Tebuireng.online– Mengupas sesuatu yang unik itu tak harus mencari seorang profesor atau orang-orang terkenal lainnya yang seringkali muncul di televisi ataupun majalah. Ada kalanya kita melihat sekitar, banyak hal-hal yang disadari atau tidak, menyimpan berbagai pertanyaan. Seperti mengupas sisi lain dari salah satu mahasiswi Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) yang kerap kali mengharumkan nama kampus. Pasti ada sesuatu yang mungkin tak diketahui banyak orang.
Lu’luatul Mabruroh atau yang akrab disapa Lu’ah adalah mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab-Unhasy Tebuireng, ia terkenal multitalenta. Bahkan dalam pelajaran diniyah di Ma’had Jami’ah Hasyim Asyari, ketika sang ustadz tak dapat hadir, Mbak Lu’ah, biasa ia dipanggil, menjadi badal atau pengganti. Padahal secara usia perempuan kelahiran Madura 28 November 1995 itu, masih sangat belia.
Cara bertutur katanya yang memotivasi membuat orang penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang dirinya. Terlebih Mbak Lu’ah pernah menjuarai event Festival Jazirah Arab di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Mahasiswi Fakultas Tarbiyah Unhasy tersebut berhasil menyabet juara satu Musabaqoh Qiro’atul Kutub (MQK) tingkat nasional pada November 2016. Berikut adalah wawancara ekslusif wartawan Tebuireng Online dengan Lu’luatul Mabruroh pada Kamis, 09 Februari 2017 di Ma’had Jami’ah Hasyim Asy’ari Cukir Jombang.
Bagaimana cara mengatur waktu antara kuliah, organisasi dan mengasah bakat agar ketiganya dapat berjalan sesuai keinginan?
Setiap orang harus ada sesuatu yang diprioritaskan. Jadi bagaimanapun juga dalam hidup ini harus ada hal-hal yang diprioritaskan. Tidak bisa kita dapat menjalankan secara penuh beberapa hal dalam porsi sama-sama kuat, misal antara organisasi, kuliah dan juga mengasah bakat. Untuk menyeimbangkan sebenarnya bisa. Hanya saja agak sulit, karena akan ada sesuatu yang dikalahkan di antara ketiganya itu. Jadi jika memang ingin mengasah minat/bakat dan berorganisasi, serta menyeimbangkannya dengan kuliah, kita harus masuk ke organisasi yang bisa sekaligus membantu kita mengasah bakat yang kita sukai. Semisal saya sendiri, sejujurnya saya itu tidak berkecimpung di organisasi kampus.
Saya menyukai hal-hal yang berbau Arab, Bahasa Arab ataupun hal-hal intern yang berkaitan dengan teks-teks Arab. Saya mencukupkan diri saya sendiri harus berada di organisasi yang bersangkut paut dengan hal-hal tersebut. Jadi kita boleh berorganisasi, tapi mampu mengaturnya dengan baik, sehingga membantu kita mengasah bakat. Namun, semua ada porsinya, tidak berlebihan. Kuliah tidak boleh dikalahkan dengan organisasi maupun pengasahan bakat.
Apa yang membuat Mbak Lu’ah selalu bersemangat dalam meraih sesuatu?
Kita harus memikirkan tujuan hidup. Jadi pertama kali yang harus kita fikirkan adalah tujuan hidup. Tujuan hidup itu sebenarnya untuk apa? Nggak usah muluk-muluk lah, yang terpenting tiap detik yang kita lewati bermanfaat, entah untuk diri sendiri atau untuk orang lain. Jadi pada dasarnya semangat itu tumbuh bukan karena siapapun, tapi karena diri sendiri ditambah dengan adanya tujuan hidup yang ingin kita capai. Jadi pikiran saya seperti ungkapan Imam al Ghazali dalam kitabnya, Ihya Ulumuddin, “Sebenarnya orang muslim sejati itu adalah orang yang apabila dibutuhkan orang lain dia akan bermanfaat, ketika dia tidak dibutuhkan orang lain maka ia bisa mengurusi dirinya sendiri”.
Sudah berapa lama Mbak Lu’ah menekuni Bahasa Arab ?
Saya mendalami Bahasa Arab itu sejak kelas satu Madrasah Aliyah. Terus setelah itu, tepatnya ketika kelas 2 MAK Annuqoya Guluk-Guluk Sumenep Madura saya masuk organisasi Bahasa Arab dan organisasi baca kitab. Kalau tidak salah saya vakum dua tahun, karena harus pindah pondok ke Jawa Tengah (dari Pondok Pesantren Annuqoyah Madura ke Pondok Pesantren al Anwar Sarang Rembang). Alhamdulillah saya sekarang bisa berbahasa Arab lagi (dengan pindah di Unhasy Tebuireng).
Dulu Mbak Lu’ah pernah juara satu di UIN Maliki dan banyak prestasi lainnya. Lalu, siapa yang paling berpengaruh atas keberhasilan Mbak Lu’ah hingga saat ini ?
Sebenarnya semangat itu tidak lepas dari dukungan keluarga, diri sendiri, dan para guru. Namun, yang paling mendukung saya sebenarnya adalah teman-teman saya. Mereka yang mendukung saya dari belakang sehingga saya merasa ada yang menyemangati saya, sekalipun saat ini kita sudah tidak bersama, terutama teman-teman saya ketika SMA dulu. Mereka selalu bilang bahwasanya di manapun kita berada, kita akan saling berbagi kabar dan kesuksesan kita. Makanya itu selalu menjadi pacuan semangat buat saya. Ketika membuka media sosial, saya biasanya melihat-lihat keberhasilan-keberhasilan apa yang sudah mereka capai. Itu memacu saya untuk tetap berjuang.
Adakah tips untuk para mahasiswa ataupun pelajar untuk selalu bersemangat dalam belajar?
Saya menyugesti diri sendiri bahwa pada dasarnya belajar itu bukan cuma ‘belajar’. Pada saat saya membawa buku ke mana-mana, teman-teman mengomentari saya,“Wah mau belajar lagi”. Lalu saya bilang, “Saya nggak belajar, saya cuma mau-main sama kata-kata”. Karena kenapa? Sugesti itu penting buat diri kita. Misalkan, pada dasarnya, saat kita membaca buku sama dengan kita bermain dengan pemikiran orang lain. Jadi sekarang saya menganggap saya sedang bermain. Untuk memahami apapun dengan bermain itu menjadi asik. Oh jadi seperti ini ya. Bisa menghindari pemikiran-pemikiran yang negatif dan yang menggagalkan. Maksudnnya, ketika saya membaca saya bisa mengusir pikiran-pikiran pesimis. Biasanya remaja disibukan dengan berbagai pikiran negatif, galau, putus cinta, seperti ini dan itu. Menurut saya membaca bisa menghindarkan saya dari hal-hal seperti itu.
Pewawancara: Umdatul Fadhilah
Editor: M. Abror Rosyidin
Publisher: M. Abror Rosyidin