sumber foto : Foto Profile facebook Alfian Yusuf Mustafa

Tebuireng.online Kegiatan mengaji di pesantren adalah suatu kewajiban yang tidak dapat ditinggalkan. Namun hal tersebut bukanlah menjadi batasan untuk mengembangkan kemampuan dalam berbagai ilmu pengetahuan lain. Buktinya, telah banyak santri Tebuireng yang mampu menorehkan prestasi-perestasinya, baik dalam bidang agama maupun pengetahuan umum lainnya. Salah satunya adalah Alfian Yusuf Mustafa, santri peraih juara satu lomba pidato se-Jawa Timur yang diselenggrakan oleh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras, Jombang (11/04/17).

Alfian Yusuf Mustafa, meraih juara satu dengan pesaing 82 peserta yang berasal dari berbagai daerah. Santri yang akrab disapa dengan Mustafa ini, adalah santri Tebuireng asal Demak yang masih duduk di kelas dua MASS Tebuireng.

Lomba yang diselenggarakan oleh Pesantren Bahrul Ulum Jombang beragam, di antaranya lomba pidato, banjari, baca kitab, kaligrafi, dll. Dalam perlombaan pidato, santri Tebuireng berhasil membawa tiga kemenangan, di antaranya juara satu Alfian Yususf Mustafa, juara dua Azmi Ahsantu Dhoni, dan harapan satu oleh Muhammad Yaqi Dynal Maula

Menjadi penda’i bukanlah cita-citanya, akan tetapi ia memang sudah sering berlatih dalam hal pidato, karena ia tergabung dalam organisasi Kuda Ireng (Kumpulan Dai Muda Tebuireng). Mustafa mulai bergabung sejak ia kelas satu Aliyah. “Saya diajak ustad pembina untuk mengikuti lomba ini, dan dilatih setiap malam oleh ustad Ali, sampai dengan hari perlombaan,” ia menuturkan dengan santun dalam sebuah wawancara.

Sebelum memenangkan perlombaan pidato yang diselenggarakan oleh Pesantren Bahrul Ulum, Mustafa sering kali mengikuti lomba. Namun perlombaan inilah yang berhasil ia menangkan untuk pertama kalinya dan dapat meraih juara yang pertama.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dalam lomba pidato kali ini, ketentuan yang diberikan oleh pihak panitia adalah tema bebas pada babak pertama, dan tema ditentukan oleh pihak penyelenggara ketika masuk babak final. Penentuan temanya yang diberikan kepada peserta ketika ia sudah berada di depan panggung kemudian dibacakan tema oleh panitia.

Pada saat perlombaan pidato tersebut, Mustafa mengalami kondisi badan yang kurang baik, dengan tenggorokan yang berat, pada saat perlombaan ia masih mengalami sakit tenggorokan, hingga akhirnya ia dipanggil masuk dibabak final, ia memutuskan untuk menelpon Ibunya, memohon doa restu. Setelah itu Mustafa maju, dan sakit tenggorokan yang dialaminya pun hilang, sedangkan kesulitan lain yang ia alami adalah berkomunikasi dengan penonton.

“Dukungan-dukungan dari orangtua, ustad, rekan-rekan, terlebih  Ahmad Tantowi sebagai ketua Kudaireng, teman sekaligus senior, yang selalu memberikan saya nasihat setiap kali saya merasa lelah beliau selalu bilang wes to gak popo diniati latiahn, cari pengalaman,  ngabdi neng pondok,” ungkapnya dalam sebuah wawancara (19/04/17) di Kantor Penerbitan Tebuireng.

“Selain itu juga, pesan orangtua kepada saya yang seringkali saya ingat adalah, mikul nduwur mendem njero, menghormati keluarga dengan mengenang jasanya dan menutupi keburukannya,” imbuh santri asal Demak ini.

Mustafa berharap kepada teman-teman lainnya untuk sama-sama belajar lebih giat, karena ia selalu mengingat pesan dari gurunya, “Kullu syaiin minal lathiatun, segala sesuatu itu butuh latihan. Jadi sebelum melakukan sesuatu hendaknya latihan terlebih dahulu,” pesan guyonan yang penuh arti tersebut selalu disambut senyum para santri.


Pewarta : Nazhatuz Zamani

Editor : Munawara, MS

Publisher : Munawara