Wali Kota Bandung Ridwan Kamil atau Kang Emil panggikan akrabnya, memberikan kuliah umum dihadapan santri, pengurus, dan mahasiswa di Pesantren Tebuireng pagi tadi (08/03/2017). (Foto: Nurul Fajriyah)

tebuireng.online – Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, memberikan kuliah umum kepada sekitar 300 peserta yang terdiri dari santri-santriwati SMA Trensain, Santriwati Pesantren Walisongo, Mahasiswa Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy), dan Pengurus Pondok Pesantren Tebuireng pada Rabu (08/03/17), bertempat di Lantai 3 Gedung KH. M. Yusuf Hasyim Pesantren Tebuireng Jombang.

Dalam kunjungannya ke Pondok Pesantren Tebuireng, Kang Emil, sapaan akrabnya secara khusus diminta oleh KH. Salahuddin Wahid (Gus Solah) untuk berbagi ilmu, pengalaman, dan memberikan motivasi kepada siswa-siswi, santri, dan mahasiswa yang hadir dalam forum kuliah tamu tersebut.

Mudir Bidang Pendidikan Pesantren Tebuireng, H. Kusnadi, dalam sambutannya menyampaikan secara singkat profil dan sejarah Pesantren Tebuireng di depan Kang Emil. “Sebelum dan sesudah kemerdekaan, Pesantren Tebuireng selalu berperan aktif,” ujar beliau di hadapan seluruh peserta.

Tidak hanya itu, H. Kusnadi juga sempat menyinggung soal akhlak pejabat negara yang tidak sesuai norma kewajaran, seperti koruptor yang leluasa tersenyum meski sedang diproses hukum. “Banyak pejabat yang pakai rompi orange dan masih sempat tertawa dan melambaikan tangan ke media,” terangnya sambil menirukan simulasi lambaian tangan.

Beliau juga menambahkan bahwa tantangan bangsa Indonesia saat ini tidak bisa dilepaskan dari misi untuk menghancurkan generasi pemudanya. “Untuk menghancurkan generasi bangsa ke depan, cukup menghancurkan generasi saat ini,” ungkap beliau yang ditujukan kepada seluruh santri, siswa, dan mahasiswa yang hadir.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Peraih Wali Kota terbaik dunia oleh Forum Young Leader Sumposium World Cities Summit di Singapura pada tahun 2014 itu, secara lugas menyampaikan bahwa ia adalah keturunan dari Kiai NU, pendiri NU di Kabupaten Subang, Jawa Barat, yang juga pejuang Laskar Hisbullah. Oleh karena itu, bukan hal asing jika hingga saat ini keluarga besarnya sudah memiliki delapan asuhan lembaga pondok pesantren di Jawa Barat. Bahkan pesantren kesembilan sudah dalam proyeksi pendirian.

Wali Kota yang juga mantan arsitek di berbagai negara seperti Cina, Timur Tengah, dan Amerika Selatan itu mengungkapkan, hakikat dari manusia adalah sama. “Ulama, guru, santri, dan wali kota itu hanya judul saja, yang terpenting adalah amanah atau khianat, serta waktunya sebanyak-banyaknya dimanfaatkan atau disia-siakan,” jelas kang Emil.

Kang Emil, juga menambahkan bahwa Allah itu memberi ni’mat imajinasi, ”Mbah Hasyim itu juga berimajinasi untuk mengubah Indonesia dan Indonesia lahir dari Imajinasi,” ujarnya di atas podium.

Berawal dari imajinasi yang kuat, menurutnya akan membentuk pola dan target pencapaian yang akan dilakukan. Di penghujung acara, Kang Emil berpesan bahwa santri harus sehat jasmani (fisik) dan berotak cerdas untuk menjadi penerus ulama maupun umara (pemimpin) bangsa kelak. Dalam sepanjang Orasi Ilmiahnya, Kang Emil memberikan kesan humble dan humoris, namun tetap berwibawa dalam menyampaikan arahan dan motivasi terhadap peserta.

Acara selanjutnya tukar-menukar cinderamata antara Tebuireng yang diwakili oleh Sekretaris Utama Ir. H. Abdul Ghofar dan Ridwan Kamil. Setelah menyampaikan kuliah umum, Kang  Emil menziarahi makam dua Pahlawan Nasional KH. Hasyim Asy’ari dan KH. A. Wahid Hasyim, serta Presiden RI ke-4 KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Sebelum meninggalkan Tebuireng pada sekitar pukul 14.15 WIB, Kang Emil sempat menemui Gus Sholah di Dalem Kasepuhan dan Shalat Dhuhur di Masjid Tebuireng.


Pewarta:     Rif’atuz Zuhro

Editor:         Munawara

Publisher:    M. Abror Rosyidin