
Cemas
Angin malam berkesiur
mengaduhkan kecemasanku
O, bulan gemetar
menyebut namaMu; rapuh
bintang mendidihkan rasi
di jantung gelap paling rahasia.
betapa pengap udara malam ini, tanpa embusan rinduMu?
perasaanku layu
teduh halimun
langit lain masih gagu
menunggu jalan taubatku yang masih ditawan senja.
Cermin
Allahummaa kamaa hassanta kholqi fahassin khuluqii..
ia tak suka berdoa setelah sholat tapi ia pendoa yang baik ketika di depan cermin..
ada sesuatu yang memantul selain yang sengaja ia tampakkan, ialah kelemahannya yang selalu ia dandani.
cermin ini pernah melukai parasnya; bahkan menelanjangi jiwanya.
di hadapan cermin pun, ia sering membohongi perasaanya.
menertawai kesedihannya
mencela kesepiannya
dan membenci dirinya.
tapi, di hadapan Tuhan; apakah ia masih punya amalan untuk membelanya?
Ada Yang (Masih) Bisa Kita Dengarkan
Ada yang (masih) bisa kita dengarkan
dari kesunyian
dari kesedihan
dari langkah perpisahan
ialah, kejanggalan hidup
yang tak bisa kita hindari
kita berlari
seolah pergi
tanpa diketahui
nyatanya, lagu-lagu sumbang
mampu menghadirkan elegi
yang lebih manusia
daripada melarikan diri
*Penulis ialah mahasiswa Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Surabaya