” kata Umar.

Mendengar aduan ini, Rasulullah berusaha menenangkan sahabat yang dicintainya “Tenangkan dirimu, damaikan hatimu. Sekarang katakan”, seru Rasulullah kepada Umar. “Beberapa hari yang lalu, Abu Bakar berjumpa denganku. Tetapi dia tidak mengucapkan salam padaku sampai akulah yang mengucapkan salam kepadanya. Aku tidak tahu apa, kesalahanku kepadanya ?”.

Rasulullah tidak ingin melihat persahabatan kedua sahabat yang dicintainya ini renggang. Maka dipanggillah sahabat Abu Bakar dihadapannya bersama dengan sahabat Umar dan sahabat yang lain. Rasulullah menjelaskan kembali apa yang telah disampaikan Umar kepadanya, kemudian sahabat Abu Bakar dengan penuh kesantunan dan kasih sayang menjawab.

“Ya Rasulullah, aku pernah mendengar engkau bersabda ; barang siapa yang mengucapkan salam terlebih dahulu kepada saudaranya, niscaya Allah akan membangun sebuah istana di surga. Karena itu, aku ingin surga tersebut menjadi milik sahabat Umar, sahabat yang kucintai”.

Semua sahabat yang hadir mencucurkan air mata mendengar jawaban Abu Bakar, termasuk Sahabat Umar yang menangis dan langsung merangkul sahabatnya yang mulia, yakni Abu Bakar.

Kaum muslimin rahimakumullah

Begitulah karakter muslim sejati, saudara seiman, sahabat dunia akhirat. Yang saling menghargai, saling mengutamakan,  dan saling mendahulukan yang bukan urusan dunia saja tetapi juga urusan akhirat. Para sahabat sejati seperti Umar bin Khattab dan Abu Bakar ash-Shiddiq yang saling mengutamakan urusan-urusan akhirat.

Kaum muslimin rahimakumullah

Kita dianjurkan untuk memperbanyak sahabat-sahabat yang bertakwa, yang beriman, karena kelak di hari kiamat, merekalah yang memiliki syafa’at.

اَلْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَغْضُكُمْ لِبَغْضٍ عَدُوّ إِلَّا الْمُتَّقِيْن (الزخرف :٦٧  ) 

Teman – teman akrab pada hari itu, sebahagian akan menjadi musuh bagi sebahagian yang lain kecuali orang – orang yang bertaqwa”.

Maksud daripada ayat ini, sahabat akrab, teman-teman akrab dalam hal keburukan dan yang kita kumpuli bukan karena Allah, maka kelak sahabat yang demikian ini akan menjadi musuh kita nanti di hari kiamat. Mereka akan saling menyalahkan, karena ketika di dunia mereka bersahabat bukan didasari karena Allah ta’ala. Sementara orang-orang yang beriman dan bertaqwa, mereka bersahabat karena Allah dan juga berpisah karena Allah.

Kaum muslimin rahimakumullah

Akhir-akhir ini, terdapat berbagai fenomena yang menyedihkan. Umat islam terpecah belah, mereka terkotak-kotak, mereka saling mencaci-maki, saling menyalahkan, saling menghujat. Ketika umat islam saling bertikai, tanpa kita sadari jumlah umat Islam di Indonesia berkurang.

Pada tahun 90-an jumlah umat Islam masih mencapai 90 % lebih, tetapi sekarang jumlah umat Islam mencapai 80% lebih sedikit. Artinya, belasan juta muslim telah bisa dimurtadkan oleh non-muslim (misionaris non muslim). Padahal kita lihat, dakwah kita luar biasa, majelis talim marak, majelis pengajian ramai, majelis sholawat meriah. Tetapi sepertinya, ini semua tidak berpengaruh.

Dan tidak itu saja, disamping jumlah umat Islam menurun, kejahatan dan kemaksiatan semakin meningkat di negeri kita yang tercinta ini. Terdapat sebuah berita yang mengagumkan, di negeri Belanda yang pernah menjajah negeri kita selama 350 tahun yang lalu, pemerintahnya sekarang sedang pusing memusingkan soal penjara. Karena banyak penjara yang kosong tanpa penghuni dengan kurangnya stok jumlah penjahat disana. Karena itu, mereka meminta pemerintah Norwegia untuk mengirimkan 1.000 penjahat ke negeri kincir angin untuk bisa dipenjara disana.

Kaum muslimin rahimakumullah

Tentu ini sangat memprihatinkan, maka sudah waktunya kita lebih mengutamakan persaudaraan. Bukankah umat Islam, orang-orang yang beriman itu diibaratkan seperti sebuah bangunan.

أَلْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِن كَالْبُنْيَانِ يَصُدُّ بَعْضُكُمْ بَعْضَ

Orang-orang yang beriman terhadap mukmin yang lain itu ibarat seperti sebuah bangunan, saling memperkuat satu dengan yang lain.

Semestinya, dakwah itu harus saling memperkuat, saling asah, saling asih, saling asuh. Bukannya saling gasak, saling gesek, dan saling gosok yang bukan memperkuat malah memperlemah Islam. Maka seharusnya, majelis pengajian dan majelis dakwah itu harus saling didasari oleh kecintaan sesama muslim. Bukannya salah satu tanda-tanda keimanan seseorang apabila saling mencintai sesama saudaranya sama seperti mencintai dirinya sendiri.

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Tidak beriman seseorang diantara kamu sehingga dia mencintai saudaranya sama dengan dia mencintai dirinya”.

Kaum muslimin rahimakumullah

Maka kita berharap, kita bisa mengembalikan ‘Izzul Islam wal Muslimin (Kejayaan Islam dan Umat Islam), jangan sampai seperti yang disabdakan oleh baginda Rasul;

سَيَأْتِى عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يَبْقَى مِنَ الْإِسْلَامِ إِلَّا إِسْمُهُ وَلاَ مِنَ الْقُرْآنِ إِلَّا رَسْمُهُ

“Kelak akan datang sebuah zaman dimana tidak akan tersisa Islam kecuali hanya namanya dan tidak akan tersisa Al-Qur’an kecuali tulisannya saja”.

Maka hilangkanlah kebencian diantara sesama umat Islam. Apapun golongannya, apapun latar belakangnya, selama di dadanya tertulis kalimat;

 لَا إِلهَ إِلَّا الله مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله

Mereka  adalah saudara. Semoga bisa bermanfaat.

إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلَامِ كَلَامُ اللهِ الْمَلِكُ الْمَنَّانُ وَبِالْقَوْلِ يَهْتَدُ الْمُرْتَضُوْنَ . مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسآءَ فَعَلَيْهَا وَمَارَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيْدِ . بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ مِنَ اْلأٓيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَاسْتَغْفِرُوْا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


ditranskip oleh: M. Tajuddin