IMG_8564Oleh: Cholidy Ibhar*

Ustadz Ali Musthofa sekaligus cermin dari produk lembaga pendidikan yang mematahkan teori paedagogik berbagai madzhab yang selama ini dipeluk erat oleh rupa-rupa kalangan penggiat pendidikan. Teorinya, sistem dan fasilitas yang memadailah yang melicinkan proses pendidikan yang melahirkan tokoh-tokoh yang hebat.

Bagi Ustadz Ali Musthofa dan santri-santri terdahulu , ternyata tidak ampuh dan tidak berlaku. Jika masih hidup, para jagoan, pendekar dan teoritikus pendidikan seperti Cominius, John Locke, Rousseau, Pestalozzy, Froebel, John Dewey, Montessori, Paaget, Gardner, bakal menangis.

Lho, betapa tidak. Fasilitas pendidikan yang dari berbagai segi demikian jauh dari memadai, baik kuantitas maupun kualitas kok bisa melahirkan kiai-kiai hebat di negeri ini. Kualitas faktor pendidikan seperti kelas, sungguh tidak ideal. Ruangan santri sangat terbatas keluasannya. Belum lagi, bagaimana istirahat santri, makan, minum dan mandinya. Gizi santri? Andalannya adalah terong dan air intip.

Masya Allah, luar biasa nikmatnya meneguk air intip itu. Usai makan bareng-bareng, dengan lauk “ati terong”. Ya, terong kan empuk, jadi bak rasa hati sapi. Tentu, terongnya dipanggang atau digodok plus sambal tomat, berikut cabe dengan ukuran sangat pedas. Purna tuntas makan, giliran minum air intip secara bergantian. Kalau tidak, langsung berhamburan menimba air sumur dan ramai-ramai meminumnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sekujur tubuh berkeringat dan bibir masih berasa pedas, namun di situlah nikmatnya. Makan dan minum ala kadarnya–vesri chep santri–tetapi lezatnya mengalahkan menu kuliner warung Padang Sederhana milik istri JK.

Seru?, yes! Memori nyantri ditahun 1970-an di Pesantren Tebuireng. Kok bisa, santri santri begitu sehat dan tidak mengalami kelelahan dalam belajar; mendaras, mengkaji dan menghafal. Padahal –gizinya, tidurnya, fasilitasnya dan seterusnya– dinilai dari kacamata ilmu kesehatan tidak tergolong higenis.

Tidak itu saja, yang lebih mencengangkan, bermunculan kiai-kiai hebat produk pesantren. Maka, kesulitan menjelaskan secara teoritik itulah, kelak secara gampangnya dikembalikan kepada faktor keikhlasan dan keberkahan kiai-kiai tempo dulu dalam mendidik santri-santrinya. Keikhlasan dan keberkahan inilah yang mengantarkan lahirnya kiai-kiai hebat. Dan, termasuk Ustadz Ali Musthofa ini yang lahir dari rahim keikhlasan dan keberkahan pula.

*Penulis adalah alumni Pondok Pesantren Tebuireng dan Dekan Fakultas Tarbiyah di IAINU Kebumen